Catatan 10 Tahun Pernikahan: Anniverandom

Di hari ulang tahun pernikahan, tiba-tiba kami pergi ke Jakarta. Dalam perjalanan menuju penginapan, kami melewati PT Timah Tbk. Berhubung tahun ke-10 pernikahan disebut tahun timah, kami mampir untuk swafoto sebentar:


   



Setelah meninggalkan barang-barang di penginapan, kami berangkat ke rumah duka Santo Carolus, melayat paman Ikanpaus, Oom Tjoe Kien, yang berpulang di usia 92 tahun. Hidupnya adalah berkat untuk banyak sekali orang. 



Pada hari-hari berikutnya, Ikanpaus sibuk dengan pekerjaan, sementara aku main-main sendiri. Penginapan kami persis di seberang Pos Bloc dan di sebelah Pasar Baru. Horeee...



Di hari ke-2, barulah kami tahu, banyak sarapan seru di sekitar Stasiun Juanda. Sayangnya, nggak ada yang kami foto kecuali gelas kosong es kopi susu lapan rebu :D

Proyek Ikanpaus yang lumayan seru akhirnya beres. Kami memutuskan pulang naik Whooz supaya cepat. Ini pertama kalinya kami berdua naik Whooz.



Pasangan Ondel-ondel  di stasiun.  Maksudnya pasangan mana, coba, yang ondel-ondel?

Ternyata, naik Whooz nggak membuat kami sampai lebih cepat di Bandung. Kami terbawa sampai stasiun Tegalluar. Nggak ada feeder dari sana, jadi kami harus naik Damri sampai Stasiun Bandung. 


Di Damri, kami sadar, mungkin misi perjalanan kami hari itu adalah menyelamatkan kupu-kupu yang terjebak di bis.

Di tahun ke-10 pernikahan kami, kami mendapat hadiah dari pohon tongheng yang pemberi. Si pohon menjatuhkan jeruk persis sepasang. Kami menanam bijinya supaya tongheng kami abadi dengan cara yang paling natural.


Bonus foto penutup hari ulang tahun Dea 10 Juni lalu. Setelah jalan-jalan sendiri, Dea diajak Ikanpaus makan malam casual di Ramen Ya! Eh, pas ada gratis upgrade ukuran mi hari itu.


------&&-------

Tahun ke-10 pernikahan Ikanpaus dan aku dimeriahkan berbagai peristiwa. Mulai dari force majors, pekerjaan, urusan keluarga, sampai plesir di luar rencana. Aku sempat mencoba menuliskannya untuk diunggah di blog ini, tetapi tak selesai-selesai. Meskipun sudah menyiapkan benang merah untuk rampai peristiwa tersebut, tulisanku tetap terasa scattered setiap kubaca kembali. Jadi, sebulan kemudian aku memutuskan mengunggah foto-foto dengan teks minimalis saja.

Tahun ke-10 pernikahan kami pun diikuti usangnya perabot rumah tangga dan pohon-pohon kesayangan yang sudah menemani sejak awal pernikahan kami. Meskipun sedih, aku melihatnya sebagai akhir sebuah babak.  Di tahun ke-10 pernikahan, aku belajar memaknai, tak ada yang disebut berkorban ketika yang kita pikirkan adalah memberi. Pohon jeruk tongheng kami yang rajin berbuah menjadi contoh nyatanya.

Tahun ini, batang-batang pohon tongheng mulai kering. Kendati demkian, pohon tongheng berpacu dengan waktu. Melalui sisa pucuk yang masih hidup, sebisa mungkin ia berusaha menghadiahkan buah. Berkali-kali kami memintanya beristirahat, tetapi tak diindahkan. Pohon tongheng terus memberi dan kami menyaksikannya mengering bersama bakti. 

Padatanggal 10 Juni 2024, kawan kami, Kindi, keluar dari penjara. Ternyata momen bebasnya disambut haru dan raya oleh sahabat-sahabatnya yang tergabung dalam grup Whatsapp “Kita Support Kindi”. Sementara itu, di tanggal yang sama, aku memilih merayakan ulang tahunku dengan berjalan-jalan sendirian. Tak ada kemeriahan dan hal-hal yang terasosiasi dengan “raya”. Namun, aku menikmati kebebasan dan ruang kontempelasi yang kuhadiahkan untuk diriku sendiri.

Aku jadi mempertanyakan, bagaimana “perayaan” sebaiknya dimaknai? Kita kerap merayakan hal-hal yang sudah dituntaskan: Perayaan kelulusan, perayaan selesainya suatu proyek, perayaan berakhirnya masa tahanan seseorang, perayaan tutup tahun, dan lain sebagainya. Jika demikian, apakah kematian juga sesuatu yang sepatutnya dirayakan? Saat mengucapkan selamat berpisah kepada semua yang  telah mendahului kita, kita pun mengenang kebaikan-kebaikan yang telah tuntas ia berikan di periode hidupnya.

Teman-teman, setiap akhir mengantarkan kita kepada awal. Selamat tinggal merelakan kita kepada selamat datang. Semua yang berhasil kita tempuh patut dirayakan; dengan gegap gempita, ataupun dalam hening.  

 

Selamat Hari Keseimbangan.
Salamatahari, semogaselaluhangat dan cerah,

Sundea

 


Komentar