Pagi ini, di linimasaku, muncul
unggahan teman baikku, Rizki Ramadhan alias Kiram, tentang grup whatsapp “Kita
Support Kindi”. Aku langsung teringat pada Kindi, teman Kiram yang seru dan tak
pernah kehabisan cerita. Kindi dan aku hanya bertemu langsung satu kali, tetapi
lekas merasa akrab. Iya. Kindi sesupel itu.
Beberapa tahun lalu, aku mendapat
kabar Kindi masuk penjara. Di masa itulah grup “Kita Support Kindi” dibuat. Grup
apa, sih, ini? Aku langsung mewawancara Kiram (tebak, Di foto ini, yang mana Kiram, yang mana Kindi).
Kiw, apa kabar? Gimana kehidupan lo
akhir-akhir ini?
Hidup gue kayak pendulum di antara
keluarga dan kantor. Gue nggak sering main keluar kayak dulu, tapi
gue masih suka menggeluti hobi: foto, nulis, baca, nonton, ngoleksi
mobil-mobilan dan buku. Petulangan-petualangan kecil di sekitar aja gitu deh.
Haha.
Saking
lamanya kita nggak ketemu, gue sampai nggak tau lo sekarang kerja di mana
hahaha.
Gue masih kerja di Kitabisa.
Rima
dan Ranran (istri dan anak Kiram) apa kabar?
Rima pun kerja. Kantor kami kebteulan
sangat deket. cuma beda sekilo. Rania sekarang udah otw 5 tahun. Tiap hari
dititipin ke day care. Bulan Juli
besok dia mau masuk TK.
Terus,
grup whatsapp “Kita Support Kindi” itu apa, sih, Kiw?
Grup untuk support segala kebutuhan Kindi selama di penjara deh pokoknya. Grup
ini mulai muncul beberapa minggu setelah Kindi ditangkep, sekitar akhir 2020.
Kegiatan
kalian di sana apa aja?
Kegiatannya…
berbagi kabar soal Kindi, misalkan info dan jadwal cara jengukan. Pas pandemi,
Kindi gak bisa dijenguk. Baru 2023 kalo gak salah bisa dijenguknya, jadi kita
berbagi info cara jenguk Kindi. Kita juga ngebahas prores hukum yang lagi
dijalanin. Misalkan update dari
pengacaranya. Update hasil sidang,
dan update tanggal bebas Kindi. Kalau
ada yang abis jenguk Kindi atau abis ketemu atau ngobrol sama keluarganya pun
biasanya pada cerita di situ.
Oh, iya. Keluarganya Kindi gimana
kabarnya selama kalian di sana? Sejak papanya sakit Kindi kan tulang punggung
keluarga, ya?
Nah.
Kita ada patungan gitu tiap bulan, ada yang ngurusin, namanya Irfan. Dia bikin
rekening khusus, koordinasi sama keluarganya Kindi. Patungannya gak pernah dipatok
berapa, bebas berapapun. Hasil patungan
dipake buat kebutuhan Kindi dan keluarganya. Misalkan ada yang mau jenguk nih.
Irfan akan beliin makanan, kopi, dan kebutuhan harian Kindi lainnya, trus
dititip ke yang mau jenguk itu. Hasil patungannya juga buat dikirim ke
nyokapnya Kindi. Seperti yang tadi lo sebut, Kindi bisa dibilang tulang
punggung keluarga. Jadi di momen-momen tertentu, kita kirim santunan gitu buat
nyokapnya.
Inisiator grupnya siapa?
Grup ini diinisiasi oleh Boim, Toge,
dan Irfan, temen tongkrongannya Kindi yang bisa dibilang paling awet dan cukup
deket. Gue kenal beberapanya, tapi yang kenal deket cuma ya 4 dari 10,lah. Waktu
itu Boim, Toge, dan Irfan bikin grup WA ini dan ngumpulin temen-temen Kindi
yang mereka kenal. Sebelumnya, temen-temennnya itu dikasih tau via japri dulu.
Ada juga temen yang ngajak temennya lagi buat gabung di situ.
Kindi emang punya banyak temen. Dia
juga suka kenalin temennya di tongkrongan A ke tongkrongan B. Gue yang temen
SMA-nya pun kenal beberapa temen kampusnya Kindi, temen kantor, temen kos, dan
temen rumahnya. Makanya gue sempet bilang kalo pertemanan adalah ‘mukjizat’nya
Kindi.
Kalau
di mata lu pribadi, Kindi ini sosok yang kayak apa?
Intinya, gue mengingat Kindi sebagai
teman yang satu frekuensi dan teman yang nemenin gue ngedalemin dunia kreatif,
jurnalistik, dan dunia komunikasi secara luas. Singkatnya, Kindi nemenin gue nemuin
jati diri, lah. Selera humor Kindi juga mirip-mirip sama gue, De.
Suka plesetan juga, tapi gue lebih lincah sih, wkwk. PEDE. Jadi nyambung,
lah. Karena itu kami bisa dengan gampang tukeran teman. Gue suka ajak dia
main sama temen-temen gue, termasuk lo, De. Dia suka ajak gue main sama
temen-temennya.
Kalian
kenal dari kapan sebenernya?
Gue dan Kindi pertama kenal di SMA.
Gue cocok sama jiwa free spirit dan ketertarikannya yang khas. Kami juga
sama-sama suka dunia kreatif dan komunikasi dari SMA. Ngulik bareng, lah
pokoknya. Dari SMA gue sering keluyuran sama Kindi dkk, dari yang cuma di
sekitaran jakarta sampe tiba-tiba turing ke Bandung. Gue deket banget sama
Kindi tuh dari SMA sampai kuliah. Pas udah kerja, terutama 7 tahun terakhir
ini, gue sebenernya nggak sesering itu ketemu dan tektokan. Kindi punya
pergaulannya sendiri, begitu juga gue. Walau pertemanan kami low
maintenance, jarang ketemu, tapi gue tetep nganggep Kindi temen
baik. Dan bagi gue yang agak laen ini, temen sefrekuensi adalah harta
berharga.
Selama
bergabung sama grup “Kita Support Kindi”, apa yang rasanya berkesan banget?
Tiap kali ajakan patungan muncul, gue
selalu kagum, sih. Gue kan kerja di Kitabisa yah yang tiap hari ngurus donasi
publik. Nah, nyaksiin patungan di grup ini tuh ngingetin gue sama rasa
tolong-menolong yang murni, personal, dan tumbuh dari ‘akar
rumput’. Dan gue mau apresiasi Irfan, sih. Dia adalah si koordinator
uang patungan dan orang yang paling sering ngurusin Kindi selama di
penjara. Gue juga terkesan tiap kali Irfan nge-forward chat nyokapnya Kindi. Irfan paling deket sama nyokapnya
Kindi dibanding kami yang lain. Nyokapnya Kindi sering nitip salam ke kami-kami
ini, bilang makasih karena gak pernah berenti support Kindi, dll.
Pas bokapnya Kindi meninggal juga
cukup membekas. Dia udah sakit keras sejak pandemi kalo gak salah. Tiap kali
kondisinya menurun pun pasti Irfan ngabarin di grup.
Ah, iya
bokapnya. Gue sempet nulis tentang bokapnya Kindi juga dulu (bisa dibaca di sini).
Cukup berkesan memang cerita bokapnya ini menurut gue.
O ya, gue juga cukup terkenang sama
bokapnya Kindi. Dia kerja sebagai wartawan. Kalo gue inget-inget, guepertama
kali kenal dan ngeliat langsung kerjaan wartawan tuh karena gue suka main ke
rumah Kindi dan kenalan sama bokapnya. Gue jadi kebayang gimana beratnya
Kindi. Dia gak bisa nemenin masa-masa sulit bokapnya. Tau-tau udah meninggal
aja. Pas pemakamannya pun cuma dikasih izin satu hari.
Oh tapi
Kindi sempet bisa liat bokapnya dimakamin, ya. Lu dateng ke pemakamannya, Kiw?
Dateng. Di hari pemakaman bokapnya Kindi,
gue sengaja cuti. Gue pengen ikut nganter beliau dan pengen ketemu Kindi. Di
sana, ada beberapa temen Kindi juga yang dateng.
Berhubung
tema Salamatahari edisi ini “perayaan”, gimana kalian ngerayain bebasnya Kindi
dari penjara?
Udah sebulan sebelumnya, Irfan ngeworo-woro
kalo Kindi akan keluar 10 juni. Jadi gue cukup menanti-nanti, sih. Pas
hari H, gue minta Irfan untuk invite
Kindi ke grup begitu dia udah keluar dan hapenya aktif lagi. Dia keluar
tuh Senin siang kemaren, dijemput nyokapnya. Dia cerita, mereka makan siang
dulu trus baru balik ke rumah. Pas di rumah dia baru menyapa kami di grup, sapaan
khas Kindi, singkat, padat, dan ekspresif: “freeeeeennsss.. all of youuuuu.. thank you
so much for everything”
Kiram
menunjukkan kemeriahan percakapan di grup “Kita Support Kindi” kepadaku. Namun,
berhubung menyangkut nama banyak orang, kami sepakat untuk tidak mengunggah
tangkapan layar percakapan seru itu di zine-zine-an online ini. Namun, hatiku
hangat membaca keceriaan dan kehangatan yang bertaburan dan sambung menyambung
di grup whatsapp tersebut. Betapa teman adalah kekayaan dalam hidup manusia.
Selamat
merayakan kebebasan, Kindi, selamat memasuki episode baru di hidup yang penuh
kejutan ini :D
Foto-foto dokumentasi Kiram.
Komentar