Beberapa waktu yang lalu, hidup membawa lari salah seorang seniman kesayangan saya. Sambil melintas, hidup bertanya:
Dea, kalau zine-zine-an online kamu, kamu, dan menulis itu sendiri adalah pelari, kalian pelari apa?
“Estafet,” saya menjawab cepat. “Tulisan adalah tongkat estafet yang kami ulurkan pada siapapun yang mau berlari lebih jauh.”
Namun ternyata hidup berlari lebih cepat daripada perkiraan saya. Seniman kesayangan saya dan karya-karyanya yang bertebaran ditiup angin, tidak terkejar. Di titik itu saya membuang tongkat estafet saya dan memutuskan untuk menjadi pelari sprint. Ketika sadar jarak yang harus ditempuh ternyata cukup panjang, saya mempersiapkan diri untuk berlari marathon. Saya yang tidak terlatih segera kehabisan nafas.
Menjelang ulang tahun ke-6 www.salamatahari.com, saya menepi. Di pinggir lintasan saya mencoba mengaji kembali esensi “berlari”. Kadang kita berlari untuk mengejar sesuatu. Kadang kita berlari karena dikejar sesuatu. Kadang kita berlari untuk menjadi yang terdepan. Kadang kita berlari karena tak mau tertinggal. Tiba-tiba saya teringat kepada anak-anak. Mereka berlarian karena hati mereka raya. Arah, tujuan, target, dan obsesi bukan sesuatu yang terlalu membatasi. Rasa cinta pada hiduplah yang membuat kaki-kaki mereka merdeka. Tidak ada yang harus betul-betul dimenangkan, tidak ada yang betul-betul harus ditaklukkan.
Lalu saya kembali terkenang kepada seniman kesayangan saya. Seringkali ia harus berlari di lintasan. Dikejar. Mengejar. Berlomba dengan nasib dan keadilan. Tapi setiap berkesempatan bercerita tentang berkarya, ada binar tanpa pamrih yang tak pernah bisa saya lupakan. Ia adalah pelari yang merdeka hingga akhir hayatnya. Tak ada yang bisa menahan kaki-kakinya belari-lari menjejakkan karya. Pun lintasan. Pun realita yang kadang-kadang menekannya.
Pada ulangtahun ke-6-nya, www.salamatahari.com berbagi enam posting seputar berlari. Selain tampil dengan baju baru (terima kasih, Kiram :D), zine-zine-an online ini bagi-bagi hadiah sebagai ucapan syukur atas enam tahun yang sudah dilalui (terimakasih, Denu Coklat).
Teman-teman, terimakasih tak terhingga untuk kalian semua yang menyertai enam tahun salamatahari. Tanpa kalian, zine-zine-an online ini tak akan sampai pada hari ini.
Kembali hidup bertanya kepada zine-zine-an online ini, saya, dan menulis itu sendiri:
Selamat ulangtahun. Jadi kalian pelari estafet?
Kami tidak menjawab. Yang kami lakukan adalah berlari keluar dari lintasan dan melenggangkan kaki ke manapun kami mau.
Semoga zine-zine-an online ini, saya, dan menulis itu sendiri selalu ingat mengapa kami berlari-lari,
salamatahari, semogaselaluhangat dan cerah,
Sundea
Untuk almarhum Drs “Raden” Suyadi. Seniman kesayangan Dea sepanjang waktu …
Komentar
eh pas baca note yang ini jadinya ketawa-ketawa hahahaha
Berlari ^_^
yiiha :D