Namanya Aditia Taslim. Grant Manager Rumah Cemara berzodiak
Virgo ini adalah pencatat yang teliti. Keterampilannya mengumpulkan data-data
Ginan yang tercecer, sangat membantu dalam proses penulisan memoar “Melampaui
Mimpi”.
Ternyata
ia pun runut mencatat kisahnya sendiri di http://adittaslim.tumblr.com/.
Bukan sembarang kisah. Begini catatnya:
This
blog is created to share stories of Keandra Morris Ksatria Lim, a newly born
with so many things that he can offer to this world.
Keandra was born with down syndrome and three holes in his small heart, known as AVSD. Hungry for a life, Keandra had a corrective heart surgery on December 19, 2012 which corrected his AVSD and PDA.
Keandra was born with down syndrome and three holes in his small heart, known as AVSD. Hungry for a life, Keandra had a corrective heart surgery on December 19, 2012 which corrected his AVSD and PDA.
Siapa
Keandra …? Apa hubungannya dengan Mas Adit sendiri …?
Sebuah
wawancara panjang yang berharga untuk kita simak …
Mas
Adit, cerita dikit dong tentang latar belakang Mas Adit ….
Saya
lahir di Bandung 15 September 1984 dari sebuah keluarga yang cukup unik bagi
saya. Mama dan papa berbeda agama. Mama Islam, dan papa Confucius. Sebenernya
papa adalah generasi pertama keturunan Tionghoa, artinya, kakek-nenek saya dari
papa berasal asli dari tanah RRC. Konon mereka adalah salah satu manusia kapal
yang bermigrasi ke indonesia pada jaman rezim komunis di Cina. Saya adalah anak
bungsu dari dua bersaudara, dan kebetulan papa ketika menikahi mama sudah punya
anak satu, jadi saya punya satu kakak tiri (perempuan).
Kalau
sekarang sehari-hari kegiatannya apa?
Saya
guru Bahasa Inggris di salah satu tempat kursus di Bandung mengajar sejak tahun
2009. Sejak 3 tahun yg lalu saya sudah diangkat menjadi guru full time (kontrak).
Sejak bulan lalu saya ditunjuk menjadi School Coordinator in Training.
Moga-moga kalau ga ada hambatan dan semuanya berjalan lancar, awal taun depan
sudah resmi menjadi School Coordinator untuk tempat kursus ini. Kalau di Rumah
Cemara (RC) saya udah mulai kerja sejak taun 2005, sebelum mulai kuliah sampai
sekarang. Tapi sekarang frekuensi saya ke RC sudah banyak berkurang, bahkan di
tahun terakhir, saya paling hanya sempat datang ke RC di hari off saya dari
mengajar. Apalagi sekarang dengan jabatan baru di tempat saya mengajar, saya
semakin sulit meluangkan waktu untuk datang ke RC. Jadi semua kerjaan di RC
dilakukan dari rumah dan via email dan telepon. Jadi kalau sekarang itu, hari
senin saya pasti ke RC. Seharian disana ngeberesin kerjaan sebanyak mungkin,
dan semua koordinasi yang butuh ketemu secara fisik dilakukan hari Senin.
Oh,
iya. Gimana ceritanya Mas Adit bisa kenal sama RC?
Mama
saya sempet liat Ginan di acara tv, ga inget acara apa, tapi tentang RC. Nah
pas saya udah di Bandung, saya dikasih mandat sama ortu untuk nyari RC.
Akhirnya saya pun berangkat ke Gerlong.
Pas
udah di Bandung? Emang sebelumnya Mas Adit di mana?
Di
New Zealand (NZ).
Hooo
… kok bisa di NZ?
Saya
pindah ke New Zealand untuk meneruskan sekolah saya di tahun 2003. Disana saya
tinggal sendiri selama 2 tahun, satu tahun pertama dihabiskan untuk mengulang
tahun terakhir SMA, jadi saya juga punya ijasah dari NZ, dan tahun kedua saya
kuliah di kampus bernama UNITEC mengambil jurusan seni rupa. Berhubung kondisi
keuangan dan kesehatan yang semakin memburuk, saya akhirnya ditarik pulang ke
Bandung dan melanjutkan studi saya di sini. Di Bandung saya memutuskan untuk
kuliah di Univ. Kristen Maranatha, dan di sinilah saya mengambil program studi
Bahasa Inggris.
Katanya
ketemu sama istri juga di RC, ya?
Iya.
Saya ketemu Rani di RC, di hari pertama saya dateng ke RC. Kami berdua hampir
selama setaun lebih menutupi perasaan masing-masing Kami sempet lama ga
berhubungan, sempet balik lagi, dan sering putus lagi. Kami berdua juga jalan
sama orang lain, tidak hanya sekali, berkali-kali. Sampai pada akhirnya kami
berdua merasa cukup dan memutuskan untuk saling bertemu lagi. Kami menikah di
tahun 2011.
Cerita
dong tentang proses kelahirannya si kecil …
Keandra
lahir hari Senin, tanggal 28 Mei 2012. Satu hari lebih awal dari yang
diprediksikan. Karena kita ikut program, jadi kan harus operasi cesar, nah
operasinya itu udah djadwalin disalah satu rumah sakit di Bandung) tanggal 29,
ternyata dari malam tanggal 27 nya Rani udah mules. Tapi kita berdua ga ada
yang ngeh kalau itu tuh udah mulai kontraksi. Lucunya, mamanya Rani tiba-tiba
nongol ke rumah kontrakan kita di Dago (kita langsung ngontrak di Dago sejak
beres kawinan), dia malah sangka jadwalnya itu tanggal 28, jadi kayak emang
udah feeling dia langsung nginep di Dago. Soalnya kita kan waktu itu belum
punya mobil, jadi minta mamanya rani nginep disini supaya ada kendaraan untuk
anter rani ke rumah sakit.
Nah,
kontraksi itu mulai dari jam 2 malem, tiba tiba Rani ngebangunin aku ke atas
(semenjak 4 bulan hamil, rani tidurnya pindah ke bawah karena udah ga kuat naek
turun tangga), trus ditahan-tahan sampe jam 4an. Tadinya mau langsung berangkat
tapi ternyata tempat parkir mobil mamanya rani digembok, jadi harus nunggu agak
pagian. Jam 6 lebih kami langsung berangkat ke rumah sakit, langsung ke gawat
darurat persalinan. Cuma karena ruang operasinya bukan jadwal kami, jadi kami
harus nunggu lama. Sekitar jam 2 siang, rani udah ga kuat, darah yang keluar
udah makin banyak
Terus
tetep nunggu kesempatan operasi atau jadi lahiran normal?
Saya
inget bilang begini, "Dok, kalau saya dan istri saya sih sudah siap untuk
lahiran normal, pertanyaan saya, perawat disini siap tidak untuk proses normal?"
Akhirnya saat itu juga Rani dibawa ke ruang operasi. Ingat betul saya di pintu
masuk ruang operasi, ada seorang kakek yang sudah mengenakan baju operasi tapi
nampaknya harus ditunda karena saya maksa Rani masuk. Yah mau gimana lagi ya.
Hehehe
… kebayang. Kakeknya juga pasti shock. Terus proses kelahirannya berapa lama?
Sekitar
dua jam.
Kalau
tahu Keandra menyandang down syndrome dari kapan?
Hari
itu juga. Setelah menunggu obat diracik, saya akhirnya kembali ke ruang
observasi. Di situlah saya dikabari oleh seorang dokter yang kelihatannya masih
seorang dokter residen. Tanpa basa basi dia langsung bilang, "Pak, anak
bapak lahir dengan down syndrome - artinya anak bapak memiliki retardasi
mental". Dia pun melanjutkan dengan beberapa penjelasan dan juga beberapa
ciri-ciri anak down syndrome yang ditemui di Keandra. Saya juga ingat dia
sempat berbicara mengenai tindak lanjut dari hal ini tapi saya sudah sama
sekali tidak ingat isinya apa.
Gimana
perasaan Mas Adit ketika itu?
Sejak
kalimat pertama dokter itu, kebahagiaan yang tadinya sangat meluap-luap,
seketika hilang. Ada 100 lebih likes dan comments di foto Keandra yang saya
posting di facebook, tapi itu sudah ga kerasa lagi. Kalau di film-film kayak
kalau di film perang pas kena ranjau atau bom, trus suara back sound nya ilang,
dan lama-lama ntar ada lagi. Nah, kayak gitu pisan.
Terus
apa yang pertama Mas Adit lakuin setelah nerima berita itu?
Yang
pertama saya lakukan adalah langsung mencari Keandra, saya pegang tangannya,
saya perhatikan semuanya, dan si dokter pun menunjukan salah satu ciri anak
down syndrome yang ada di Keandra, selain mongoloid eyes, ada satu yang paling
jelas, yaitu simian line di telapak tangannya. Saya terkejut
karena itu memang ada, dan saya berharap dokter itu salah. Saya berharap dokter
itu salah. Saya berharap dokter itu salah. Tapi simian line itu begitu jelas.
Mongoloid eyes itu begitu kecil. Saya menyangkal. Ada informasi lainnya yang
sudah saya dapat dari dokter di ruang bayi, yaitu Keandra diduga kuat memiliki hypothyroidism.
Tidak lama dari situ saya langsung keluar, saya bingung mau ke mana.
simian line |
Nggak
langsung ketemu dan kasih tau Mbak Rani?
Orang
yang pertama saya telfon Ginan. Rani baru saya kasih tahu sekitar dua minggu
kemudian.
Hah?
Gimana bisa? Emang Mas Adit nggak ketemu Mbak Rani selama dua minggu itu?
Ya
ketemu. Hari berikutnya saya bolak-balik dari ruangan Rani ke ruangan rawat
anak. Saya pun terkejut ketika di hari ke dua hidup Keandra, Keandra dipakaikan
selang yang dimasukkan ke mulutnya. Ketika saya tanyakan, katanya Keandra
sangat tidak responsif, dia tidak mau nyusu. Memang sih, dilihat dari beberapa
bayi yang ada di sebelahnya, semuanya berisik, nangis, dan tidak mau diam,
kalau Keandra, dia sangat pasif bahkan hampir tidak bergerak. Hingga saat itu
saya masih belum melihat matanya terbuka bahkan mendengarnya menangis. Ketika
saya kembali ke ruangan Rani, Rani pun segera meminta saya memperlihatkan foto
Keandra, sebab dia hanya bertemu Keandra sebentar di ruang operasi. Spontan
Rani menangis ketika melihat selang yang tertempel di mulut Keandra.
Mbak
Rani nggak tanya-tanya tentang kesehatan Keandra?
Tanya.
Saya coba jelasin seadanya, yaitu Keandra kesulitan untuk menyusui. Saya yakin
pasti yang ada di benak Rani sangat pahit, sebagai seorang ibu yang seharusnya
ada disebelah bayinya dan memberinya susu, tapi apa daya, ASI rani masih
terlalu beresiko untuk diberikan.
Dalam
dua minggu itu kan Mas Adit nggak cerita lengkap soal Keandra ke Mbak Rani. Padahal
kondisinya cukup serius. Mbak Raninya curiga nggak?
Iya.
Kecurigaan Rani berawal dari seringnya saya bolak-balik karena ditelfon oleh
pihak rumah sakit. Saya tidak dapat berbicara banyak, tapi saya coba sedikit
menjelaskan tentang hypothyroidsm, dan Keandra harus melakukan cek darah.
Keseharian sayapun dipenuhi dengan usaha saya untuk mencari sebanyak mungkin
informasi dari internet mengenai hypothyroidism dan down syndrome. Saya tetap
menyimpan semua beban itu sendirian.
Ketika
hasil tes darah sudah keluar pada hari ke-5 setelah kelahiran Keandra, hasilnya
menunjukan Keandra memiliki masalah dengan produksi thyroid yang kurang. Saya
pun segera didatangi oleh beberapa dokter yang menamakan mereka sebagai ahli
endokrin, dan saya pun dijejali beribu pertanyaan mengenai masa kehamilan Rani.
Tidak ada yang aneh dan tidak ada yang tidak wajar dari masa kehamilan Rani,
dan para dokter inipun segera meminta izin untuk mengambil foto Keandra untuk
diteliti lebih lanjut.
Spontan
pada saat itu saya mulai merasa ini sudah tidak beres. Saya tidak mau
menghabiskan waktu hidup Keandra untuk diteliti. Maka pada hari itu, walaupun
pihak rumah sakit tidak mengizinkan, saya memaksa untuk membawa pulang Keandra.
Hooo
… jadi dalam dua minggu itu nggak di rumah sakit terus? Begitu udah nyampe di
rumah, lebih susah, dong, ngerahasiain keadaan Keandra dari Mbak Rani …
Iya.
Selama beberapa hari di rumah, saya pun lebih banyak menyendiri. Bahkan sangat
jarang untuk terlibat dengan Rani dan Keandra. Saya lebih banyak menghabiskan
waktu di atas untuk browsing informasi tentang down syndrome. Suatu hari, Rani
sempat mengeluh karena saya tidak pernah turun ke bawah, dia bingung kenapa
saya berperilaku seperti itu. Dia tidak tahu bahwa saya sedang memikul beban
yang sangat besar sendirian.
Setelah
Keandra berumur 2 minggu, tiba waktunya untuk kami mengunjungi dokter anak.
Kami menolak untuk kembali ke rumah sakit yang sama karena pengalaman cukup
buruk yang kami alami. Maka kami memutuskan untuk mendatangi seorang , dokter
anak yang cukup senior dan banyak menjadi rekomendasi untuk dokter bagi para
ibu seperti Rani. Karena saya harus membawa surat rujukan dari rumah sakit,
dimana di surat tersebut dituliskan bahwa Keandra memiliki down syndrome dan
hypothyroidism, saya pun sangat kelabakan untuk mencari akal agar si dokter
nanti tidak membahas masalah itu di depan Rani.
Nah.
Terus caranya gimana?
Saya
menuliskan sebuah catatan di secarik kertas yang isinya berkata: “Dok, istri
saya belum tahu mengenai down syndrome, jadi tolong jangan dibicarakan di depan
dia. Bicarakan dengan saya saja.” Lucunya, setelah membaca catatan saya, beliau
malah menuliskan balasan di kertas itu, “Istrinya dan mamanya bisa disuruh
keluar dulu tidak?” Saya, dan Rani yang duduk di sebelah saya, sangat
kebingungan. Melihat gelagat saya yang kebingungan, si dokter pun akhirnya
berinisiatif untuk menyuruh Rani dan mamanya keluar dan menunggu sambil menebus
obat di apotik.
Wahaha
… dokternya cepet tanggap ya. Terus setelah tinggal berdua sama Mas Adit,
dokternya bilang apa?
Saya
ingat betul kalimat pertama yang beliau ucapkan, “Pak, anak bapak ini adalah
anak yang sangaaaat spesial…”
Aduuuh
…. manis banget dokternya …
Iya.
Jadi walaupun pada akhirnya si dokter pun mengkonfirmasi diagnosa down syndrome
Keandra, tapi saya sedikit merasa lebih lega. Si dokter hanya menitipkan satu
pesan, sebelum beliau mau bekerja sama dengan saya, beliau ingin saya
menceritakan semuanya pada Rani. Dan beliau meminta kami semua kembali lagi
jika Rani sudah tahu dan kami sudah siap. Sepertinya memang beliau sudah
menemukan sesuatu di malam itu, tapi belum mau menceritakan pada saya berhubung
kondisi kami yang memang belum siap.
Akhirnya
kapan siapnya?
Hari
itu. Dengan sedikit keberanian yang saya dapat dari kehalusan ucapan si dokter
tadi, saya pun menyiapkan kata-kata. Akhirnya di malam itu, setelah menidurkan
Keandra di kamar, kami bertiga duduk di ruang tamu di atas karpet. Saya pun
mulai bercerita tentang keandra dan down syndrome. Rani pun tak kuasa menahan
tangisnya, saya biarkan dia menangis di pelukan mamanya.
Wah,
Mbak Rani pasti down banget. Terus gimana Mas Adit nge-handle dia?
Inilah
yang saya sangat suka dari Rani, dia adalah seorang perempuan yang tangguh.
Walaupun beban yang dihadapi sangat berat, dia tidak pernah menyerah. Setelah
kurang lebih 30 menit, akhirnya Rani berhenti menangis dan mencoba mengumpulkan
lagi bongkahan yang barusan telah pecah. Diapun lalu bertanya, “Apa langkah kita
selanjutnya?”
Dan
apa langkah selanjutnya …?
Malam
itu kami mulai membicarakan tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi
antara lain untuk kembali lagi bertemu dengan dokter Anggi, dokter anak
Keandra. Saya merasa sangat lega bahwa kami berdua sudah berada di halaman yang
sama, kami pun memiliki visi yang sama tentang Keandra, ya Keandra adalah anak
kami, darah daging kami berdua, apapun masalah yang Keandra alami, akan kami
hadapi semampu kami.
Susah
nggak sih nerima keadaan Keandra yang spesial ini?
Bagi
kami, untuk dapat menerima keadaan Keandra, tidak terlalu sulit. Mungkin
mengingat pengalaman hidup kami berdua yang memang sudah banyak lika-liku
kepahitannya. Saya ingat waktu Rani masih hamil, kami pernah berkhayal tentang
anak kami di masa depan. Kami cukup takut jika anak kami akan menjadi seperti
kami. Jika anak kami laki-laki, kami takut suatu hari dia akan menggunakan
narkoba, atau menghamili anak orang. Jika anak kami perempuan, kami takut suatu
hari dia akan dihamili seseorang. Kami takut kami dipanggil oleh guru BP di
sekolah karena kenakalan anak kami, kami takut anak kami tidak naik kelas, dan
sebagainya. Tapi sepertinya Semesta memang mendengarkan kami. Kami pun
dianugerahi seorang anak spesial, yang mungkin menjadi jawaban atas ketakutan-ketakutan
kami. Kami sekarang tidak harus memikirkan ketakutan-ketakutan tersebut.
Semesta memang hebat. Dan dengan adanya Rani di sisi saya, saya tahu saya tidak
harus sendirian lagi.
Aduh,
jadi merinding. Terus, apa kesulitan-kesuliatan yang kalian hadapi waktu
membesarkan Keandra?
Satu
tahun pertama adalah masa yang paling sulit bagi kami. Karena pada satu tahun
pertama ini, kami disibukkan dengan kondisi kesehatan Keandra yang sangat
membutuhkan operasi jantung pada saat itu. Kalau permasalahan lainnya sih
paling lebih banyak ke masalah teknis seperti mengerjakan tugas fisioterapi
atau terapi kognitif di rumah secara konsisten. Nah, salah satu permasalahan
besar adalah, kurangnya informasi dan buku yang tersedia secara umum mengenai
permasalahan perkembangan anak dengan down syndrome ini, padahal kan
populasinya lumayan banyak. Kalaupun ada, biasanya ini lebih ke cerita
pengalaman dari keluarga yang memiliki anak dengan down syndrome. Tapi yang
saya cari adalah buku-buku yang sifatnya lebih praktikal.
Ada
satu hal yang kami juga khawatirkan, namun memang tidak terlalu sering menjadi
topik pembicaraan di rumah sih. Karena kami berdua memiliki penyakit yang sama,
dan secara medis, seharusnya umur kami akan lebih pendek daripada orang secara
umumnya, paling tidak,kami berdua akan menjadi jauh lebih rentan terhadap
penyakit. Kami sering dihadapkan pada sebuah pemikiran dimana kami akan pergi
meninggalkan Keandra terlebih dahulu. Kami dihadapkan pada beberapa pertanyaan
besar yang kamipun tidak akan pernah tahu jawabannya karena hal itu belum
terjadi. Pertanyaan seperti, “Apakah Keandra akan bisa mandiri?”, “Kalau kami
meninggal, Keandra akan tinggal sama siapa?”, “Apakah Keandra akan butuh
pendamping hidup selamanya?”
Cara
ngatasinnya gimana?
Soal
buku, saya memilih untuk membeli buku secara online, atau mampir ke toko buku
ketika saya sedang berkesempatan ada di luar negeri. Baru-baru ini saya membeli
dua eksemplar buku mengenai “Early Communication Skills for Children with DownSyndrome” yang sangat berguna untuk memulai Speech Therapy di rumah. Saya tidak
bermasalah dengan membaca buku-buku yang saya beli dalam Bahasa Inggris. Namun
di luar sana, banyak sekali orangtua yang tidak memiliki kemampuan berbahasa
Inggris yang cukup untuk mampu menerapkan teknik-teknik dan ide-ide yang ada
dalam beberapa buku yang sangat berguna ini. Ini juga perlu diperhatikan.
Soal
pendampingan Keandra, kami sempat berbicara mengenai program untuk memberi adik
bagi Keandra, walaupun sampai sekarang rencana ini masih di-pending sampai ke
tahun depan. Kami pikir, jika Keandra punya adik, walaupun 3 tahun lebih muda,
pada akhirnya nanti si adik akan mendahului Kendra dalam perkembangan fisik,
emosi, dan psikologisnya – maka si adik juga bisa mengambil peran menjadi
pendamping atau ‘kakak’ bagi Keandra.
Kalau
hal yang paling indah selama membesarkan Keandra?
Ini
pertanyaan yang sangat sulit untuk dijawab, karena mungkin terlalu banyak hal
indah yang kami rasakan selama membesarkan Keandra, terlepas dari semua rasa
sedih, marah, bingung, dan putus asa yang memang harus kami lalui terlebih
dahulu. Tapi, dari segalanya, kami berdua telah bertemu seorang guru, seorang
yang mengajarkan kami untuk bersyukur. Seorang yang jauh dari kesempurnaan,
jauh dari keidealan, tetapi, ia adalah seseorang yang telah mampu membuat kami
menjadi sempurna untuk membesarkan dia, membuat kami menjadi lebih berani dalam
menghadapi hidup ini, membuat kami menjadi lebih bersyukur atas apa yang kami
miliki, membuat kami menjadi lebih bijaksana dalam melihat hidup seutuhnya –
kami telah diajarkan cara untuk hidup, memberi dan berbagi. Guru kami bernama
Keandra Morris Ksatria Lim.
Gimana
perasaan Mas Adit dan Mbak Rani ketika ngeliat anak-anak lain secara umum, yang
seumuran sama Keandra?
Sejujurnya,
kami sering berkaca pada anak-anak seumuran Keandra lainnya. Kami benar-benar
merasa Keandra sangat jauh tertinggal perkembangannya. Tapi hal ini tidak
pernah sama sekali mengganggu kami. Saya dan Rani memang suka membicarakan hal
ini, dan pada akhirnya kami justru lebih sering bersyukur, karena kami sering
mendengar keluhan orang tua lainnya mengenai seberapa cepat perkembangan
anaknya dan mereka sangat merindui masa-masa bayi itu. Nah, Keandra itu bisa
dibilang bayi yang sangat awet karena perkembangannya tertinggal lebih dari
setahun. Sekarang umur Keandra sudah 2,5 tahun, tapi fisik dan emosinya masih
seperti bayi umur 1 tahun lebih.
Hahaha.
Baiklah. Terakhir nih. Punya tips apa buat orangtua yang punya anak down
syndrome?
Bagi
saya, hal yang terpenting adalah: pertama, kesiapan kedua orangtua. Memiliki
anak dengan kebutuhan khusus membutuhkan kedua orang tua untuk menjadi orang
tua yang berkebutuhan khusus. Walaupun pada prakteknya yang menerima terapi
fisik, kognisi, okupasi, wicara adalah si anak, terapi yang sebenarnya adalah di
rumah, ketika si anak menghabiskan hampir seluruh waktunya bersama orangtua.
Terapi
selama satu jam per minggu tidak lah cukup untuk menopang perkembangan anak
dengan Down syndrome. Maka saya dan Rani selalu berusaha untuk terus terlibat
di dalam setiap terapi yang dijalankan oleh Keandra, sehingga seakan-akan yang
menerima terapi itu bukan Keandra, melainkan kami. Lalu kami mempraktekannya di
rumah dan inilah yang sesungguhnya dinamakan terapi.
Kondisi
kedua orangtua juga sangat diperlukan untuk berada di halaman yang sama dalam
artian, keduanya memilik persepsi yang sama atau serupa mengenai anak dengan
down syndrome. Tentang apa itu down syndrome, apa yang akan terjadi terhadap
anak dengan down syndrome, dan yang paling penting adalah, untuk tidak
membanding-bandingkan anak dengan down syndrome dengan anak dengan down
syndrome lainnya. Di dunia ini, tidak ada satupun anak dengan down syndrome
yang benar-benar memiliki perkembangan dan permasalahan yang sama persis.
Hal
lain yang saya pikir penting juga adalah untuk mengikuti apa kata dokter.
Sering kali kita tidak mempercayai dokter atas vonis yang diberikannya, namun
saya telah belajar bahwa ketidakpercayaan itu sangat didasari atas penyangkalan
dan penolakan atas kenyataan yang saya hadapi. Sangat penting untuk
mengetahui semua permasalahan medis yang dimiliki oleh anak dengan down
syndrome karena semua kondisi medisnya dapat menjadi acuan dan patokan yang
sangat penting dalam menentukan terapi-terapi yang akan dijalankannya, karena
semua organ, anatomi, kondisi kesehatan dan semua jenis terapi sangat berkaitan
satu sama lain. Akan jauh lebih baik dan efektif nantinya jika kita secara
rutin melakukan check up kesehatan yang seringkali menjadi permasalahan di
antara anak dengan down syndrome. Hal-hal ini meliputi:
1.
Jantung. Cek permasalahannya dimana, dan ikuti solusi dokter – JANGAN
ditunda-tunda!! Sudah terlalu banyak bayi dengan down syndrome yang meninggal
karena gagal jantung akibat tertundanya operasi. Ikuti saran dokter, jika
operasi, ya operasi.
2.
Thyroid. Cek thyroid bisa dilakukan dengan dua cara. Yang pertama untuk
mengecek organnya, yaitu dengan USG thyroid glands. Yang kedua, untuk memeriksa
fungsi organnya, yaitu dengan mengecek darah untuk TSHs, T3 dan T4. Ini cukup
penting karena terapi thyroid, dapat membantu perkembangan fisik dan
intelegence si anak. Ada banyak anak dengan down syndrome yang belum pernah
dicek thyroidnya, dan perkembangan fisiknya sangat lambat, padahal kan mungkin
saja kelambatan ini dipengaruhi dari produksi thyroid yang sangat kurang.
Mungkin kalau diterapi sejak awal, perkembangannya bisa sedikit lebih cepat.
3.
Mata. Lalukan cek mata ke spesialis mata yang sudah terbiasa menangani
anak dengan Down syndrome. Lakukan secara rutin. Karena permasalahan visual
yang tidak tertangani akan sangat menghambat perkembangan fisik dan okupasi si
anak. Jadi, kebayang kan kalau ternyata si anak mata nya burem, dan selama ini
diterapi ga ada perkembangannya sama sekali karena memang dia ga bisa liat.
Padahal, mungkin kalau dari awal untuk ditangani, entah operasi, obat atau
penggunaan kacamata, mungkin terapinya akan lebih berhasil dan efektif.
4.
Telinga. Sama seperti mata, telinga itu sama pentingnya dalam merangsang
perkembangan si anak. Lakukan cek up BERA (brainstem evoked response audiometry), dan pastikan hasilnya
dikomunikasikan dengan Dokter Tumbuh Kembang dan terapis si anak. Ini sangat
berpengaruh pada kemajuan perkembangan anak, terutama ketika sudah mulai masuk
ke tahap terapi wicara.
5.
Pencernaan. Anak down syndrome banyak yang memiliki masalah dengan
pencernaan. Maka, sebaiknya, segera lakukan cek jika terlihat ada masalah
dengan pencernaan, sebelum masalah itu menjadi lebih parah.
Selebihnya,
tetaplah positif. Seberat apapun beban yang kita hadapi dalam hidup kita, Tuhan
atau apapun kalian memanggilNya, tidak akan pernah memberikan sesuatu yang
tidak dapat kita lalui. Apapun yang tidak membunuh kita, hanya akan membuat
kita menjadi lebih kuat (Nietzche’s quote: “That which does not kill us, will
make us stronger.”.
Sipps
…
Makasih
banyak, ya, Mas Adit. Salam sayang buat Keandra dan Mbak Rani …
Menyusun
wawancara ini memberikan after taste
yang cukup campur aduk untuk saya. Ada haru, ada sedih, ada senang, dan ada
perasaan-perasaan lain yang entah apa. Dari antara seluruh kisah, salah satu
bagian yang bergaris bawah bagi saya adalah kata-kata sang dokter anak, “anak bapak
sangaaat spesial”.
Kata-kata
adalah fondasi paling kokoh untuk membangun, sekaligus wrecking ball paling keji untuk meruntuhkan. Di hari ulangtahun www.
salamatahari.com yang ke lima ini, saya berdoa. Kiranya "anak" saya
ini dapat menjadi halaman yang selalu membagi kata-kata yang menghidupkan.
Semoga.
Sundea
foto-foto
dok.pribadi Aditia Taslim dan Yusriani Taslim
Komentar
Saya butuh teman sharring ttg anak2 downsyndrome mohon add wa saya di 085759477968, thks
Kalian kuat
Terus berjuang ya para orangtua hebat