Judul album: Gajah
Penyanyi: Tulus
Label: De Majors
Durasi: 29:20
Genre: Pop-jazz
Di sebuah planet yang tak pernah kita ketahui namanya, Gajah berpapasan dengan semut. Ketika semut tengah beringsut untuk memasuki telinganya, Gajah menahan.
“Jangan masuk ke telingaku! Kali ini, akulah yang akan memasuki telingamu,” kata Gajah.
“Apa?! Bagaimana caranya?”
“Begini caranya …”
Lalu langkah Gajah yang berdentum sekaligus bernada, memasuki telinga semut seperti pawai. Gajah pun mulai menyanyi sambil menari.
Tak perlu kau ajak aku bicara
Tak akan pernah ku mendengarnya
Ini aku yang dulu bahkan tak dapat sebelah dengar dari telingamu
Tak akan pernah ku mendengarnya
Ini aku yang dulu bahkan tak dapat sebelah dengar dari telingamu
Tak perlu pesolek berwangi bunga
Tak akan mampu luluhkan hatiku
Ini aku yang dulu bahkan tak dapat sebelah mata dari pandanganmu
Tak akan mampu luluhkan hatiku
Ini aku yang dulu bahkan tak dapat sebelah mata dari pandanganmu
Suara Gajah renyah dan meyenangkan. Ia seperti digantungi berbagai instrumen yang lincah bergemerincing. Tubuh besar tak membuat Gajah kesulitan bergerak. Dan meski lirik lagu “Baru” yang didendangkannya meletupkan sedikit kemarahan, caranya menyanyi justru menerbitkan kesan riang dan optimis. Semut menikmatinya. Ia yang masih berada di punggung Gajah ikut terlontar-lontar saat Gajah bergerak setengah melompat.
Setelah Gajah selesai menyanyi, semut bertepuk tangan penuh semangat. “Wow! Menyenangkan sekali, menyenangkan sekali!”
“Kalau telingamu masih mau dimasuki, aku masih punya delapan lagu lagi,” kata Gajah.
“Aku mau, aku mau,” sambut semut tanpa berhenti bertepuk tangan.
Gajah lantas mulai menyanyi lagi. Lagu-lagunya bertutur layaknya cerita. Tak hanya menikmati iramanya, semut pun menyimak runutan kisahnya. Lagu “Sepatu” yang manis-manis mellow – tentang cinta platonis sepasang sepatu – membuat semut ingin tersenyum sambil menitikkan air mata sekaligus. Dalam “Lagu Untuk Matahari”¸ Gajah mengajak semut berdisko sambil menyemangatinya melakukan apa yang ia suka, jangan sampai terkalahkan oleh sesuatu yang jauh lebih besar. Dan dalam “Jangan Cintai Aku Apa Adanya”, Gajah menunjukkan kesiapannya menyambut tantangan, tak sekadar ingin menikmati hubungan yang serba mudah. Gajah romantis, hangat, dan pandai bercerita. Mungkin karena gajah memang hewan yang cukup pintar untuk mengingat peristiwa apa saja.
“Aku punya satu lagu lagi. Dan ini yang paling penting,” ujar Gajah.
“Nyanyikan, nyanyikan,” tanggap semut.
Gajah lantas berjalan lebih santai di sisi aliran sungai. Masih dengan suaranya yang renyah dan keriangan yang tak lantas habis dikikis kelelahan, dalam lagu “Gajah”, Gajah menceritakan seluruh dirinya. Hidupnya. Dan pencerahan yang ia dapatkan lewat perjalanan waktu.
Waktu kecil dulu mereka menertawakan
Mereka panggilku gajah, ku marah
Kini baru ku tahu puji di dalam olokan
Mereka ingatku marah
Mereka panggilku gajah, ku marah
Kini baru ku tahu puji di dalam olokan
Mereka ingatku marah
Jabat tanganku panggil aku gajah
Kau temanku kau doakan aku
Punya otak cerdas aku harus tangguh
Bila gajah jatuh gajah lain membantu
Tubuhmu di situasi rela jadi tamengku
Punya otak cerdas aku harus tangguh
Bila gajah jatuh gajah lain membantu
Tubuhmu di situasi rela jadi tamengku
Kemudian sunyi. Gajah dan semut sama-sama bercermin pada aliran sungai. Meski saat itu Gajah dan semut diam saja, gelombang yang mengalun membuat bayangan mereka tetap menari-nari.
“Eh, Gajah …” cetus semut tiba-tiba, “Dalam suit, aku mengalahkanmu ketika masuk ke telingamu. Kalau kamu yang masuk ke telingaku sekarang, apakah artinya kamu jadi mengalahkan aku?”
Gajah terdiam sejenak. Namun akhirnya ia balik bertanya, “Kamu merasa dikalahkan?”
Semut tampak mencoba meraba perasaannya sendiri. Tiba-tiba saja ia sadar bahwa dalam kebersamaan mereka, di planet yang kita tak pernah tahu namanya itu, konsep menang dan kalah jadi tidak penting lagi.
Di suatu tempat yang tersembunyi, masih di planet yang kita tak pernah tahu namanya itu, seorang manusia diam-diam mengamati Gajah dan semut. Ia tidak takut ditabrak Gajah, tak ingin pula menginjak semut. Telunjuknya mencatat kisah semut dan Gajah. Sambil menulis, manusia menyenandungkan lagu Gajah yang lain. Yang entah lupa, atau memang sengaja tidak dibawakan Gajah dalam rangkaian nyanyian Gajah-nya,
Kisahmu harimu ku tau semua
tanpa kau berujar aku selami
Gerakmu guraumu kemasan raga
tanpa kau sadari aku pahami
Sundea
Tulus adalah penyanyi pop jazz yang sedang beken-bekennya saat ini. Googling, deh, untuk menemukan informasi tentang dia dan mendengarkan lagu-lagunya. You will like it
Komentar
liriknya dalem-dalem
termasuk yang gajah ini