Sebelum istilah hoaks populer, kita mengenal ungkapan
yang maknanya kurang lebih serupa: Kabar burung. Kabar burung adalah kabar yang
belum jelas kebenarannya, sampai kepada kita tanpa bukti-bukti yang dapat
dipertanggungjawabkan, dan—seperti kata hoaks—mengandung konotasi negatif.
Belakangan ini, salah satu gosip yang sedang meriah
digoreng di media sosial membuat aku kembali mempertanyakan perihal kabar
burung. Kabar burung belum tentu benar, tetapi bukan berarti tak mengandung
kebenaran sama sekali. Ia berangkat dari suatu persepsi yang melahirkan narasi,
dibubuhi bumbu-bumbu, atau justru ada informasi penting yang tercecer dalam
perjalanannya. Aku pikir kabar burung yang datang tak harus segera ditepis
melainkan dicari pangkalnya. Persepsi bisa saja salah, tapi tahu apa yang
membentuknya menambah perbendaraharaan pemahaman kita.
Di www.salamatahari.com
aku membawa kabar-kabar burung. Ada burung Tuiter yang meniupkan kabar si
Paling Kondang, ada burung-burung gereja yang bersahabat dengan merpati salah
pergaulan, dan ada Rahman yang mengumpulkan kabar burung sampai mengejar gelar
doktor di Selandia Baru.
Mulai hari ini, simak baik-baik segala kicau di
sekitarmu.
Cerita apa saja yang kau temukan dalam sumbang dan
merdunya?
Salamatahari, semogaselaluhangat dan cerah,
Sundea
Komentar