[ULASAN] Rahasia Gemini: JENGJENG

Pada suatu hari yang tidak terduga, ketika aku sedang tidak ada di rumah, sampailah novel “Rahasia Gemini” ke rumahku. Ia dilempar kurir ke halaman kemudian terguyur hujan. Setengah halamannya tetap kering dengan selamat, tetapi setengah lagi basah kuyup dan rentan sobek. Mau kesal… tapi Gemini. Sebagai seorang Solar Gemini aku sepenuhnya memaklumi segala kerandoman ini. Dengan ringan aku menganggpi kehebohan yang terjadi. Kujemur “Rahasia Gemini” yang dikirim oleh penerbitnya, Mekar Cipta Lestari, dan kubaca beberapa hari kemudian setelah halamannya betul-betul kering dengan aman dan menjadi ikal-ikal seksi.

 


Gemini adalah zodiak bersimbol anak kembar. Sesuai lambang yang diusungnya, kaum Gemini sering dianggap manusia two in one. Ada dua sisi di dalam diri mereka yang tidak jarang kontras. Cerewet tetapi pendiam. Berani tetapi penakut. Tangguh tetapi rapuh. Senang bersosialisasi tetapi suka sendirian. Menjadi two in one pun membuat mereka akrab dengan dilema dan sering sulit mengambil yang (justru) kecil-kecil dan dekat dengan keseharian.  

 

Gemini adalah zodiak berunsur angin. Itu sebabnya mereka ringan dan mudah bertiup ke mana-mana. Gampang akrab, gampang pula hilang dari lingkar pertemanannya. Gampang naksir, gampang juga ilfeel. Dramatik ketika menghadapi masalah, tetapi tiba-tiba move on dalam jangka waktu singkat. Sebagian orang sakit kepala menghadapi ritme hidup Gemini, tetapi sebagian lagi menganggap keserbaadaan mereka paket hiburan unlimited.

 

Gemini dikuasai Merkurius, planet yang berhubungan dengan komunikasi dan logika. Itu sebabnya umumnya mereka lincah bermain kata-kata, hobi mengumpulkan informasi terutama yang unik-unik, dan menikmati diskusi serta percakapan-percakapan menarik dengan siapa saja, termasuk dengan diri mereka sendiri. Iya, betul, dengan diri mereka sendiri.

 


“Rahasia Gemini” menceritakan Lintang dan Wulan, kembar identik keturunan Inggris-Indonesia dengan karakter bertolak belakang. Wulan—sang kakak kembar—introver, bersahaja, hati-hati, dan perasa, sementara Lintang—sang adik kembar—ekstrover, suka menjadi pusat perhatian, suka petualangan, dan dominan. Masing-masing mereka hanya memiliki satu kaki. Namun, mereka tetap tumbuh percaya diri dan melakukan aktifitas layaknya manusia dengan anggota tubuh lengkap. Di sinilah aku menemukan istilah menarik yang perlu kugarisbawahi. Difabilitas, bukan disabilitas. Difabel merupakan kependekan dari different ability atau kemampuan yang berbeda. Hanya berbeda. Bukan tidak mampu. 

 

Berhubung novel ini dilengkapi tempat-tanggal lahir Wulan dan Lintang, iseng aku mengintip chart zodiak mereka. Tidak ada jam lahir. Namun, berbekal informasi jam pecah ketuban Maggie, ibu mereka, aku mencoba memprediksi jam lahir si kembar. Kurang lebih begini isi chart-nya:

Chart Lintang

Chart Wulan

Keduanya adalah Solar Gemini dengan posisi bulan di Aquarius alias Lunar Aquarius. Singkatnya, walaupun “berbodi” Gemini, mereka digerakkan oleh “mesin” Aquarius. Tidak heran jika mereka bangga menjadi unik dan ditopang oleh harga diri yang cukup tinggi. Umumnya, ada jiwa breakthrough dalam diri setiap Lunar Aquarius. Lintang sudah jelas. Ia penentang tradisi, selalu ingin tampil beda, dan menyongsong petualangan dalam bentuk apapun. Namun, bagaimana dengan Wulan yang khidmat menjalani tradisi, senantiasa tampil manis sederhana, dan lebih nyaman membagi karyanya di lingkungan kecil?

 

Coba lihat tanda panah merah ke kiri dengan tulisan Asc di chart zodiak kedua tokoh kita. Di chart Lintang, tanda panah merujuk area Leo. Sementara di chart Wulan, tanda panah merujuk area Cancer.

 

Apa yang diacu si tanda panah disebut Ascendant atau Rising Sign. Ascenandt atau Rising Sign merepresentasikan “bungkus” alias karakter yang cenderung kita tampilkan di depan umum. Sebagai Leo Rising, Lintang menikmati peran sebagai “singa sirkus” dan cerah seperti api. Sementara sebagai Cancer Rising, Wulan lebih nyaman bersembunyi di dalam cangkang dan tenang seperti air; laut ada di DNA-nya, begitu selalu ungkap Wulan. Namun, Teman-teman, jangan tertipu oleh “bungkus”. Ibaratnya begini. Minuman beralkohol tetaplah minuman beralkohol meskipun disimpan di dalam botol kaca, botol air mineral, bahkan botol susu bayi. Baca ulasan ini sampai selesai untuk memahami apa yang kumaksudkan.

 

Menurutku “Rahasia Gemini” adalah novel yang memang sangat Gemini (bisa jadi karena Ibu Sekar Ayu Asmara—penulisnya—juga berada di bawah naungan zodiak ini). Tuturannya mengalir asyik. Aku merasa ingin terus mengikuti perjalanan Wulan dan Lintang meskipun sering kali tidak tahu akan dibawa ke mana oleh keduanya. Berbagai informasi kecil, terutama terkait pariwisata dan tradisi, bertebaran di dalam novel ini. Ada informasi kuliner unik Turki berikut cita rasanya, gambaran tempat-tempat wisata cantik nusantara, tradisi Jawa dalam berbagai upacara yang masih harus diikuti Lintang dan Wulan, bahkan kisah wayang yang muncul dalam cerpen Wulan. Random, kan, ada cerpen utuh yang ditulis oleh tokoh fiksi di sela bab-bab “Rahasia Gemini”?

 

Konflik terjadi ketika Wulan ingin melepaskan diri dari dominasi Lintang. Di sanalah Wulan mulai menyimpan banyak rahasia yang tak diungkapnya kepada Lintang. Sedikit demi sedikit love-hate relationship di antara mereka memercik melalui kilas-kilas pikiran dan peristiwa. Puncak konflik terjadi ketika Midnight dan Prapanca Arthur Wilde hadir dalam kehidupan masing-masing mereka. Di sanalah kemudian terbuka sebuah rahasia Gemini yang… JENGJENG…

 

TAMAT

Komentar