Salop

Meskipun Dea udah Batak oplos, salah satu warisan fisik suku Batak yang masih jatoh ke Dea adalah ini:

/sa.lop/ n
hubungan rahang bawah dengan tulang kepala, sendi rahang.

Dea punya rahang kotak. Setelah remaja, Dea baru tau kalau rahang kotak ini sering dianggep kekurangan yang ditutupin cewek.

Banyak model rambut yang sengaja dikondisiin untuk nutupin salop (oh iya, salop ini Bahasa Batak, ya, jadi nggak ada di kamus Bahasa Indonesia). Bahkan konon cewek Korea yang secara genetis mukanya kotak-kotak ngoperasi salopnya begitu beranjak dewasa.

Dea sendiri seneng-seneng aja sama salop Dea. Urusannya bukan soal cantik atau jelek. Buat Dea, salop adalah bagian dari identitas fisik Dea.

Bersama gigi gede-gede Dea yang “berorientasi ke depan”, rambut tipis yang oren segan item tak mau, kulit sensitif kayak si opa, dan semua pernak-pernik lain yang ada di seluruh diri Dea, Dea jadi satu pribadi yang spesifik banget.

Ada darah leluhur yang ngalir campur-campur di seluruh diri Dea, perjalanan panjang sejarah, jejak budaya, dan pengalaman tubuh Dea mapun para pendahulu yang ngebentuk Dea jadi satu pribadi utuh. Menurut Dea itu lucu dan seru aja. Sama serunya sama segala pernak-pernik yang ngebentuk temen-temen jadi dirimu yang spesifik.

Foto ini diambil beberapa taun lalu pas CS Writers Club, lupa siapa yang motret. Di foto ini salop Batak Dea keliatan cukup jelas.

Mungkin salop ini jugalah yang bikin Amang supir angkot Caheum-Ciroyom pernah nyapa dengan yakin (padahal nggak kenal) pas liat Dea dari spion:

“Boru apa rupanya kau, Inang?”

 

Pakek mahkota karena boru Batak disebut "boru ni raja"

 

Komentar