Bolos Sekolah

"Baaa... ketauaaan," seperti bapak-bapak di iklan OBH Combi, kepala Dea dewasa muncul dari lubang wastafel. 


Dea kecil, yang sedang menempel-nempelkan bohlam panas lampu meja belajar ke wajah dan leher terbelalak syok. Dengan kepala penuh tanda tanya, tatapannya mengikuti Dea dewasa yang sedang membebaskan separuh tubuhnya dari lubang seperti jin lampu. Dea kecil tidak tahu siapa ibu-ibu aneh itu. Tapi ia merasa mengenalnya dengan baik

"Aku ini kamu dari tahun 2022," kata Dea dewasa sambil memperbaiki jepit jemuran di poninya.
"Wow, tahun 2022 Dea belum mati!" sorak Dea kecil takjub.
"Ya belumlah," kata Dea dewasa.
"Kenapa Tante repot-repot ke sini? Bawa misi apa? Mau ngelarang Dea pura-pura sakit, ya?"
"Ah, enggak."
"Terus apa yg bakal terjadi sama Dea beberapa tahun ke depan?"
"Hmmm. Apa, ya? Oh, ini, akan ada waktunya kamu nggak naik kelas karena nggak suka sekolah."

Dea kecil kembali syok. Walaupun sering cari kesempatan bolos dengan cara aneh--misalnya menempelkan lampu panas di kulit supaya disangka demam--tidak naik kelas adalah sesuatu yang tak pernah ia bayangkan.

"Tapi nggak usah khawatir. Jalanin aja idup kamu apa adanya. Nggak usah ngehindarin nggak naik kelas. Dari situ nanti kamu malah belajar banyak hal yang berguna buat idup kamu. Pertanyaan-pertanyan kamu kejawab satu-satu lewat peristiwa itu," tutur Dea dewasa.
Dea kecil tidak sepenuhnya paham. Tapi ia menerima paparan itu sebagai, "Oh, ya udahlah, artinya nggak apa-apa nggak naik kelas juga".

Setelah hening sekian lama, Dea kecil kembali bertanya, "Tante, pas seumur Tante nanti, Dea jadi orang sukses nggak? Dea, kan, punya cita-cita jadi penulis cerita anak-anak. Tercapai, nggak cita-citanya?"
Dea dewasa tertawa, "Memangnya sukses itu apa, sih, De?"

Dea kecil terdiam. Untuk pertama kalinya ia mempertanyanan apa makna sukses. Selama itu Dea kecil cuma tahu semua orang ingin sukses jika sudah dewasa.

"Iya, kamu bakal banyak nulis cerita anak. Mungkin nggak seperti yg kamu bayangin sekarang, tapi tau untuk apa kamu nulis bikin kamu jadi orang yang selalu ngerasa penuh."


"Tante nggak mau ngasih Dea peringatan apa-apa kayak Nobita gede ke Nobita kecil?"Dea kecil memastikan.

"Nggaklah, ngapain, udah sana, terusin lagi ngompres-ngompres muka pakai lampu. Aku balik lagi ke 2022, ya, dadah..."

Dea dewasa kembali melompat ke lubang wastafel untuk pulang ke sesi menulis Cswc di Tanamu. Saat terbawa dalam pusaran, Dea terhubung dengan masa-masa SD-nya yang agak bermasalah. Dea punya banyak pertanyaan yang tidak dijawab, protes-protes terhadap sistem yang membuat pihak pendidik sakit kepala menghadapinya; di sekolah dan di tempat les piano.

Tapi setelah melakukan kilas balik, Dea paham tak ada haluan yang perlu diputar. Dea kecil memang harus mengalami semuanya. Bukan orang lain yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaannya, tetapi dirinya sendiri. Bukan sistem yang memaksanya patuh, tetapi kemampuan berdiplomasi secara proporsional dengan hidup dan segala penawarannya.

Dea tahu Dea kecil memang harus mengalami semuanya. Apa yang ia alami di masa lalu akan membuatnya paham lebih banyak hari ini.

Cswc, 25 Agustus 2022


 Cerita ini ditulis untuk sesi menulis spontan Cswritersclub edisi "Melintasi Waktu" dengan host Linda Desyana. Linda ngasih kami satu situasi random general yang pasti pernah terjadi di masa lalu kami, kemudian ceritanya kami saat ini kembali ke masa itu dan ketemu dengan kami di masa lalu. Dea kebagian tema "bolos sekolah".

Komentar