Mengasuh The Fabulous Five dan Berang-berangnya

 Persiapkan dirimu, proses yang akan membentukmu

Ibu bos Bandung Philharmonic, Airin Efferin, hobi banget ngelempar ide-ide nekad. Salah satunya bikin pertunjukkan musikal yang naskah dan komposisinya ditulis anak-anak. Gimana caranya? Siapa anak-anaknya? Awalnya Airin pun nggak tau. Tapi tantangan ini akhirnya disambut juga sama tim Program Musik Anak Bandung Philharmonic. 

Selama beberapa bulan tim Program Musik Anak ngegodok ide tesrebut. Kami bikin sistem dan kurikulum yang sesangkil-mangkus mungkin kemudian bersepakat ngejaring calon penulis dan komponis potensial lewat proses audisi. Idenya adalah bikin lokakarya dua belas pertemuan. Calon penulis dan komponis yang terpilih berkesempatan dapet pelatihan gratis sambil berkarya bersama Bandung Philharmonic.

Seru, ya? Tapi aku si Lunar Virgo deg-degan banget. Program ini “pertama” untuk kami semua. Sebagai perintis, kami nggak bisa niru pengalaman siapa-siapa. Semuanya masih gelap dan nggak bisa diprediksi bakal gimana. Nggak ada yang ngejamin juga berapa persen kemungkinan gagal atau berhasilnya.

Akhirnya, melalui proses audisi, terpilihlah The Fabulous Five. Ada Bening Untara dan Syakiila. S. Maulidya (penulis), Naomi Olivia, Bara Matahari Pagi, dan Richard Lysander (komponis). Anak-anak ini tinggal di kota-kota yang berbeda. Pertemuan seminggu sekali pun cuma bisa dilakuin lewat Zoom. Tapi, supaya anak-anak bisa terus berkomunikasi sama kami dan timnya, kakak admin Joe dan Hanna bikin whatsapp group. Sebagai mentor, Mario, Ikan Paus, dan Dea pun meyakinkan, anak-anak boleh ngejapri kami kapan aja dan nanya apa pun kalau ada yang perlu ditanyain.

Seraplah banyak ilmu, meski jalan yang kau tempuh ‘kan berliku

Perjalanan dua belas pertemuan itu sama sekali nggak mudah. Bukan cuma buat anak-anak, tapi juga buat kami mentor-mentornya. Berkali-kali sistem dan kurikulum harus dirombak mendadak karena nggak sesuai sama kondisi lapangan. Tapi, karena bertekad ngasih yang terbaik untuk anak-anak, kami terus nyari cara “ngasih makan” ilmu dan pengalaman sebergizi mungkin.

Salah satunya dengan ngundang Kak Ivan Tangkulung dan Kak Chris Kevin, komponis dan penulis serial musikal “Nurbaya” yang hits banget itu. Di sesi Kak Ivan dan Kak Chris anak-anak boleh nanya aaapa aja yang bikin mereka penasaran sama penggarapan musikal. Sesi tersebut ternyata nggak cuma mencerahkan anak-anak, tapi juga kami para mentornya. Setelah hari itu, walaupun proses lokakarya udah separoh jalan, sekali lagi kami nyoba ngebongkar sistem dan kurikulum yang udah ada. 



Saat tiba waktunya kau maju, beri yang terbaik dari dirimu

Selepas libur Idul Fitri, kelas komponis dan penulis yang tadinya terpisah kami satuin. Di luar dugaan jalannya malah lebih lancar. Ketika komponis dan penulis langsung berinteraksi, mentor bisa ngeliat secara langsung apa masalahnya dan gimana cara nyiasatinnya. Buat Syakiila dan Bening yang belum pernah nulis lirik, ternyata nggak gampang bikin cerita mereka jadi lirik yang harus singable. Sementara buat komponis yang biasanya konsentrasi sama musik aja, kehadiran kata-kata yang harus disesuaikan juga lumayan PR.

Di kelas gabungan, cerita juga bisa dibahas dan dirombak langsung on the spot bersama-sama. Setiap pihak bisa nyampein apa yang mereka butuhin dari naskah, abis itu solusinya langsung dikompromiin bareng-bareng. Belajar bisa sambil jalan, sambil berhadapan langsung sama masalah yang harus diatasin. Teori juga bisa dikasih sekalian sambil praktik.

Mentor jadi bener-bener kenal semua anak, bukan cuma anak bimbingannya. Bonding di antara The Fabulous Five pun otomatis semakin kuat. Peran masing-masing di dalam tim juga jadi kerasa. Apa lagi setiap personel The Fabulous Five ini punya karakter dan kekuatan beda-beda.
 
Naomi atau lebih sering dipanggil Oliv mateng banget secara musikal dan kepribadian. Dia bisa mengayomi dan jadi jembatan antara mentor dan temen-temennya. Bara yang kemampuan orkestrasinya melampaui anak-anak seumurnya disiplin dan bermental baja. Kadang-kadang dia agak strict, tapi kalau Dea peratiin, itulah yang bikin temen-temennya ikut disiplin dan nggak nunda-nunda ngegarap tugas. 
 


Syakiila nggak gampang putus asa dan nggak pernah takut bertanya. Dia, yang awalnya nggak tau sama sekali cara nulis musikal, cepet banget berprogres. Kami intens whatsapp-an, bareng-bareng nyari referensi, bulak-balik bongkar-baca-bongkar-baca tulisan, sampai akhirnya Syakiila nangkep prinsip penulisan musikal dan jadi tajem ketika nulis lirik. Bening, partner Syakiila, agak nyentrik dan sensitif. Tapi dari awal Dea liat ide-ide Bening yang out of the box adalah potensi besar yang dia punya. Selama dua belas pertemuan Dea liat Bening dan Syakiila bener-bener jadi tim yang solid dan saling melengkapi. Nggak cuma untuk nulis naskah, tapi juga curhat-curhatan. 
 


Richard, yang katanya baru pertama kali bikin lagu pas mau ikut audisi, melesat cepat. Di luar pertemuan yang seminggu sekali Richard cukup intens kontak-kontakan sama Ikan Paus. Ikan Paus banyak ngasih referensi, diskusi, dan Richard dengan cerdas lekas nyerep semuanya. Hasilnya adalah sebuah komposisi dengan kekayaan emosi yang bikin tercengang kami semua.  
 
Ricard posisi kameranya memang selalu misterius begini

Di pertemuan ke-12, "Ke Mana Perginya Sang Berang-berang?" dipresentasiin. Ceritanya seru, musiknya kaya, dan liriknya cerdas. Dea bangga banget sama anak-anak dan ketangguhan mereka ngarungin samudera lokakarya berikut badai-badainya. Nggak sekadar selamat, The Fabulous Five yang usianya baru 12-14 taun menuntaskan prosesnya dengan gemilang.

Dea sendiri jadi belajar, lokakarya ini seperti ekspedisi nyari pulau baru. Nggak ada penjelajahan tanpa keberanian ngambil risiko. Satu-satunya cara untuk tau apa yang ada di depan cuma bergerak maju mengarungi.

Rencana selanjutnya adalah ngebawa naskah ini ke panggung. Bisa nggak, ya? Bisa, dong. Kabar baiknya, temen-temen semua kami undang terlibat sebagai pemain. Audisinya udah dibuka. 
 
Ini informasinya dan di sini tautan formulirnya. Kami tunggu keterlibatan kamu, ya…
 

 


Jangan khawatir, jangan berhenti, jangan lama kau berpikir
Jangan ragu, jangan tunda waktu, siapkah kau melaju…?


Dea bakal nutup artikel ini dengan lagunya Rachel Nathania, pemeran Garnet di zoomsical “Bianglala” yang kami garap taun lalu. Selain nyanyi, Rara nulis sendiri lirik lagu “Kesempatan”. Setiap kalimat italic di artikel ini adalah potongan lirik lagu tersebut.

Meskipun nggak sengaja, Rara ngirim “Kesempatan” di momen yang tepat setepat-tepatnya buat Dea. Waktu Dea bener-bener lagi nggak yakin sama diri sendiri, lagi butuh ditemenin untuk ngelewatin dua belas pertemuan yang nggak mudah, lagu ini terlalu keren dan relateable sama kondisi. Betapa semesta punya cara yang lucu untuk ngasih kita sapaan-sapaan baik yang menguatkan. Buat Rara, makasih buat karyanya, ya, kamu nggak tau ada berapa orang lagi yang punya pengalaman sama kayak aku…

Semoga dua belas pertemuan lokakarya lalu bermanfaat buat The Fabolous Five. Semoga rencana ke depannya juga berjalan baik. Pada akhirnya, Dea selalu kembali ke aleasan Dea milih kerja untuk berbagai program anak-anak:


“Karena cinta yang kita tanam hari ini akan tumbuh pada generasi berikutnya”.



Selamat Hari Keseimbangan
Salamatahari, semogaselaluhangat dan cerah....

Komentar