Zoomsical Bianglala dan Cobaan-cobaannya

Beberapa taun yang lalu, waktu nonton Cirque du Soleil, ada satu kejadian yang berkesan banget buat Dea.

Di salah satu segmen, seorang pesirkus gagal lompat ke bahu temennya. Dia nyoba sekali lagi, tapi tetep nggak berhasil. Kejadian ini bikin Dea khawatir sama si pesirkus. Dea tau dia berusaha banget. Mungkin malu juga karena kekandasannya disaksiin manusia setenda besar penuh. 

Tapi sayup-sayup para penonton mulai tepuk tangan ngasih semangat, ngeyakinin si pesirkus kalau dia tetep didukung no matter what. Dea ngeliat gimana si pesirkus ngehirup dalem-dalem semangat yang anget menuhin seluruh arena, sebelum akhirnya nyoba ngelompat lagi.

Lompatan si pesirkus tetep agak gamang, tapi kali itu dia berhasil. Penonton ngasih tepuk tangan meriah yang bikin hati Dea penuh. Di situ Dea sadar, betapa baiknya sebetulnya manusia-manusia kepada manusia lainnya.

Kita simpen dulu cerita tentang Cirque du Soleil dan pindah ke #zoomsicalbianglala, sandiwara musikal anak-anak yang nyedot seluruh konsentrasi Dea beberapa bulan terakhir. 


Di antara semua kegiatan Program Musik Anak yang pernah Dea jalanin bareng Bandung Philharmonic, “Bianglala” adalah proyek terbanyakcobaan ever.

Pertama, semua yang terlibat di proyek ini terjun tanpa pengalaman sama sekali. Segala langkah yang diambil semi coba-coba. Nggak jarang kami kebentur, nemuin kendala yang seakan-akan nggak ada solusinya, tapi kami udah nggak punya pilihan selain jalan terus.

Kedua, admin-admin utama kami secara berturut-turut ngalamin musibah. Hana—admin pertama—kecelakaan motor sampai harus operasi lumayan berat. Akibatnya dia nggak bisa kerja sebanyak biasa, padahal segala urusan administrasi penting dan bahan publikasi Hana yang olah.

Nggak lama setelah kecelakaan Hana, admin kami yang lain, Joe, dijambret. Laptop dan hp-nya raib. Mau nggak mau kami semua semua harus kompak dan cepet nge-take over berbagai kerjaan. Di tengah kepusingan nyiapin video untuk preview “Bianglala”, secara mendadak fokus Pak Sutradara yang sekaligus Program Director kami harus teralih. Kami harus bagi tugas secara cepet.

Tiba-tiba kami semua harus nge-handle segala hal yang nggak biasa kamu lakuin. Di injury time pula; menjelang preview. Anak-anak artistik harus terlibat di segala kerjaan administrasi. Dea yang gaptek dan slow learner musti kursus kilat ngedit video biar bisa ngebantu publikasi. Tapi karena kami sepenuhnya naro hati ke proyek ini, nggak ada yang jadi gila dan banyak ngeluh. Kami bertahan karena kami bener-bener pengen mempersembahkan yang terbaik aja.

Akhirnya sampailah kami ke hari preview. Sampai saat itu, seenggaknya administrasi dan publikasi sanggup kami kerjain tanpa terlalu (TANPA TERLALU, ya, hehe) keteteran. Video #zoomsicalbianglala sukses diedit sama Pak Sut Mario Hasan dan videografer kami Chrstian Natanael alias CN. Kami pun berhasil ngerekrut Ci Fatma, bendahara Bandung Philharmonic, untuk jadi host Zoom dadakan. Dia bisa walopun harus sambil jaga toko. Kami pun masih sempet gladi resik sekilas dan semua tampak lancar-lancar aja. Tapi cobaan belum berakhir. Ini dia yang ketiga. 

Ini belum semua penonton, lho

Ternyata, berkomunikasi dengan 90 partisipan Zoom—terutama kalau ada yang harus dipanggil dan diminta bicara—lumayan jereng dan tersendat-sendat. “Duduk”-nya kan nggak bisa diatur kayak di konser luring.

Nggak cuma itu. Di tengah pemutaran, video #zoomsicalbianglala tiba-tiba kejet parah. Ci Irene langsung improvisasi supaya kami punya waktu untuk ngebenerin laju video. Parahnya, segala cara yang kami lakuin nggak betul-betul ada gunanya. Penayangan video dari tengah sampai belakang nggak karu-karuan. Kadang skip, kadang delay, kadang kejet, kadang lancar sebentar, tapi terus bermasalah lagi.

“Biasanya video Bandung Philharmonic yang diputer di Zoom nggak sepanjang ini,” kata Ci Fatma sambi sibuk bulak-balik antara nge-host dan ngurus kembalian di toko, “kalau masalahnya koneksi, gua nggak ada solusinya.”

Kami pun nggak bisa bilang apa-apa. Masalahnya, di antara kami semua, memang Ci Fatma yang punya koneksi paling mumpuni.

“Resolusinya kayaknya kegedean,” duga Ikan Paus.

Apa yang dipikir Ikan Paus masuk akal. Sayangnya kami telat sadar karena nggak punya cukup pengalaman. Selama ini biasanya video musik Bandung Philharmonic yang panjang-panjang diunggah di Youtube. Ternyata, Youtube dan Zoom sifatnya beda. Zoom dibuat untuk meeting-meeting, jadi nggak gitu toleran sama file dengan resolusi gede. Sementara, waktu nyiapin video preview, Mario, CN, dan Ikan Paus konsentrasi ke kualitas gambar dan suara supaya semua orang dapet pengalaman nonton maksimal. Ternyata hasilnya sebaliknya. 


Akhirnya kami pasrah. Video #zoomsicalbianglala tetep bisa ditonton dan diikutin, walau dengan segala kendala teknis. Sebagai kreator dan panitia, kami semua lumanya nge-drop sepanjang pemutaran. Kami bisa aja percaya sama karya kami sendiri, tapi nggak bisa ngehindarin masalah teknis yang dateng nggak terduga.

Setelah video selesai diputer, kami kembali kepada pemirsa. Apa pun yang terjadi, the show must go on. Dengan mata jereng nelusurin 90 kotak di layar Zoom, Ci Irene tetep ngejaga flow acara supaya enak dan seru. Kreator dan panitia yang lain pun berusaha tegar dan tenang ngikutin acara.

Kami nyiapin mental untuk keadaan terburuk, meskipun nggak berani juga ngebayangin respons casts, media, dan undangan.

Ternyata wajah-wajah yang kami temuin cerah ceria. Pertunjukan kami disambut deeeengan sangat baik. Bukan berarti penonton nggak sadar acaranya nggak lancar. Tapi mereka milih untuk ngapresiasi dan ngasih energi yang uplifting aja.

“Semoga cintanya sampe, tapi lain kali jangan sampe cintanya terhalang sinyal hehe, harus dipikirin gimana caranya” komentar Mas Hikmat Darmawan dari Komite Film DKJ dengan jenaka. Rahne Putri juga sempet deg-degan pas videonya macet, tapi dia menyertakan doa yang baik, “Hamdalah bisa dinikmati sampai akhir.”

Buat rata-rata penonton, zoomsical adalah sesuatu yang baru. Ada yang nonton bareng anaknya dan anaknya amazed karena bisa nonton “nyanyi-nyanyi” di Zoom. “Dia pikir kalau Zoom cuma untuk mendengarkan pemaparan,” cerita Ibu Dini dari Raka FM yang disambut tawa berderai sama semua hadirin.

Banyak penonton yang terpesona sama suara casts yang bagus-bagus semua. Casts yang sempet berbagi cerita, Rachel (Garnet) dan Milly (Jumanten) mengaku hepi terlibat di proyek ini. Buat mereka, proyek ini juga nganter mereka ke banyak hal yang “baru pertama kali”. Rachel dan Milly pun seneng dapet pelatihan vokal dari Coach Sylvi yang juga main sebagai Mamatari.

Ibu Surlinah dari BPK PENABUR dan Nia dari Trust Orchestra terkesan sama unsur sains yang ternyata bisa masuk lewat musik dan cerita. Uda Rio Silaen dan Mas Hikmat berharap lagu-lagunya dirilis. Energi yang dikirim semua penonton preview kerasa hangat banget untuk kami. 

Media pun sangat suportif. Mas Anwar dari “Tempo” ngusahain bertahan nyimak seluruh program meskipun berjuang dengan koneksi internetnya sendiri. Temen SD Dea, Olive, yang megang empat media daring, dengan gesit naikin berita #zoomsicalbianglala di semua medianya bahkan dengan militan ngirim artikel “Bianglala” ke media temen-temennya di mana-mana (makasih, Live, ngebantu banget!). 

Beberapa tulisan di media


Kembali ke cerita pesirkus di Cirque du Soleil, Dea jadi makin sadar betapa baiknya sesungguhnya satu manusia ke manusia-manusia lainnya. Peradaban ngebangkitin kesadaran akan kemanusiaan dan melahirkan etika. Semakin tinggi tingkat berpikirnya, semakin jauh pula manusia dari naluri barbar. Masa-masa hiburan haus darah ala Gladiator is soooo yesterday. Semakin ke sini manusia semakin tau gimana ngehargain manusia lain; sadar bahwa sebetulnya kita semua saling ngelengkapin sebagai satu bidang yang besar.

Uda Rio ngingetin pentingnya berterima kasih dan ngasih semangat juga utuk penonton. “Sebuah karya seperti ini juga perlu diapresiasi. Ini yang memacu kita untuk menciptakan karya-karya lagi ke depannya,” kurang lebih itu pesen Uda Rio Silaen, Direktur Musik Voice of Indonesia dan pelatih vokal di Indonesian Idol Junior. 


Irene Sugihrehardja dan Rio Silaen


Setelah preview yang penuh drama tanggal 5, tim Bandung Philharmonic udah rundingan nyiasatin koneksi. Kami udah nemu suatu trik. Gimana triknya? Bisa tau kalau udah nonton hihi…

Semoga akhir pekan ini, cinta dari kami sampe dan nggak terhalang sinyal lagi ^^
Sampai ketemu di teater Zoom….
12-13 Juni 2021
Pk 14.00 WIB
HTM: Rp 50.000,-

Info&Reservasi:
WA - 0821 18065573

Ini Dea kasih teaser sedikittt...

Selamat Hari Keseimbangan

Salamatahari, semogaselaluhangat dan cerah...


 

 

Komentar