Entah mengapa, pada suatu hari tiba-tiba saya teringat “Voltus V”, film seri favorit saya ketika anak-anak. Meskipun sempat menjadi penggemar garis keras, saya sadar bahwa saya tidak pernah betul-betul paham jalan ceritanya. Saya yang di masa itu belum sekolah memahami “Voltus V” dengan cara sesederhana-sederhananya.
Maka, googling-lah saya untuk mencari tahu. Ternyata cerita “Voltus V” jauh lebih rumit daripada yang saya bayangkan. Saya pun melihat Pangeran Heinell, musuh utama Voltus, dengan kacamata baru. Bagi saya, dia bukan tokoh antagonis, tapi tokoh antago-nice dengan segala kompleksitas dan sisi-sisi manusiawinya (meskipun sebetulnya dia alien, sih, bukan manusia).
Ketika
membahas konsep antagonis dengan salah seorang teman saya, Arief Ash Shiddiq, Head of IP Developement di Wahana Kreator, saya mendapat pandangan
baru tentang “villain” yang tidak sama persis dengan konsep “antagonis”. Melalui obrolan kami, kami membahas tokoh Yudis di film "Posesif" garapan Wahana Kreator dan bagaimana sebetulnya ia didesain.
Papa saya pernah bilang, “realitas itu netral. Sudut pandang kita yang berpihak”. Saya setuju. Di dalam hidup ini, setiap kita selalu menjadi tokoh cerita. Entah protagonis, antagonis, ally, bahkan villain. Bergantung di bingkai siapa kita sedang berada.
Saya belajar, memahami setiap peran adalah cara menghargai jalan cerita.
Tidak semua tokoh harus kita cintai dan upayakan kemenangannya.
Di bingkai yang manapun, semoga kita dapat menjalankan peran kita secara tepat dan proporsional.
Selamat Hari Keseimbangan
Salamatahari, semogaselaluhangat dan cerah,
Sundea
Komentar