Ketika sedang dingin tapi tak ada jaket atau selimut yang cukup luas, saya biasanya mencari kaus kaki. Kaus kaki tak dapat menghangatkan secara menyeluruh, tetapi membuat anggota tubuh yang lain ikut berdamai dengan gigitan dingin. Bagi saya, kaus kaki seperti seberkas cahaya di ruang yang gelap, sekerat kue untuk perut yang lapar, dan secuil berita baik bagi hari yang buruk.
Di antara kaki dan sepatu, biasanya kita mengenakan kaus kaki. Kaus kaki mengurangi lembab, meredam bau, serta menghindarkan kita dari lecet akibat gesekan. Meskipun tersembunyi di balik sepatu, kaus kaki adalah sepasang benda kecil yang melindungi agar kita nyaman berjalan lebih jauh.
Dua pekan pertama 2021 tidak mudah. Lingkaran Covid-19 kian merapat. Berita kematian muncul sambung menyambung. Tragedi Sriwijaya Air SJ182 pada tanggal 9 Januari lalu ikut dirasakan oleh seluruh bangsa ini.
Di edisi 198, zine-zine-an online salamatahari mencoba meminjamkan kaus kaki. Ada kaus kaki yang menghangatkan dalam kisah Miss Yanti dan kecintaannya mengajar kelas kecil, ada kaus kaki yang membatasi sesal dan langkah dalam “Kesempatan Kedua”, dan ada kisah sepasang kaus kaki yang tidak sepasang.
Semoga persembahan kecil ini dapat menemanimu berjalan lebih jauh.
Doa terbaik untuk pesawat terbang SJ182, hal-hal yang masih dicari, dan mereka yang sedang berjalan membawa ingatan…
Selamat Hari Keseimbangan
Salamatahari, semogaselaluhangat dan cerah,
Sundea
Komentar