Lima(bok) Meter


Paket tulisan ini dibuat untuk cswriters club edisi 5 November 2020 asuhan Mbak Ririe:

"When life gets you down, you know what you gotta do? Just keep swimming."
— Dory 

Singkat cerita, Dea kebagian nulis tentang menyelam sedalam 5 meter. Dea nggak pernah nyelem, bahkan insecure sama keadalaman laut. Untungnya tema ini boleh diinterpretasiin secara bebas. Jadilah ini:

 


Backsound: Psychedelic - Bensound

Semua footage video: Mixkit.co

Gambar-gambar kecuali foto Dea sendiri: youtube.

 

Ketika sedang menyikat kamar mandi, terlalu banyak menghirup aroma karbol dan Bebek Kloset membuat kesadaranku berubah. Dinding-dinding kamar mandi tampak warna-warni dan meleleh tak henti-henti. Sementara itu, suara air kran yang mengocor mengisi bak terdengar seperti nyanyian Siren, makhluk mitologi Yunani yang sering melenakan pelaut.


“Dea, Dea, Dea, mari menyelam di bak. Kamu bisa menemukan apa saja di sini,” bujuk Keran Siren.
“Ada tegel doang sama lumut,” sahutku. Meskipun agak pusing, untuk hal yang satu itu aku masih dapat berpikir.
“Dea, Dea, Dea, menurutmu, kenapa bak mandi namanya bak?”
“Aku lagi nggak mood main tebak-tebakan ah, lagi puyeng…”
“Ya udah. Aku jawab sendiri. Karena ‘bak’ artinya ‘bagaikan’. Isi bak ini bagaikan… nah… bagaikan sesuatu yang rahasia.”
“Apa sih? Bikin penasaran aja.”
“Makanya sini…”

Dengan susah payah, karena ubin-ubin kamar mandi menyala random seperti lampu-lampu Dance-dance Revolution yang harus kuikuti, aku berusaha mencapai bak. Saat kupandangi, permukaannya tampak biasa-biasa saja. Bening karena baru kukuras sehingga aku dapat melihat dasarnya. Dangkal. Tapi tidak penuh-penuh meskipun keran terus mengalir deras.

Karena penasaran, aku masuk juga ke dalam. Ketika seluruh tubuhku sudah masuk ke bak, betapa terkejutnya aku karena tegel seperti longsor. Kakiku tak menemukan dasar pijakan. Mendadak aku panik. Tak ada pegangan. Aku terus tenggelam entah sedalam apa. Namun … hei … kenapa aku bisa bernafas di air?

Pelan-pelan kubuka mataku. Adegan-adegan sinetron “Cinta Fitri” yang tak pernah berakhir melingkupiku. Baru kusadri, keran yang mengajakku bicara memang Siren. Siren Sungkar.

“Kita akan menyelam sampai Season 5, Dea, karena bak ini … bak ‘Cinta Fitri’.” suaramu masih bergema-gema.
“Kenapa Season 5?” tanyaku.
“Karena kita disuruh menyelam sedalam 5 meter. Setiap meter mewakili satu season…”

Aku menyelam semakin dan semakin dalam. Adegan sinetron “Cinta Fitri” melingkupiku tapi aku tetap kurang paham arah ceritanya.

foto segenap penggembira edisi nyelem

 

 

 
 


Komentar