Namanya
David. Di konser anak-anak “The Lonely Clown”, ia berperan sebagai Ring-a-Ding,
badut clumsy yang baik hati dan
pandai bermain gelang-gelang. Ketika terpilih tampil di pementasan bersama
Bandung Philharmonic Orchestra, David semangat sekali.
Foto oleh Visuma |
“Dulu
kita diundang nonton konser anak-anak Bandung Phiharmonic yang ‘Monkey and
Turtle’, Kak Dea. Tapi kita nggak jadi nonton karena bisnya telat. Terus David
nangis. Kecewa karena nggak jadi nonton orkestra,” cerita Kak Nurul Adhim,
manajer anak-anak Red Nose Foundation.
Red Nose Foundation adalah yayasan non-profit yang bergerak di bidang edukasi. Mereka merangkul anak-anak nelayan yang bermukim di sekitar Cilincing, Jakarta dan daerah perkampungan Jurangmangu, Tangerang.
Red Nose Foundation adalah yayasan non-profit yang bergerak di bidang edukasi. Mereka merangkul anak-anak nelayan yang bermukim di sekitar Cilincing, Jakarta dan daerah perkampungan Jurangmangu, Tangerang.
Tak hanya memberikan pendidikan dasar, Red Nose Foundation
juga mengajarkan keterampilan sirkus kepada anak-anak. “Selain untuk rekreasi,
ini juga supaya mereka punya kebanggaan,” ujar Kak Adhim.
Self worth adalah “kekayaan” penting yang perlu dimiliki anak-anak. Kak Mario Hasan, sutradara kami, sempat bercerita. Ketika mengadakan diskusi kecil pada salah satu pementasannya, ia mendapati sekelompok anak yang merasa begitu tidak berharga. Tidak memiliki apa-apa. Bukan siapa-siapa. Ini membuat Kak Mario sangat terenyuh.
Memberikan keterampilan adalah salah satu cara menghidupkan self worth mereka, membuat mereka memiliki bekal untuk menghadapi dunia dengan percaya diri.
“The
Lonely Clown”, yang dipentaskan 13 Januari 2019 lalu di Bandung Independent School, adalah kolaborasi Bandung Philharmonic dengan Red Nose Foundation. Karya
ini menggabungkan musik orkestra, olah vokal, sirkus, seni peran, dan dongeng.
Mengisahkan Red Notes (diperankan oleh Matthew, siswa Sekolah Mutiara Nusantara), badut kecil yang “mendapatkan hadiah aneh” dari Peri Sirkus. Karena apa yang ia miliki berbeda dengan badut-badut lain, Red Notes sulit berbaur dan merasa tidak bisa melalukan apa-apa. Tetapi apa yang terjadi setelah ia tahu guna hadiah yang ada di tangannya?
Nah. Saksikan tanggal 27-28 Juni 2020 ini di channel youtube BandungPhilharmonic. Karya ini akan disiarkan streaming selama 48 jam.
Mengisahkan Red Notes (diperankan oleh Matthew, siswa Sekolah Mutiara Nusantara), badut kecil yang “mendapatkan hadiah aneh” dari Peri Sirkus. Karena apa yang ia miliki berbeda dengan badut-badut lain, Red Notes sulit berbaur dan merasa tidak bisa melalukan apa-apa. Tetapi apa yang terjadi setelah ia tahu guna hadiah yang ada di tangannya?
Nah. Saksikan tanggal 27-28 Juni 2020 ini di channel youtube BandungPhilharmonic. Karya ini akan disiarkan streaming selama 48 jam.
Kita
kembali kepada David. Ia yang paling semangat dan tertarik pada musik orkestra
ternyata paling banyak ditimpa cobaan. Satu hari sebelum berangkat ke Bandung, ibunya
dipanggil Tuhan. Peristiwa itu cukup memukul David. Tetapi ia tak mau membuang
kesempatan tampil bersama orkestra. Maka, meskipun sedikit murung, tampak lelah, dan kerap
sakit kepala, David memutuskan tetap berangkat dan bermain dalam "The Lonely Clown".
foto: Kak Adhim |
Saat
berlatih melempar ring, telapak tangan David lecet . Tetapi—sekali lagi—ia
tak mau membuang kesempatan. Jika kami menanyakan keadaannya, ia
selalu menjawab penuh keyakinan, “Aku bisa, Kak, aku bisa”. Maka, dicarikanlah
sarung tangan, setidaknya untuk melindungi telapak tangan David.
Begitu
orkestra datang, David berdiri dekat-dekat. Dengan penuh minat ia mengamati
para pemain yang sedang berlatih. Tiba-tiba ia mengayun-ayunkan tangannya
seperti sedang mengaba. Saat melihat itu, hati saya tahu-tahu hangat.
Saya membingkai peristiwa sesaat itu sambil berdoa dalam hati. Semoga
mimpi-mimpi David menemukan jalan. Semoga renjana mengantarnya kepada hal-hal
baik.
Saya memperhatikan
empat bocah luar biasa yang berperan dalam pertunjukan “The Lonely Clown”. Empat bocah yang dalam beberapa hari membuat saya jatuh sayang.
Matthew si pemeran utama yang bandel tetapi cerdas dan kritis, Indri pemeran Clubithia yang adem dan penyabar, Putra si cuek-cuek asyik yang serba bisa, dan David yang berkemauan keras. Pementasan ini membuat mereka berempat menjadi begitu akrab. Bermain di satu panggung membuat mereka belajar berbagi ruang dan saling menghargai. Latar belakang yang berbeda sama sekali tak menjadi sekat. Mereka bermain bersama, tak diganggu prasangka dan stigma, berbagi makanan, dan berlari-larian sampai Kak Mario harus berkali-kali mengingatkan, “Simpan tenaganya! Kalian nggak boleh terlalu capek!”
Matthew si pemeran utama yang bandel tetapi cerdas dan kritis, Indri pemeran Clubithia yang adem dan penyabar, Putra si cuek-cuek asyik yang serba bisa, dan David yang berkemauan keras. Pementasan ini membuat mereka berempat menjadi begitu akrab. Bermain di satu panggung membuat mereka belajar berbagi ruang dan saling menghargai. Latar belakang yang berbeda sama sekali tak menjadi sekat. Mereka bermain bersama, tak diganggu prasangka dan stigma, berbagi makanan, dan berlari-larian sampai Kak Mario harus berkali-kali mengingatkan, “Simpan tenaganya! Kalian nggak boleh terlalu capek!”
Matthew adalah yang jumpalitan itu |
Saya
akan menutup tulisan dengan sebuah foto. Ini bukan foto paling lengkap dan
sempurna. Tetapi bukankah apa yang kita sebut hidup justru punya kekuatan karena
ketidaksempurnaannya? Ketidaksempurnaanlah yang membuat hidup punya ruang untuk disempurnakan oleh
orang-orang yang mendapat "hadiah berbeda".
Selamat
menyaksikan aksi panggung keempat bocah luar biasa ini. Jangan sampai terlewat. Pada
tanggal 27-28 Juni 2020, “The Lonely Clown” disiarkan streaming selama 48 jam di akun Youtube Bandung Philharmonic. Informasi selengkapnya ada di akun Instangram Bandung Philharmonic ya...
Selamat Hari Keseimbangan
Salamatahari, semogaselaluhangat dan cerah.
Eh...
Selamat Hari Keseimbangan
Salamatahari, semogaselaluhangat dan cerah.
Eh...
Bonus dikit deh ini buat teaser:
Sutradara : Mario Hasan
Musik: Fauzie Wieriadisastra
Musisi: Orkestra Kamar Bandung Philharmonic
Musisi: Orkestra Kamar Bandung Philharmonic
Dongeng : Sundea
Manajer pemain: Nurul Adhim (Red Nose Foundation)
Tata Panggung: Aris dan Sofie
Tata lampu: Wilson Nicander
Panggung : IGM Pandu
Kostum: Laura
Face painting : Michelle EfferinDiperankan oleh:
Matthew sebagai Red Notes Clown
Putra sebagai Balkie
Indri sebagai Clubithia
David sebagai Ring-a-Ding
Komentar