Kesebelasan Kupu (bagian 8): Memberi Nama Kupu-kupu



“Kamu seneng amat, sih, ngasih nama kupu-kupu? Padahal abis ini mungkin kita nggak akan ketemu mereka lagi. Kalau ketemu juga kita belum tentu inget itu kupu-kupu yang mana,” kata Ikan Paus sambil ketawa.


“Ini bukan untuk manggil. Ini cara kita nginget mereka lebih daripada sekadar ‘kupu-kupu’, mereka jadi punya identitas yang lebih spesifik,” saut Dea.




Dea cukup serius ngasih nama kesebelas kupu-kupu yang kami pelihara di bawah tudung saji. Tiap nama punya arti dan masing-masing kupu ada ceritanya. Kami belajar banyak banget dari temen-temen kecil ini.

Sebetulnya bukan kami yang menyelamatkan mereka, tapi mereka yang menyalamatkan kami. Menurut Dea, mereka kayak petapa di cerita-cerita yang suka mampir ke rumah-rumah. Sepertinya si petapa yang minta makan dan tumpangan, padahal justru dia yang dateng untuk ngasih tau rahasia-rahasia idup. 

Is there a sign I should know?
Is there a road I could follow to bring you back home?* 

Jalan ke rumah kupu-kupu adalah jalan melepaskan tanpa mengharap kepulangan.
Sebab, setelah bertapa selama separuh usianya, kupu-kupu kesayangan kami ditakdirkan ngelanjutin idup sebagai pengembara.

Terima kasih, ya, Kesebelasan Kupu
Selamat bermigrasi sejauh mungkin sebagai percikan cahaya… 

Selamat Hari Keseimbangan
Selamat Tri Hari Suci Waisak
Semoga kita diberikan pencerahan yang menjernihkan… 





*dicuplik dari “If I Could be Where You Are” - Enya

Komentar

Andika mengatakan…
Makasih ya, it's beautiful : )
salamatahari mengatakan…
Makasih kembali udah mampir, Dika :)