“Aku
tau ini lukisan apa,” kata Ikan Paus tiba-tiba.
“Apa?”
tanya Dea.
Tepat
di hari ulangtaun pernikahan kami, kami mutusin nata ulang rumah (yang masih
belum beres-beres karena rumah kami berantakan banget). Salah satu bagian yang
kami tertibkan adalah sampah plastik. Udah setaun ini kami misahin sampah-sampah
plastik. Tapi, sebelum dibawa ke Bank Sampah Bersinar, Eco Camp, atau Sekolah Rempah Nusantara, biasanya sampah-sampah yang udah kami pilah numpuk nggak karuan di deket
pintu menuju garasi.
Supaya
nggak jelek-jelek amat, Ikan Paus punya ide bikin tempat ngegantung sampah. Dia nyari
papan sisa di bengkelnya kemudian ngegarap papan itu.
Karena masih ada sisa cat biru, putih, dan merah, Ikan Paus berkreasi. Dia nuangin cat ke papan dan bikin coretan-coretan intuitif pake kresek. Kegiatan itu selesai dalam tempo kurang dari lima menit. Sambil nunggu “lukisan”-nya kering, kami ngeberesin yang lain abis itu masak makan siang sama-sama.
Karena masih ada sisa cat biru, putih, dan merah, Ikan Paus berkreasi. Dia nuangin cat ke papan dan bikin coretan-coretan intuitif pake kresek. Kegiatan itu selesai dalam tempo kurang dari lima menit. Sambil nunggu “lukisan”-nya kering, kami ngeberesin yang lain abis itu masak makan siang sama-sama.
“Kalau
diliat-liat, coret-coret di papan itu kayak yang he euh, ya,” Ikan Paus ketawa
kecil sambil ngegebukin daging gepuk.
“Hahahaha
… iya. Kayak Affandi-affandian. Tapi yang ini ‘ekspress-ionis’, bukan ‘ekspresionis’.
Bikinnya nggak nyampe 5 menit, Bok,” tanggep Dea sambil lanjut nusuk-nusuk
daging yang udah digebukin Ikan Paus.
Sambil
masak, obrolan soal “lukisan” berkembang jadi serius. Kami mulai
ngarang-ngarang konsep yang makin lama kedengeran makin he uh juga.
“Itu lukisan
laut yang tercemar. Aksen yang merah-merah pencemarannya,” cetus Ikan Paus.
“Oh
iya juga ya,” sambut Dea.
“Terus
‘lukisan’ itu nanti kan buat ngegantungin sampah, biar jangan mencemari laut,”
tambah Ikan Paus.
“Terus
kamu ngegambarnya pake kresekadalahtuhan,” sambung Dea sambil nelangsa, keinget
spiritualitas kresek Dea yang belakangan mulai terlupakan.
Kami
nggak tau “lukisan” yang dibuat Ikan Paus tergolong karya seni atau bukan. Tapi,
kalau “seni” berasal dari kata Sansekerta
“sani” yang artinya persembahan/pemberian yang tulus, papan ini memang begitu. Rasa sayang sama anak penyu, yang kami lepas ke laut 6 taun yang lalu, bikin kami
pengen memberi keidupan terbaik untuk mereka. Ada perjalanan panjang sambung
menyambung yang bikin kami akhirnya mempersembahkan papan ini sebagai bagian dari
pemberian.
Sementara,
kalau “seni” artinya “kecil dan sangat halus”, Dea nemuin sosok tuhan
yang kecil dan sangat halus di kehadiran kresek. Dea suka bunyinya yang lirih dan renyah setiap ketiup angin. Kresek juga ada di
mana-mana, selalu reliable dengan kesederhanaannya, siap membantu tapi nggak
pernah nyari panggung. Kalau kadang-kadang dia kebawa jauh ke lautan, itu bukan
salahnya. Kita yang nentuin mau nganter kresek dan temen-temen plastiknya ke
mana setelah mereka ngebantu kita.
“Kresek
yang kamu pake ngelukis masih ada kan?” tanya Dea.
“Masih,”
saut Ikan Paus.
“Disimpen
ya…”
Proses
pembuatan “lukisan” ini nyaris effortless, tapi justru ngingetin Dea, segala
sesuatu yang natural memang effortless. Kalau plastik butuh effort maha
besar untuk bersatu dengan alam, kita nggak boleh ngebiarin mereka “pulang”
ke sana. Itu bukan tempat mereka seharusnya berakhir.
Di
ulangtaun ke-6 pernikahan kami, di sebelah mesin cuci dan di depan kamar mandi,
kami ngegantung sebuah “karya seni”. Karya ini nggak ada judulnya. Nggak punya nilai artistik tinggi. Nggak dilukis dengan keahlian khusus. Nggak dipasang
di galeri yang terhormat. Tapi dibuat sebagai cara kami menghormati
kehidupan.
Selamat Hari Keseimbangan, Temen-temen
Selamat Hari Kenaikan Isa al Masih
Selamat Hari Kenaikan Isa al Masih
Salamatahari, semogaselaluhangat dan cerah :)
"karya seni" bersama kresekadalahtuhan |
Catetan tambahan dikit:
- Temen-temen, ini ada tips misahin sampah plastik. Plastik Indomie itu ada kodenya, lho, jadi sebetulnya dia nggak musti bertahan bertaun-taun di lautan. Bisa didaur ulang.
- Kalau plastik bekas temen-temen nggak ada kodenya, bisa dibikin jadi ecobricks.
- Sampah-sampah yang udah dipilah bisa dianter ke bank sampah terdekat (atau bahkan bisa dijemput), antara lain ke Bank Sampah Bersinar yang punya pool di mana-mana. Coba ditanya mana pool yang paling deket sama kediaman kamu.
- Kalau temen-temen rutin nggunain produk tertentu (misalnya, selalu minum kopi merk tertentu, pakai sabun cuci piring merk tertentu, selalu pakai bumbu merk tertentu), kumpulin kemasannya untuk dikasih ke pengrajin. Di Bandung, Sekolah Rempah Nusantara nerima dan punya akses ke pengrajin.
- Konser anak-anak Under Our Sea bakal tayang gratis di Youtube tanggal 23-24 April ini. Link-nya ini ya.
Komentar