Hai Decil


Pagi ini, pasliat posting  temen Dea, Rani, di instagram, Dea jadi inget foto ini.




Dea pake cone head kayak Rani, tapi kebalik. Kalau nggak salah, sih, biar kayak contong kacang raksasa buat gajah di belakang Dea.

Karena posting Rani terinspirasi dari posting Rahne Putri,  Dea main ke akun Rahne. Ternyata Rahne bicara tentang mini self. Andai kita berkesempatan ketemu sama versi umur 5 dari diri kita sendiri, apa yang bakal kita sampein? Kebetulan Dea di foto ini umurnya memang pas 5 taun. Waktu TK.

Gara-gara posting Rani dan Rahne Dea jadi ngerenung. Kalau Dea ketemu Decil (Dea kecil), apa yg bakal Dea sampein?

Mungkin nggak ada. Kayak ke ponakan-ponakan Dea, Dea cuma bakal ngajak Decil main dan ngayal sebebas-bebasnya. Kami nggak akan ngelir buku mewarnai, tapi nambahin lebih banyak gambar dan cerita sampai halamannya sesek. Abis itu kami bikin permainan dari gambar dan cerita yg kami buat.

Untuk segala sesuatu ada waktunya. Dea tau Decil akan tumbuh, nemuin hal baru, ngelakuin kesalahan-kesalahan, sekaligus belajar dan memperbaiki dengan caranya. Di beberapa fase idupnya, mungkin dia bakal terluka. Tapi karena itu juga dia punya konsep sembuh dan atau nerima. Decil harus ngelewatin itu semua tanpa spoiler. Kalau nggak, sayapnya nggak akan berkembang sempurna.

"Nanti kalau udah besar aku jadi apa?" tanya Decil sambil gambar-gambar di buku mewarnai.
"Ya jadi diri kamu sendiri aja," saut Dea.

Waktu ngeliat Decil, Dea senyum. Dia nggak pernah berenti ngegambar. Di buku mewarnai, di buku pelajaran, di kertas ulangan, di sendal dan sepatu, di makalah seminar, bahkan di kulitnya ketika kering.

Idupnya sendiri, yg di usia 5 relatif masih bersih polos, seperti buku gambar yg halamannya nggak akan abis sampai dia tutup usia. Ke depannya, dia bakal ngegambar dengan excited di situ, pakai Boxy.

Selamat hari keseimbangan, Decil. Hari ini kita seperti matryoshka, ya…


Komentar