-Herbsays Kitchen, 14 Juli 2018-
Be Brave to Speak –
Kutubuku
Hanya dengan menyumbangkan satu buku
dengan ketulusan hati, pada suatu Sabtu pagi yang ceria, siapapun berkesempatan
belajar public speaking dari PatriciaRanieta, presenter “Jejak Petualang”Trans 7. Bersama Cindy adiknya, Rani bangun subuh-subuh, datang jauh-jauh dari Jakarta, dan
menerjang kemacetan membawa semangatnya untuk berbagi.
“Aku bela-belain dateng ke Bandung
karena keinginanku untuk sharing dari lama. Aku pengen apa yang aku punya bisa
aku kasih dan bermanfaat untuk orang lain,” ungkap Rani. Ini pertama kalinya
Rani membagi materinya sendiri. “But
yesterday was one of the best day ever! Karena audience-nya responsif and you guys look happy!” pungkas Rani
dengan keriangannya yang khas.
“Be Brave to Speak” terselenggaran
berkat kerja sama Kutubuku, Rani, dan Herbsays Kitchen. Kutubuku adalah gerakan
yang diinisasi oleh Sherly Liu. Sherly lantas mengajak ketiga sahabatnya,
Agatha Yantri, Ruri Fitriyanti, dan Tommy Wibhowo, untuk mewujudkan niat baik
ini. “Awalnya gara-gara saya patah hati. Daripada mereka-mereka ngedengerin
saya ngegerendeng terus, mending cari kegiatan yang positif,” ujar Sherly sambil
tertawa.
ki-ka: Agatha, Sherly, Ruri. Tommy berhalangan hadir |
Ide mengumpulkan buku muncul ketika
Sherly main ke Mollo, Nusa Tenggara Timur. Di sana ia bertemu dengan DickySenda, seorang putera daerah yang meninggalkan pekerjaannya sebagai guru dan
pulang ke untuk membangun tempat
kelahirannya. Dicky merintis sistem kewirausahaan sosial bernama LakoatKujawas. Lakoat Kujawas ini merupakan integrasi dari berbagai bidang, salah
satu di antaranya adalah perpustakaan.
Partner pertama Kutubuku adalah
Lakoat Kuajawas. Namun, di kemudian hari Kutubuku melebarkan jaringan, menyumbangkan
buku-buku yang mereka ke tiga
perpustakaan lain yaitu Nuhu Eav (Kepulauan Kei, Maluku Tenggara), Lentera
Nagari (Nagari Tapan, Sumatera Barat), dan Waffles Anutapura (Parigi, Sulawesi Tengah).
Buku-buku yang disumbangkan terbatas
untuk anak-anak usia 6-17 tahun, bukan buku pelajaran, agama, komik, majalah,
atau kitab suci. Mengapa menetapkan kriteria? Agar buku-buku dapat disortir
dengan lebih spesifik dan tepat sasaran. Prinsip mereka adalah “quality over
quantity”.
Supaya mereka mengenal donaturnya
satu persatu, setiap donatur selalu difoto bersama buku yang mereka sumbangkan.
Kita kembali ke suasana di Herbsays
Kitchen. Setelah menikmati hidangan lezat dan sehat persembahan Herbsays
Kitchen, Rani menantang peserta dengan ujian praktik. Setiap peserta dipanggil
ke depan, diberi satu topik acak oleh Rani, kemudian harus membahas topik itu
selama satu menit di depan publik.
Kak Ita dari Herbsays juga wajib public speaking. Cerita tentang Herbsays. |
Evan Jeihan, mahasiswa psikologi,
mendapat topik Justin Bieber. Meskipun mengaku tidak terlalu tahu mengenai
Justin Bieber, ia mampu berbicara dengan lancar. Rupanya ia memakai salah satu
tips dan trik yang diberikan Rani. “Triknya adalah kaitkan sama hal-hal
sederhana yang ada di sekitar,” kata Evan.
Namun ada juga yang sengaja diberi
topik yang memang sudah dikuasai. Matheus Aribowo, misalnya, diminta bercerita
mengenai tempat asalnya: Dieng. Menurut Rani, ia sengaja memberikan variasi
“kesulitan” agar peserta tahu, ada kalanya kita dihadapkan pada topik yang
asing untuk kita, ada kalanya sebaliknya.
Kutubuku. Kumpul Satu Buku berbagi
sejuta ilmu.
Hari itu semua belajar sesuatu.
Melalui Rani, semua yang hadir mendapat ilmu mengenai public speaking. Rani sendiri belajar menghadapi ketakutan ketika menyampaikan
materinya sendiri untuk pertama kali. Kami juga mendapat ilmu mengenai
makanan-makanan sehat dari Kak Ita Herbsays Kitchen. Wawasan kami pun terbuka
saat Sherly bercerita mengenai perpustakaan di berbagai daerah.
Sejuta ilmu memenuhi kemungilan
Herbsays Kitchen. Semuanya bertaburan seperti bintang dan menyinari
kepala-kepala yang hadir.
Bicara mengenai belajar, hari itu
saya juga belajar sesuatu yang menghangatkan:
Setiap kebaikan yang ingin dibagi
akan menemukan jembatannya.
Menyeberang kota. Menyeberang pulau.
(*)
Foto-foto: Ruri, kecuali foto terakhir oleh Sundea
Komentar