Bang Toyib

Apa yang dilakukan Bang Toyib ketika ia tidak pulang-pulang? Pertanyaan itu muncul di kepala saya ketika Galant, teman saya, bertanya, “Ke mana aja, De? Anak Beruang gimana kabarnya?”

Tiba-tiba saya merasa seperti Bang Toyib. Belakangan ini saya jarang pulang ke zine-zine-an online ini. Saya juga absen memberi kabar. Jika www.salamatahari.com diasumsikan sebagai orang-orang rumah, pada hari keseimbangan mungkin mereka menyanyi-nyanyi begini:

Mpok Dea, Mpok Dea
Kenapa tak pulang-pulang
Anak Bruang, Anak Bruang
Panggil-panggil namamu

Saya tak jelas sedang apa dan ada di mana.

Padahal, di luar rumah, sesungguhnya saya -- "Bang Toyib" ini -- selalu rindu rumah. Saya tidak pernah melupakan Anak Beruang, Kresekadalahtuhan, keajaiban angkot, cerita tentang acara-acara meyenangkan di seputar kota saya, dan hal-hal kecil lain yang justru membuat hidup terasa besar. Ketika hari keseimbangan tiba, saya selalu berusaha membawa pulang cerita. Jika betul-betul tidak sempat, setidaknya saya membagi cerita-cerita kecil saya melalui akun instagram.

Agar tidak hilang dan meresahkan seperti Bang Toyib, di edisi 189 saya membawa kabar dari luar rumah. Selama ini saya masih menulis dengan renjana terpelihara meski tak sempat pulang. Maka saya memuat kembali artikel tentang angkot yang saya tulis untuk Voxpop.id dan mengunggah surat yang menceritakan di mana saja saya selama ini dan beberapa waktu ke depan nanti.   

Seperti Bang Toyib, terus terang saya tidak tahu kapan saya bisa betul-betul pulang dan kembali menemukan ritme rutin seperti sediakala. Tapi saya tidak pernah putus asa mencari waktu dan jalan agar bisa kembali pulang. Zine-zine-an online ini adalah rumah dan jantung hati saya.

Saya jadi bertanya-tanya. Ke mana Bang Toyib dalam lagu itu sebetulnya? Apakah dia juga rindu rumah?

Salamatahari, semogaselaluhangat dan cerah,
Sundea





Komentar