Sekadar menelusuri ingatan
:)
Jauh sebelum menjadi kawan saya,
majalah KaWanku yang lahir pada tahun
1970 sudah lebih dulu menjadi kawan anak-anak lainnya. Iya. Anak-anak. Meski
belakangan lebih dikenal sebagai majalah remaja puteri, awalnya ia adalah
majalah anak-anak. Komik strip “Garfield” yang hadir setiap pekan adalah salah
satu daya tariknya.
gambar diambil dari sini |
Ada beberapa hal yang saya ingat dari majalah KaWanku versi anak-anak: komik strip Garfield, tebak-tebakan garing "Asbak" alias "Asal Tebak", dan kalau saya tidak salah ingat, serial "Lupus Kecil".
Seangkatan dengan Bobo,
Si Kuncung, dan Ananda serta
tabloid Fantasi dan Hoopla yang menyusul lahir kemudian, KaWanku menceriakan anak-anak pada
zamannya. Namun di awal 90an, kemeriahan media anak-anak itu meredup. Satu
persatu mereka gugur. Hanya Bobo yang
terus bertahan dan berjaya.
KaWanku sendiri tidak menyerah. Ia hadir
dalam wujud KaWanku Stil alias “saya
sudah tidak ingusan lagi”. Majalah ini mengambil pasar remaja tanggung. Saya taksir sekitar
11-15 tahunan. Karena salah satu sepupu saya yang tinggal di Bandung (ketika kecil saya tinggal di Jakarta) berlangganan majalah ini, bagi saya KaWanku Stil tak lepas dari momen liburan.
gambar diambil dari sini |
Tak terlalu lama setelah itu, KaWanku menjelma menjadi majalah remaja
puteri. Ia bertahan cukup lama dengan format ini. Lewat MOKA alias Model
KaWanku, lahir beberapa selebritis terkenal antara lain Laudya Cynthia Bella
dan Tyas Mirasih.
Tetapi akhirnya majalah ini
memutuskan untuk berhenti terbit secara cetak. Seperti dikutip dari situs
cewekbanget.id yang merupakan transformasi dari versi daring KaWanku:
Oleh karena itu, kaWanku
edisi 26 (terbit 21 Desember 2016) adalah edisi terakhir kami sekaligus menjadi
tonggak untuk merayakan kelahiran cewekbanget.id.
Buat saya sendiri, KaWanku mempunyai makna yang cukup
personal. Saya tumbuh bersama majalah ini.
Menanti-nanti komik “Garfield” dan fans rubrik "Asbak"-nya di masa kecil saya. Ketika ada di masa "not a girl not yet a woman", saya menikmati KaWanku Stil bersama sepupu-sepupu saya
setiap berlibur di Bandung. KaWanku jugalah
media yang pertama kali memuat cerpen saya ketika remaja. Semasa SMU, saya
cukup kontinyu menulis untuk majalah ini. Hingga kemudian saya bertumbuh dan KaWanku tetap di sana sebagai portal. Mengasuh
generasi selanjutnya.
Lagu “Sheila on 7” kemudian terngiang
di kepala saya:
Sampai jumpa kawanku
Semoga kita selalu
Menjadi sebuah kisah
klasik untuk masa depan
Kawanku edisi terakhir. Gambar diambil dari sini |
Sundea
Komentar