Apa kabar di sana? Gue udah kirim
surat lagi aja ini hahaha…
Btw, pas ke Tanjung Barat kemaren gue
naek travel baru. Sebenernya ini bukan travel baru juga, sih. Tadinya
Ci*****ti, tapi ganti management.
Ternyata travel ini lebih lucu
daripada B****a, travel favorit kita. Di B****a sekali naek biasanya kita cuma
nemu satu kelucuan. Nah. Di silumannya Ci*****ti ini lucunya combo. Pas gue telpon, dia masih ngaku sebagai
Ci*****ti. Dia ngasih tau di mana
pool-nya, tapi nggak ngasih tau namanya
yang baru. Jadi nyasarlah gue karena nggak nemu plang Ci*****ti. Terus sambil
nunggu travelnya dateng, ada banyak kelucuan-kelucuan kecil lainnya. Gue sama
Ikan Paus lumayan terhibur.
Pas mau pulang, gue naek travel itu
lagi. Sempet ada adegan supirnya kelupaan bawa paket dan kami balik lagi ke
pool. Di pool si supir pake acara berantem-berantem semi lawak dulu sama
resepsionsinya dan membahas hal-hal intern di depan gue sama Ikan Paus (kami
nggak ngerti sih hahaha). Sepanjang jalan juga obrolan sama supirnya aneh-aneh.
Terus pas ujan … tiba-tiba mobilnya bocor aja dong.
Lo tau nggak apa nama travelnya? Ini:
Iya. M Go. Sekali-kalinya naek ini,
gue memang nganter kepergian lo. (E)M Go(es).
Sebenernya gue lumayan marah sih, Em,
sama elu. Sakit separah itu – sampe komplikasi paru-paru, lever, dan lambung –
lo nggak bilang. Masuk rumah sakit sampe sembilan hari pun nggak ngasih tau
bahkan memang nggak mau ngasih tau.
Gue tau lo gengsian. Mungkin lo nggak suka keliatan nggak berdaya, ketauan
punya penyakit yang parah, apalagi di depan si gue, sahabat yang sangat dependant
ini. Kalau gue inget-inget lo memang hampir selalu dikelilingin orang yang
dependant sama lo. Tapi bukan berarti lo harus selamanya bisa dijadiin tempat
bergantung juga, kali, Em. Kayak apapun kondisi lo, kita semua nerima lo apa
adanya, for better or worse. Kalau gantian sekali-sekali elo yang butuh banget
orang lain kan normal-normal aja. Kita nggak keberatan juga direpotin
serepot-repotnya sama lo.
Tapi gue bersyukur elu punya Rara.
Istri sekaligus sahabat lo yang terdeket. Dia yang mungkin paling sering kena
kalau lo lagi snappy, tapi juga dia juga satu-satunya orang yang – at least
setau gue – nggak segen lu jadiin tempat rely se-rely-rely-nya, termasuk di
saat-saat terkahir lo. Kita semua udah baca hint kalo lo sebenernya nggak
terlalu sehat. Tapi kita-kita terlalu percaya lo bisa ngehandle semuanya.
Apalagi kalau ditanya lo banyak alesan dan berusaha ngeyakinin kalau sakit lo
nggak segitu parahnya. Tapi Rara lebih aware. Dia nggak gitu aja percaya sama elo.
Balik lagi ke perjalanan naik M Go.
Hari Senen kemaren Bandung-Jakarta makan waktu 5,5 jam aja. Biarpun udah
berangkat subuh, di saat terakhir gue masih nggak sempet liat elu. Rencana
turun di pom bensin Tanjung Barat deket rumah lo pun batal karena Si M Go
tiba-tiba puter haluan dan gue akhirnya tetep turun di Depok.
Begitu gue sampe, lo udah dikubur.
Itu rasanya campur aduk banget. Sedih, marah, nyesel, kecewa, tapi juga lega
pas orang-orang bilang lu senyum dan ekspresi lo tenang. Gue tau bakti lo udah lebih
dari cukup. Umur lo baru 34, tapi lo ngumpulin kebaikan seakan-akan lo udah
idup 100 taun. Banyak banget orang yang pernah lo tolong dan lo ngelakuin itu dengan
alesan sederhana: Lo seneng kalo bisa berkontribusi di kebahagiaan orang lain.
Lu salah satu orang paling sincere yang pernah gue kenal seumur-umur. Gue yakin
itu yang bikin banyak banget orang yang sayang sama lo secara berlimpah-limpah.
Dalam 14 taun, kita punya stok cerita
14 ribu taun. Kita punya istilah random awesome untuk hobi jalan kaki kita.
Sambil jalan, kita bikin soundtrack-soundtrack sendiri dan nyanyi-nyanyi dengan
nggak tau malu. Ada curhatan yang sampah banget, tapi ada juga diskusi-diskusi
serius yang berguna untuk kehidupan. Kita ngelewatin quarter life crisis yang
cukup meriah. Kita ganti-gantian jadi akal sehat buat satu sama lain ketika yang
satunya lagi ngaco. Lu jadi orang pertama yang bilang kalau feeling lu bagus
sama Ikan Paus – laki-laki yang akhirnya jadi suami gue -- dan gue bersyukur banget ngedengerin lu. Sebenernya sekarang semua scene yang
pernah kita lewatin sama-sama nerpa gue terus-terusan. Setiap hari. Tapi gue
nggak kepengen nginget-nginget detailnya karena gue lagi nggak pengen terlalu sentimentil
aja.
Btw, inget nggak beberapa waktu yang
lalu gue pernah cerita tentang lagu “Magic Garden”? Menurut gue ini sebenernya
lagu tentang after life. Inget nggak gue titip pesen minta ada yang nyanyiin lagu ini
kalau gue meninggal, terus lo bilang lo sendiri yang bakal nyanyiin lagu ini
buat gue? Taunya lo berangkat duluan ke “Magic Garden”. Bah.
Sekarang lo bisa nyanyiin lagu ini
beneran di sana. Bukan buat ngerepresentasiin gue, tapi sebagai diri lu sendiri...
Take care di sana, ya, salam buat
Norvan kalau kebetulan ketemu. Sampe ketemu lagi suatu saat nanti...
Selamat random awesome-an. Sendirian
kan jadinya lo? Nggak ada Rara nggak ada gue? Salah sendiri berangkat duluan …
There is a garden
Something like the shadow of a butterfly
And lies beyond the gates of dark and light
And darling, it belongs to me
And when you go there
There will be such laughter in the dimpled sky
The songs I sing
Will drive away the night
The magic garden
Has a way of making you feel free
It's the place I've made for you
From five Players cards and dominoes
And it won't fall down
And when your dreaming vanishes
Like snowflakes in the summer sky
Melts away in darkness
And you don't know why the magic garden
Waits with all the gates wide open
And darlin', I'll be standin' just inside
It's so soft and warm
Behind those hedges
No hard edges
No hard edges
It's so soft and warm
Behind those hedges
No hard edges
No hard edges
Something like the shadow of a butterfly
And lies beyond the gates of dark and light
And darling, it belongs to me
And when you go there
There will be such laughter in the dimpled sky
The songs I sing
Will drive away the night
The magic garden
Has a way of making you feel free
It's the place I've made for you
From five Players cards and dominoes
And it won't fall down
And when your dreaming vanishes
Like snowflakes in the summer sky
Melts away in darkness
And you don't know why the magic garden
Waits with all the gates wide open
And darlin', I'll be standin' just inside
It's so soft and warm
Behind those hedges
No hard edges
No hard edges
It's so soft and warm
Behind those hedges
No hard edges
No hard edges
*Em pernah menjadi manager Salamatahari dan penyalamatahari pertama di zine-zine-an ini.
Norvan adalah ilustrator buku salamatahari 1 yang juga sudah berpulang.
Komentar
Dea, Em pernah bilang, dia bahagia liat Dea menikah dengan Ikan Paus. Dia tenang karena dia yakin dia menitipkan sahabatnya pada orang yang tepat. :D
Sungguh circle yg menyenangkan ya?
Em dikangenin byk org...
@Galuh: Iya, pasti. Orang gampang sayang dan akrab sama Em. Keluarga aku aja udah kenal dan akrab semua sama Em...
Ingat ga sih kita pernah beberapa kali jalan-jalan bertiga, salah satunya saat nonton pementasan puisi di Gedung Merdeka Bandung pas malam hari..
Aku tau gimana sedihnya kamu, because I feel the same way too, Dea. We are his bestfriends. :)
Baru sekali kenal dan jumpa dengan eM (sama Dea juga)waktu itu. Sepertinya orangnya baik dan seru.. *al fatihah buat eM*