Note: Posting
interaktif ini khusus ibuk-ibuk :D
Lenggang
lenggok Jakarta
Bagai pinggul gadis remaja
Setiap pandangan s'lalu menatap
Penuh harapan untuk menjamah
Bagai pinggul gadis remaja
Setiap pandangan s'lalu menatap
Penuh harapan untuk menjamah
Pada tahun 1987, Andi Meriem Matalata
memopulerkan lagu “Lenggang Jakarta” karya Harry Sabar. Setelah 29 tahun
berlalu, lagu itu ternyata masih bersesuaian dengan zaman. Di usianya yang ke-489,
Ibu Kota tidak lantas menjadi renta. Ia masih trendy, flirty, gempita, dan membuai banyak orang dengan berbagai
cita dan mimpi.
Kendati begitu, di balik kostum hura-hura yang dikenakannya, Ibu Kota
adalah ibu yang mendidik anak-anaknya dengan keras. Ibu Kota meyayangi
anak-anaknya dengan cara yang berbeda dengan ibundanya sendiri, Ibu Pertiwi.
Jika Ibu Pertiwi memberi diri habis-habisan sambil berlinangan air mata, Ibu
Kota tak membiarkan anak-anaknya menerima apapun secara cuma-cuma. Ia menempa
anak-anaknya agar tidak cengeng, berani menghadapi tantangan, dan selalu
bergerak cepat di atas kaki mereka sendiri.
Teman-teman, di “Proyek Ibuk-Ibuk”
edisi kali ini, sebagai sesama ibu-ibu, kita berbagi tentang dan dengan Ibu
Kota, yuk.
Di hari ulangtahunnya yang ke-489, apa yang mau kamu sampaikan pada Ibu Kota sebagai sesama ibu-ibu? Boleh berkomentar juga tentang Pak Ahok yang sekarang mendampingi Ibu Kota mengasuh anak-anaknya…
Jawabannya bisa ditulis di kolom
komentar posting ini. Boleh juga kamu
sampaikan melalui media sosial kamu sendiri – dalam bentuk karya atau apapun –
dengan tagar #ProyekIbukIbuk #salamatahari #HaloIbuKota. Jangan lupa bagi
link-nya di blog ini atau page facebook salamatahari atau mention @dianiapsari
dan @salamatahari di instagram.
Ditunggu partisipasinya, ya :D
Selamat ulangtahun dari kami untuk
Ibu Kota …
Ibuk-Ibuk ceria yang selalu haus
berkarya,
Sundea dan Diani Apsari
Komentar
"Kendati begitu, di balik kostum hura-hura yang dikenakannya, Ibu Kota adalah ibu yang mendidik anak-anaknya dengan keras. Ibu Kota meyayangi anak-anaknya dengan cara yang berbeda dengan ibundanya sendiri, Ibu Pertiwi. Jika Ibu Pertiwi memberi diri habis-habisan sambil berlinangan air mata, Ibu Kota tak membiarkan anak-anaknya menerima apapun secara cuma-cuma. Ia menempa anak-anaknya agar tidak cengeng, berani menghadapi tantangan, dan selalu bergerak cepat di atas kaki mereka sendiri."
itu bagiku powerful banget :)) sebagai seseorang yang pernah
bolak balik bandung jakarta selama 4 tahun, memang beginilah adanya. if you survive jakarta, you survive life :))
Btw, karena paragraf itulah aku jadi keinspirasi dan keinget para ibu yang marahin anaknya. Jadi inget ibuku sendiri, yang kalau marah ga pernah meledak2 tapi bikin anak-anaknya jadi keder setengah mati tanpa perlu meledak2 dan ngomel..hihi. Dan sekarang setelah jadi ibu2, kadang suka kelepasan kesel sama anak, padahal anaknya masih piyik ga ngerti apa-apa. Sekarang aku mengerti kenapa para ibu suka marah2....karena rasa cinta mereka tuh besar banget! Rasa cinta itu campur aduk dengan rasa khawatir dan rasa ketakutan gagal membesarkan anak dengan baik. Seburuk apapun hubungan seorang anak dan ibunya, pasti ada rasa cinta yang besar di baliknya, dan rasa cinta yang besar ini yang kadang sulit untuk dimengerti. Sama kan kayak Ahok yang mengurus Jakarta, orangnya meledak2 dan gak semua orang suka, tapi itu karena ada rasa sayang dan tanggung jawab akan kota yang dibinanya (hahaha disambung2in gak sih) . But believe me, kasih ibu itu....memang tak terhingga sepanjang masa.
Salam semangat ibu ibu!
-Diani Apsari-