Di garasi belakang rumah saya, di
antara rerumput yang tumbuh tidak beraturan, tiba-tiba terbit serumpun bunga
berwarna ungu. Atap garasi yang menaunginya membuat ia tak banyak tersiram air meski
hujan turun deras sekali. Kendati begitu, mereka tetap bersemi tanpa berkesah.
Ketika langit sedang gelap-gelapnya, raya warnanya menjadi aksen yang
menyenangkan.
Nama bunga ini Tapak Dara. Jenis aslinya berwarna putih. Meski tidak
tampak sekokoh pohon, mereka punya ketangguhan yang istimewa. Tapak Dara dapat tumbuh di mana
saja. Cahaya matahari yang terlalu terik tak mengeringkan mereka. Curah hujan
yang tak henti-henti pun tak membuat mereka lungkrah. Mereka hidup mandiri di
taman-taman. Tak perlu banyak disiram, tak perlu banyak dipupuk, dan tak mudah
diserang hama.
Hanya satu hal yang membuat mereka
mati dengan mudah: jika akarnya dilukai. Umumnya Tapak Dara tak bertahan hidup
jika dipindahkan dari tempatnya membangun akar. Mereka bersetia pada tanahnya.
Mengabdi pada semesta kecil yang mengajarkan hidup kepada mereka. Benih-benihnyalah
yang akan terbang dibawa angin menuju tanah-tanah baru tempat generasi
berikutnya melestarikan atma.
Di edisi ke-176, www.salamatahari.com mengangkat tema “Tapak
Dara”. Bukan berarti sepanjang bulan zine-zine-an online ini hanya
akan bercerita tentang bunga. April ini zine-zine-an online kita akan berbagi kisah
tentang “Tapak Dara” dalam segala makna.
Jika mencermati kualitas-kualitas
Tapak Dara yang saya paparkan, dapatkah kita menghakimi kuat atau lemahnya
mereka …?
Selamat menyongsong Hari Kartini
Salamatahari, semogaselaluhangat dan
cerah,
Sundea
Komentar