Ketika sedang mencari tema yang tepat
untuk www.salamatahari.com edisi
Februari ini, kata “altruis” melompat-lompat di kepala saya, seperti minta
dipilih. Awalnya saya mengabaikan. Tetapi karena ia terus mendesak seperti gigi
yang mau tumbuh, akhirnya saya menyerah. Sehari sebelum zine-zine-an online ini
terbit, saya memutuskan untuk mengangkatnya sebagai tema.
Altruis – yang berpijak dari kata Latin
“alter” alias other – adalah sifat
mendahulukan kepentingan orang lain ketimbang kepentingan pribadi. Lawan kata “egois”
ini, sering digadang-gadang sebagai aturan emas etika. Ia adalah gagasan yang
kerap menjadi nilai dasar dalam agama dan tradisi.
Jika ada yang mengatakan manusia
makhluk egois, rasanya saya berpandangan sebaliknya. Belakangan saya melihat
betapa altruistiknya natur manusia sesungguhnya. Manusia yang satu adalah alasan
hidup untuk manusia yang lainnya. Sementara egoisme seperti mengisi ember bocor.
Ketika seseorang terus menerus meminta untuk dirinya – sebanyak apa pun yang ia
dapat – ia tak pernah menjadi penuh.
Kendati begitu perilaku altruistik
juga mempunyai banyak celah yang perlu diperhatikan. Ketulusan hati kita adalah
alat ukur yang perlu kita periksa lagi dan lagi. Dan adakalanya kita perlu
menolong diri kita sendiri dulu sebelum memberi diri kepada orang lain.
Di pesawat terbang, dalam keadaan
darurat, selalu ada peringatan untuk memasang masker kita sendiri dulu sebelum
menolong anak-anak. Bukan karena egois. Tapi karena altruisme pun butuh
kearifan melangkah.
Sepanjang bulan ini, www.salamatahari.com berbagi cerita seputar "Altruis"
Semoga dalam setiap tuturnya, senantiasa tersemai kebaikan hidup
Salamatahari, semogaselaluhangat dan
cerah,
Sundea
Komentar