Esa

Meski Kamus Besar Bahasa Indonesia menerjemahkan “esa” sebagai “tunggal” atau “satu”, Bahasa Sanskrit yang menjadi akarnya menjelaskan “esa” sebagai “act of seeking”, “search”, atau “wish”. Bukan tanpa alasan jika saya menyimpulkan bahwa “esa” pada sila pertama Pancasila memiliki makna yang lebih cair dan kontempelatif daripada sekadar “Tuhan yang maha satu-satunya”. Tuhan Maha Esa. Bukan Maha Eka. 

Karena Tuhan itu esa, ia hadir dalam pencarian dan harap. Dan karena ia bukan eka, keberadaannya tidak terbilang. Tuhan hadir dalam bentuk yang sangat personal untuk setiap kita yang mencari. Itu sebabnya, kita tak pantas menghakimi. Tak sebaiknya pula memagari Tuhan sebatas hukum dan kitab.

Di www.salamatahari.com edisi 168, ada obrolan seputar “tunggal” dan “esa” bersama Rukmunal Hakim. Keesaan Tuhan pun hadir dalam rubrik #kresekadalahtuhan dan lamaran pekerjaan yang dijajar sebagai karya.

Karena Tuhanitu esa, …

Isilah sendiri titik-titik itu dengan apa yang kau yakini ^^

Salamatahari, semogaselaluhangat dan cerah,
Sundea 


Komentar