Oh Warna-warna, Bagai Bicara, Menyeri Hati Sanubariku*

-Galeri S.14, 6 September 2014-

Pameran Make a Wish

Ada kala nan kelabu
Membuat hatiku pilu
Tersenyum ku bila warna ceria tiba*


Pada suatu malam minggu, langit kelabu dan hujan turun menusuk-nusuk. Tetapi ruang mungil galeri S.14 terasa hangat dipeluk “wish list” warna-warni. Saya dan kedua teman saya, Andika dan Azisa, duduk di atas rumput imitasi yang terbentang di ruangan tersebut. Kami membaca setiap catatan kecil yang tertempel di sana, memilih post it kosong aneka warna yang boleh kami isi, menuliskan wish kami sendiri, kemudian menjadi bagian dari pameran tunggal Anna Joesefin, Make a Wish.

Make a Wish adalah pameran instalasi interaktif yang digelar selama tiga pekan, 30 Agustus – 20 September 2014. Mengapa Make a Wish? “Karena setelah kita lulus kuliah, wish kita belum tentu terkabul … hehehe …” alasan Anna.



Pameran menggemaskan ini ternyata berkaitan erat dengan tesis sang seniman yang lulusan FSRD ITB. “Tesis aku tentang warna,” cerita Anna sambil menunjuk ruang galeri yang berwarna-warni, “Warna itu satu-satunya bahasa yang dimiliki oleh benda yang tidak hidup.”


Di tengah-tengah ruangan, Anna membuat sebuah wishing well unik dari tumpukan tesis bekasnya. Tak hanya itu, bertengger pula sebongkah batu warna-warni yang ternyata juga dibuat dari kertas sisa tesisnya. Properti-properti dari kertas itu tak semata-mata dibuat untuk menghabis-habiskan kertas sisa tesis, Teman-teman. Sebagai pemilik brand Batu Gunting Kertas, Anna memang terampil bermain-main dengan kertas.


Pssst … ada satu rahasia pameran ini yang akan saya bongkar melalui artikel ini

“Sebetulnya, warna post it yang dipilih seseorang untuk nulis wish-nya bisa dianalisis, lho. Orang yang milih warna kuning misalnya, lebih mendekati audiens. Sementara orang yang milih warna biru sebaliknya, mengambil jarak menjauhi audiens,” jelas Anna.


“Oh gitu? Berarti kamu bisa nganalisis setiap wish di ruangan ini, dong?” tanya saya.
“Iya. Apa yang dia tulis dan warna yang dia pilih bisa dianalisis. Rencananya sesudah pameran ini wish-nya mau aku review satu-satu … hahaha …” *musik thriller*
“Ternyata … penyediaan post it warna-warni ini adalah jebakan,” tanggap saya sambil melirik wish saya sendiri.

Nah. Jadi buat kamu yang sudah sempat berkunjung dan menulis wish … silakan nantikan analisis Anna ;)

Di sekitar batu dan wishing well warna-warni yang beralaskan rumput imitasi, catatan kecil harapan bertebaran laksana kartu-kartu doa yang dibisikkan kepada semesta; personal namun saling terhubung. Warna-warninya pun membuat kita percaya, hidup ini tidak monokrom. 


Saya tengadah menatap langit-langit, lantas mendapati tanda panah warna-warni dan selembar post it ungu yang tak berhasil saya baca. 


Awalnya saya ingin bertanya pada Anna. Tapi saya mengurungkannya. Dalam hati saya menyenandungkan lagu “Warna” yang dipopulerkan oleh Sheila Madjid pada tahun 80an.

Lihat pada si pelangi seribu satu dimensi
Warna sari dalam sinar hidup kita
Menghiasai alam ini, inspirasi dunia seni
Ku syukuri cenderamata Maha Esa

… saya percaya, ada beberapa hal dari atas sana yang cukup disyukuri tanpa perlu membuka kartunya.


Sundea
*diambil dari lirik lagu “Warna” – Sheila Madjid

Komentar