Nama penanya adalah Jia Effendie. Penulis yang sudah menulis sekitar dua belas buku keroyokan, dua buku kumpulan cerpen karya sendiri, dan sedang merampungkan novelnya ini, ternyata mempunyai nama asli Pujia Pernami Effendie. Psst … ternyata dia kurang suka dipanggil Puji.
Saat ini Jia pun tengah mengandung anak pertama. Ada nama bayi yang sempat dipersiapkan, tapi pada akhirnya Jia pun kurang sreg dengan nama-nama tersebut.
Sebetulnya bagaimana, sih? Langsung ngobrol saja, deh ya …
Katanya Jia kan nama pena. Jadi nama asli kamu siapa?
Pujia Pernami Effendie.
Terus dipanggilnya sebenernya siapa?
Di rumah aku dipanggilnya “Teteh”. Tapi di tempat-tempat lain aku sempat terjebak dengan panggilan yang kubenci, “Puji”. Taun 2008an, pas aku kerja di SCTV, baru ada panggilan Jia.
Gimana ceritanya kamu bisa dipanggil Jia?
Tahun 2008, sebelum aku menerbitkan buku pertamaku, aku lagi getol-getolnya nyari nama pena yang asyik, yang tampak keren dan profesional gitu. Alasanku bikin nama pena adalah, karena aku pengin nama asliku dipakai ketika aku menulis sesuatu yang buatku mahakarya, bukan tulisan-tulisan biasa yang selama ini dimuat majalah atau dibukukan (ketinggian nih standarnya). Aku suka nama Pujia, tapi aku nggak suka panggilan Puji.
Tapi sekarang kamu malah lebih terkenal sebagai Jia, ya, jarang yang tau Puji, apalagi Pujia Pernami …
Iya. Dan ternyata, semakin lama, semakin sulit menulis mahakarya yang sesuai standar itu. Jadi ya, sampai sekarang tetep pakai nama pena itu, Jia Effendie … hehehe …
Setelah “ganti panggilan” jadi Jia, kamu ngerasa diri kamu ada bedanya, nggak?
Hmm. Rasanya kayak punya dua kepribadian. Soalnya kalau baca diary zaman dulu, beda banget sama sekarang. Jia Effendie itu perwujudanku yang lebih dewasa dan kuat, mau mencoba hal baru, dan lebih bergaul.
Kalau kamu nggak ganti nama, kira-kira kamu bakal mewujud jadi kamu yang lebih dewasa dan kuat ini, nggak, Ji?
Mungkin iya, aku nggak tahu apa ganti nama ada hubungannya apa enggak. Terus sebenernya ketika aku menggunakan nama “Jia Effendie”, aku nggak tahu kalau nama itu akan sebesar ini. Maksudku, akhirnya aku lebih dikenal dengan nama itu, bukan nama asliku. Padahal waktu aku pakai nama “Jia Effendie”, bukan itu tujuannya.
Terus sekarang lagi sibuk nulis apa lagi?
Mencoba menulis novel dan selalu stuck di halaman 40-an. Padahal, kemampuan menulis dan ilmu soal menulisnya bertambah, sampai bisa mengajari orang juga. Tapi, tetap aja, nulis novel itu susah. Mungkin karena napas nulisnya pendek, selalu otomatis ceritanya berhenti dan selesai di halaman 7-8. Sekarang sih, sedang mengumpulkan semangat untuk mengerjakan 2... 3... 4... plot calon novel yang tertunda :))
Selain itu ada kesibukan apa lagi?
Kesibukanku sekarang nggak jauh-jauh dari laptop dan internet. Karena kan aku sekarang megang Gagasmedia cabang Jawa Barat, jadi harus selalu terhubung sama pusat biar selalu terkoordinasi. Selain itu, sekarang sibuk main sama cari-cari penulis di Bandung.
Kalau bersama keluarga gimana? Denger-denger ada “kesibukan” baru … *mancing-mancing banget nggak sih*
Hahaha … iya, aku lagi suka nyari resep-resep asyik buat dimasak dan dimakan sama suami. Dan lagi hamil empat bulan. Ihiy.
Nah, itu dia! Cihuy! Selamat, yaaaa. Udah nyiapin nama belum?
Sebenarnya sih ada beberapa nama, tapi belum sreg. Nama yang pertama nama cewek, ini nama macbook-ku juga. Cuma nggak dipakai karena kok ya akhir-akhir ini teman-temanku yang baru melahirkan anak perempuan ngasih nama itu. Terus, ada toko konveksi di jalan Suci yang namanya itu. Makin yakin ga akan pakai nama ini karena tiba-tiba ada telenovela berjudul sama. Jadi, masih nyari.
Kalau nama cowok …?
Kalau cowok tadinya mau dikasih nama Rajabrana Embara. Rajabrana artinya harta kekayaan. Embara itu kembara. Sebenernya okay banget. Cuma, entah kenapa, dengan artinya aku takut si anak keberatan nyandang nama itu. Apalagi, tadinya si nama ini buat nama tokoh novelku yang lagi ditulis. Walaupun bagus namanya, karakter si tokoh di novel ini jelek. Takut jadi doa trus si anak kebawa jelek. Jadi yaaa.... masih nyari juga. Lagian masih ada waktu lima bulan lagi lah …
Secara umum, kamu pengen nama anak yang kayak gimana?
Penginnya sih, nama anaknya yang mudah dilafalkan, nggak pasaran, nggak akan jadi bahan bully teman-temannya nanti, mengandung doa baik. Soalnya kan, terkadang nama berpengaruh juga ke karakter atau nasib yang punya nama. Misalnya, seseorang bernama Prihatiningrum, hidupnya prihatin terus. Atau seseorang bernama Pujia, penginnya dipuji terus (eh, itu sih aku). Misterius sih, tapi entahlah. Pokoknya jangan kasih nama yang aneh-aneh, deh.
Sebagai Neneng Sunda, kamu tau tradisi ngabubur bereum ngabubur bodas?
Aku tahu sih tradisi ngabubur beureum bubur bodas. Cuma, karena aku nggak pernah menghadiri tradisi
seperti ini, jadi nggak terlalu tahu detailnya gimana. Di keluargaku nggak ada soalnya. Cuma ya kalau niatnya sebagai doa agar anak ini menjadi anak yang baik, menjalani kehidupan yang baik dan layak, aku sih setuju-setuju aja
Terakhir. Seandainya www.salamatahari.com mau ngabubur beureum ngabubur bodas ganti nama, menurut kamu apa nama baru yang cocok buat zine-zine-an online ini?
Aduh, ganti apa, ya. Soalnya salamatahari kayaknya udah cocok gitu sama karakter tulisan dan isi zine kamu. Hihihi *emang ga ada ide weh ini mah.
Baiklah. Cukips. Makasih banyak, ya, Jia, didoaken kehamilan dan penulisan novelnya lancar …
Sippo. Makasih, ya …
Jadi begitulah, Teman-teman. Ingin mengenal Puji … eh … Jia lebih dekat, mengintip karya-karyanya, menyumbangkan usulan nama untuk jabang bayinya, atau judul untuk novel terbarunya?
Langsung kunjungi Jia di http://jiaeffendie.wordpress.com/ dan sapa sendiri Sang Pujia Pernami Effendie ini …
Sundea
Komentar