Aroma Vanila, Gendis, dan Anak Beruang

anakberuang gendis resized Anak Beruang mempunyai teman kecil yang manis. Namanya Gendis. Pada tanggal 7 – 21 September 2013 lalu, berkolaborasi dengan Kak Lala Bohang, Gendis menjadi tokoh utama di sebuah pameran yang bertajuk namanya: “Gendis”.

Pada suatu sore yang teduh, di bawah awan-awan yang wangi vanilla, Gendis dan Anak Beruang bermain-main sambil mengobrol. Kadang-kadang mereka menari-nari mengikuti irama jantung mereka sendiri.


 
Gendis, Gendis, apa rasanya jadi tokoh utama di sebuah pameran?
Rasanya kayak tamasya di akhir minggu, semuanya menyenangkan, jalanan agak sepi, cuaca teduh, banyak yang jualan gulali warna-warni di pinggir jalan, awan-awan di langit beriring membentuk rima, seakan-akan hari itu cuma diciptakan untuk rasa senang.

Wuiiih … kayaknya asyik, ya. Kenapa kamu dan Kak Lala pilih pamerannya di Yogya?
Kami nggak memilih Yogya, tapi memang jodohnya di Yogya. Kebetulan Kak Mira percaya sama keberadaanku di dunia, jadi dia pun menyediakan waktu dan tempat di LIR Space yang lucu. Aku juga senang sekali pertama kali sampai di sana, rasanya benar-benar kayak rumah, bukan seperti tempat pameran besar-besar dengan banyak lampu itu, aku lupa namanya apa ...

gendis1

Kenapa nggak pameran di hutan saja biar Anak Beruang, Ayah Beruang, dan Ibu Beruang bisa datang berkunjung juga?
Hihi aku takut digigit semut kalau harus nongkrong di hutan selama dua minggu penuh, Anak Beruang. Tapi lucu juga ya biar teman-temanku semakin banyak. Saat ini aku selalu bersama Pak Kucing dan Ibu Ikan saja, bermain di dalam rumah berkaki. 

Ibu Ikan di Sudut Ruang

Mungkin di pameran selanjutnya ya, tapi aku mau cari hutan yang bebas dari semut! Hutan kamu bebas semut, nggak Anak Beruang?

Enggak, sih. Tapi semut-semut di hutanku baik-baik … hehehe … eh, kalau suatu saat aku ajak main ke hutan, siapa penghuni hutan yang paling ingin kamu temui?
Kamu saja sini yang main ke rumah berkaki. Nanti aku kenalkan dengan Pak Kucing dan Ibu Ikan. Kita bisa masak-masak bersama atau naik balon udaraku yang baru.

gendis di awan

Hmmm. Tapi kalau ke hutan aku mau ngobrol-ngobrol sama jamur, mau tanya kok dia pemalas sekali sih selalu pakai topi panas, hujan, siang, malam, topinya tidak pernah dilepas memangnya nggak takut rambutnya rontok?

Ah, iya. Aku nggak pernah tanya itu sama Si Jamur. Mustinya lain kali aku tanya. Terus tentang pamerannya, Dis. Selama persiapan persiapan, kamu suka ngobrol sama Kak Lala, nggak? Kalau iya, ngobrol apa?
Ngobrolin kenapa aku dibuat kurus dan selalu memakai kaos kaki ...

Hahaha … terus kata Kak Lala kenapa?
Katanya aku bukannya sengaja dibuat kurus tapi memang kebanyakan bergerak. Dia saja merasa kewalahan setiap menggambar aku di atas kertas, bandel, banyak gerak, banyak lihat kiri-kanan, pengen pegang-pegang kuas, senggol-senggol tinta. Pokoknya nggak bisa diam. Tapi katanya nggak apa aku nggak bisa diam, lebih baik kebanyakan gerak daripada nggak ngapa-ngapain, aku nurut aja hehe.

Trus soal kaos kaki, karena ia juga sangat menyukai kaos kaki. Katanya kaki yang hangat itu adalah cara mudah untuk menghangatkan hati, jadi kamu harus selalu menjaga agar kakimu tidak kedinginan. Ia juga lagi sering cerita kalau akhir-akhir ini dia tidak merasa kecewa lagi atas keberadaan kecewa karena kalau dipikir-pikir  dari kecewa itu biasanya belajarnya lebih banyak daripada rasa senang. Jadi kecewa itu harus disyukuri.

Maksudnya apa?
Jujur, aku juga nggak ngerti maksudnya apa, karena aku belum pernah merasakan kecewa :)

tidakusahcaribahagia

Baiklah kalau begitu. Selama pembuatan karya, Gendis pernah protes nggak sama Kak Lala?
Protes tentang apa?

Yaaa … protes tentang apa saja …
Hihi...aku sempat protes karena nggak ada Rama di pameran “Gendis”! Padahal aku sudah kangen Rama sudah lama kami tidak bermain bersama. Tapi menurutnya sekarang aku harus banyak sendirian dulu biar kakinya kuat berdiri sendiri, jadi nantinya ada Rama atau tidak aku tetap bisa senang dan ngapa-ngapain sendirian. Mungkin ada benarnya soalnya sekarang aku sudah nggak terlalu manja seperti dulu. Tapi tetap saja aku kangen Rama.

Menurut Gendis, sebenernya Gendis bagian dari Kak Lala, atau Kak Lala bagian dari Gendis?
Awalnya aku bagian dari kak Lala aku ngikutin dia kemana-mana, diam-diam aku intip mimpinya tiap malam. Dan mimpinya ternyata penuh warna-warna cerah! Tidak seperti aku yang hitam putih hehe ... Tapi lama-lama ia pengen aku hidup di balon kehidupanku sendiri biar bisa mikir sendiri apa yang aku mau, tapi boleh sewaktu-waktu kembali ngikutin kak Lala kemana-mana. Pokoknya terserah aku aja karena katanya kamu kan punya kaki untuk dipakai kemanapun yang kamu suka, bukan ke mana angin membawa kamu.

Dari antara semua karya yang ada di pameran “Gendis”, kamu paling suka yang mana?
Aku paling suka ilustrasi aku dari belakang di sebuah kanvas kecil yang dicat hitam. Judulnya "Ada Gadis Kecil di Rongga Dadamu" karya itu sengaja digantung lebih rendah dari jarak pandang orang dewasa seakan-akan mereka benar-benar sedang mengobrol dengan gadis kecil, harus agak merunduk.
Merunduk itu penting sekali cuma sering dilupakan.

ADA GADIS KECIL DI RONGGA DADAMU resized

Kemudian secara spontan Anak Beruang dan Gendis menari dengan gerak runduk bersamaan, lalu sama-sama tertawa lepas. Geli sekaligus senang.

Gendis, menurut kamu hati kecil itu apa, sih?
Hati kecil itu semua pasti punya tapi mungkin banyak yang lupa memakai atau bahkan nggak tahu kalau dia ada. Hati kecil itu kayak menggambar harus dilatih kalau dicuekin nanti dia lama-lama bisa mati dan tidak berfungsi :(

Karena www.salamatahari.com edisi ini temanya “Teduh”, menurut kamu ada hubungannya nggak hati kecil dengan keteduhan?
Kamu pasti langsung bisa merasa deh kalau lagi ngobrol sama orang yang hati kecilnya masih berfungsi, pokoknya sekitarnya kayak ada aroma vanila trus matanya itu tersenyum-senyum walaupun wajahnya tidak ekspresif dan kata-kata yang meluncur dari mulutnya rasanya jujur dan apa adanya. Dia juga takut sekali berlaku nggak adil sama orang lain, mending menyakiti dengan kejujuran daripada bermanis-manis hanya untuk menyenangkan di permukaan saja. Anehnya walaupun jujurnya itu awalnya menyakitkan lama-lama efeknya berganti menjadi teduh, karena yang namanya kejujuran itu memang fungsinya untuk meneduhkan hati.

gendiskaoskaki

Anak Beruang dan Gendis terdiam. Sejenak, mereka berhenti menari-nari. Mereka mencoba mendengarkan detak jantung mereka sendiri dan mencari suara hati kecil yang halus sekali. Ada kejujuran dan keteduhan di sana. Mereka tahu.

Sesaat kemudian mereka tersadar. Aroma vanilla yang semerbak ternyata bukan merebak dari awan yang mengayunkan kai di atas mereka …

Anak Beruang dan Kak Dea

Baca juga behind the scene pameran “Gendis” versi Lala sendiri di sini: “Antara Kaliurang dan Rasa Sedikit-sedikit Jatuh Cinta”

Komentar