Menyapu

Beberapa waktu yang lalu, “menyapu” tahu-tahu menjadi kegiatan yang menarik perhatian saya. Meski sama-sama “membersihkan”, bagi saya pribadi “menyapu” terasa lebih ramah ketimbang “mengepel”. Kain pel mengharuskan kotoran melekat di permukaannya, sementara sapu hanya menggiring tanpa paksaan. Dengan sapu, debu-debu dibiarkan tetap terbang-terbang sampai ke tujuan. Sapu juga membersihkan tanpa “senjata”. Ia tidak butuh air, apa lagi karbol.

Di luar konteks bersih-bersih, “menyapukan” adalah istilah yang digunakan untuk gerakan mengusap secara meyeluruh namun mendetail dan perlahan. Contohnya menyapukan kuas, atau bahkan menyapukan pandangan. Saya merasa ada ketelatenan yang menyenangkan dalam istilah tersebut. 

Di www.salamatahari.com, hadir artikel-artikel seputar menyapu. Ada Monika Ary Kartika, pelukis yang menyapukan kuas. Ada orang-orangan sawah yang menyapu burung-burung yang hendak mencuri di ladang. Ada #Mamaneh yang menyapu karya-karya warga Bandung agar tak bertebaran lalu hilang. Dan ada … bonus sapuluh tebak-tebakan garing =D

Tepat di hari keseimbangan, ketika zine-zine-an ini terbit, warga DKI tengah melakukan pemilihan gubernur putaran ke dua. Dari antara pasangan Foke-Nara dan Jokowi-Ahok, siapa yang kelak akan menjadi Bapak yang bersanding dengan Sang Ibu Kota? Akankah mereka menyapu keresahan Ibu Kota selama ini? 

Semoga Ibu Kota direngkuh oleh kekasih yang terbaik …
Salamatahari, semogaselaluhangat dan cerah,
Sundea


cover132resized

Komentar