Netra Ratryanti yang biasa dipanggil Nanette mempunyai kehidupan yang menarik. Ia bekerja sebagai manager sebuah pabrik roti di Denpasar. Selama 9 tahun terakhir, ia memutuskan menjadi vegetarian lacta ovo. Sejak November 2006, ia menjadi pemeluk agama Hindu. Kini ia tinggal di Denpasar, tepatnya Banjar Tegallantang kecamatan Padang Sambian Kelod, bersama suaminya, Komang Mertayasa yang asli Singaraja dan bekerja di sebuah hotel di Seminyak.
Sebagian orang menduga Nanette memeluk agama Hindu karena menikah dengan Komang, padahal ia punya alasan lain. Selain itu, ia percaya keanekaragaman agama justru salah satu bentuk kebesaran Tuhan.
Berikut ini obrolan Salamatahari dengan Nanette seputar kehidupannya dan Galungan yang baru saja ia rayakan …
Kemaren kan umat Hindu abis ngerayain Galungan. Sebenernya di Galungan kalian merayakan apakah?
Esensi galungan, dengan rangkaian beberapa upacara persiapan beberapa hari sebelumnya, adalah merayakan kemenangan dharma atas adharma. Kemenangan kebaikan. Adharma itu sebetulnya bukan sekadar kejahatan dari luar, tapi justru hawa nafsu dari dalam diri sendiri seperti kemalasan, tamak, dengki, dll. Mengalahkan adharma juga bisa dimaknai dengan memahami diri sendiri lebih baik. Tahu kekurangan dan kelebihan agar dapat menyeimbangkan pikiran, perkataan, dan perbuatan. 'Menyeimbangkan' itu ternyata lebih 'challenging' daripada sekadar 'ingin menjadi orang baik tapi masih merasa lebih baik daripada orang lain'.
Terus upacara persiapannya apa aja, Net?
Salah satu kegiatan sehari sebelum galungan yaitu pada saat hari penampahan galungan adalah memotong babi, simbol dari memotong sifat-sifat buruk dalam diri manusia.
Ada juga persiapan seminggu sebelum galungan, yaitu pada hari raya sugihan Jawa & sugihan Bali yang esensinya menyucikan buana agung (semesta) dan buana alit (diri manusia).
Ada 3 hari utama galungan yang diadakan tiap 6 bulan sekali saat wuku dungulan ini yaitu penampahan galungan (selasa wage; persiapan membuat & pasang penjor, memotong babi serta memasak dll), hari raya galungan (Rabu kliwon; umat hindu bali bersembahyang di pura keluarga, pura desa, dan pura dalem) dan umanis galungan (Kamis legi/umanis; bersilaturahmi dengan keluarga dan kerabat serta teman-teman).
Kamu kan vegetarian. Potong babi jugakah?
Hehehe. Biasanya aku buat bolu kukus, kue kembang goyang, untuk meramaikan persembahan/banten yg terdiri dari buah-buahan dan bunga. Ngga ada daging sama sekali. Sebetulnya ada menu khusus pada saat galungan yaitu lawar babi yg sampai detik ini belum pernah aku coba karena aku vegetarian.
Apa esensi persembahan di upacara-upacara agama?
Buah, bunga, kue dll yang dipersembahkan oleh umat adalah bentuk rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan yme. Oh ya, tuhan kami hanya satu, lho, meski pun seperti 'yang beliau lakukan' sebagai pencipta, pemelihara, dan pelebur, beliau memiliki 3 nama utama yaitu brahma, vishnu / wisnu dan shiva / siwa.
Kalau buat kamu secara personal, Galungan itu apa?
Buatku, Galungan itu sebenarnya bisa berarti pulang ke hati, rumah yang paling rumah. Selain sebagai tradisi biasanya dirayakan di rumah atau kampung halaman. Berhubung kami (aku dan suamiku) tidak selalu bisa libur atau pulang kampung ke Singaraja dan Klungkung, kami sembahyang di sanggah atau pura rumah kami, pura jagatnatha yaitu pura agung di pusat kota Denpasar serta di pura tempat kami bekerja.
Apa yang bikin kamu mutusin dengan mantep convert ke agama Hindu?
Dari sejuta orang mungkin 990 menduga aku convert karena perkawinan karena aku sudah sempat dekat dgn Komang. Tapi sejak awal kami tidak pernah saling mempengaruhi. Demi cinta? Ya demi cinta ke Tuhan dengan cara yg lebih sesuai dengan hati nurani, tepatnya, pilihan ini karena panggilan :')
Gimana perasaan kamu waktu mulai memeluk agama Hindu?
Agak sulit dijelaskan. Gini, seperti memilih jalan untuk pulang atau menuju sesuatu pasti tiap orang punya cara. Gitu kayaknya ya hehehe. Karena nggak bisa membandingkan. Hanya merasa nyaman.
Apa pendapat kamu tentang keanekaragaman agama?
Kebesaran Tuhan. Mungkin itu salah satu cara beliau menciptakan keindahan seperti beliau menciptakan berbagai suku bangsa. Bisa jadi salah satu cara untuk belajar respek pada perbedaan.
Keluarga kamu gimana ketika kamu convert ke Hindu?
Papaku mengizinkan. Sepertinya dia salah satu papa terhebat di dunia! Dia menghargai pilihanku asal aku bertanggung jawab. Salah satu adik kandungnya Katolik (sang papa sendiri Muslim-red). Biarawati pula. Keluarga kami saling menghargai perbedaan.
Nah. Karena www.salamatahari.com edisi ini temanya “Chant”, lantunan apa yang kamu denger sepanjang perayaan Galungan kemaren?
Biasanya nyanyian dharma Dewa Budjana dkk atau svara semesta Ayu Laksmi. Ada juga cd favoritku, new age, shabda yoga oleh Russil Paul yang berisi mantra bagi Tuhan maupun kebahagiaan bagi semesta.
Kalo disuruh ngedeskripsiin lantunan itu dalam satu kalimat…?
Mendengar getaran yang indah agar mudah menerima energi positif untuk menyebar kebaikan pula.
Terakhir. Punya pesan apa untuk pembaca salamatahari?
Dunia yang damai diciptakan dari pikiran dan hati yang damai. Pergi sejauh apa pun, sempatkan untuk pulang. Ke rumah. Ke hati.
Ada keteduhan yang melingkupi Dea setelah menranskrip wawancara ini; kendati Dea tak tahu seberapa panjang jalan pulang. Sejauh apa Dea dari rumah. Dari hati Dea sendiri. Dari kebaikan dan ketulusan yang ikhlas.
Artikel ini Dea tutup dengan sms sang papa untuk Nanette …
“Om svastyastu, sepi adalah keniscayaan
sepi, sunya adalah medan tempur paling dahsyat untuk mengalahkan setan yang tiada lain adalah diri
sepi adalah kebeningan prisma yang sanggup mengurai sigma warna pelangi
hening, sunyi, sunya, suci yang sejati
om shanti, shanti,
shanti om.
sepi, sunya adalah medan tempur paling dahsyat untuk mengalahkan setan yang tiada lain adalah diri
sepi adalah kebeningan prisma yang sanggup mengurai sigma warna pelangi
hening, sunyi, sunya, suci yang sejati
om shanti, shanti,
shanti om.
Affectueuse-ment, papa.”
Tuhan, Engkau sedang menjelma menjadi apa saat ini …?
Sundea
Kunjungi Nanette di http://banyupadmatangi.tumblr.com/
Komentar