(Bukan) Rahasia Dapur Kita

-Cisitu Indah, Sabtu, 25 Februari 2012-

Dapur Kita

Wow. Ada apa itu? Pada hari Sabtu pagi, kantor pengembangan usaha berbasis web Wiradipa Nusantara sudah meriah. Ada yang sibuk mengiris-iris tomat, memasang gas ke kompor, bermain gitar, bahkan tidur-tiduran di ubin teras Wiradipa. 


“Ini kegiatan Dapur Kita,” kata Ade, salah satu personil Wiradipa.
“Hah? Dapur Kita?” tanya Dea seraya menengok dapur Wiradipa dan menerka-nerka apa maksudnya.
“Kalau mau tanya-tanya sama Damar aja. Bentar, ya,” kata Ade.



Beberapa saat kemudian datang mas-mas bernama Damar Sandi Wicaksana. Rupanya, ia adalah inisiator dari gerakan menarik ini. “Awalnya prihatin aja liat orang-orang bisa all you can eat, sementara ada yang makan sehat tiga kali sehari aja susah. Kalau dikasih uang kan nggak mendidik, nanti mengemis jadi profesi,” papar Damar. 


Kemudian … JRENG JENG … terilhamilah mereka untuk membuat gerakan bernama Dapur Kita ini. Berbeda dengan gerakan bantuan makanan lainnya, Dapur Kita melibatkan secara aktif “klien” - sebutan bagi teman-teman penerima sumbangan - dalam pembuatan makanan. Para relawan yang disebut “kru” akan memasak bersama-sama dengan klien. “Targetnya nanti klien bisa punya warung sendiri atau disalurkan ke warung-warung yang namanya Warung Kita,” ungkap Damar.

Lalu mengapa warung mereka harus dinamain Warung Kita? “Buat branding,” ujar Damar lagi. Dengan brand, visi dan misi yang membuat warung tersebut berbeda akan lebih mudah dikenali. Kisah perjuangan klien untuk bertahan hidup dengan cara yang halal juga dapat menjadi nilai jual tersendiri bagi Warung Kita. Harapannya, siapapun yang menjadi konsumen Warung Kita akan merasa turut berkontribusi dalam kemandirian para klien. Seru, bukan?

Dapur Kita ini baru memenangkan lomba “Berani Mengubah” yang diadakan Coca Cola. Acara masak memasak di Wiradipa adalah kegiatan perdana mereka. Kebetulan para pemuda IT di Wiradipa yang bersedia meminjamkan tempat adalah teman-teman aktivis Dapur Kita. Saat ini Dapur Kita digawangi oleh Damar Sandi, Tri Jaya, Gita Racmaningtias, Taruna Perdana, Ambar.H. Bomantara, dan Anggi Ratwiningrum. Karena ini dapur kita semua, tak ada rahasia dapur di sini. Kamu pun dapat bergabung menjadi relawan. Kunjungi http://dapurkitaid.wordpress.com/ untuk informasi lebih lanjut.

Pagi itu, teman-teman Dapur Kita memasak tongkol balado dan kembung goreng. Ada kehangatan dan keceriaan yang membumbui kebersamaan mereka. “Apa yang bikin kamu seneng ikut acara ini?” tanya Dea pada Nur, klien berusia 18 tahun yang paling lincah dan ceria. Nur hanya cengar-cengir, “Ya … gitu.”


Beda lagi dengan Aji. Remaja tanggung itu tampak kalem dan fokus menekuni sayuran di hadapannya. Ketika ditanya pun ia menjawab nyaris tanpa ekspresi, “Seneng weh ngabantu. Kalau makanannya ada, ya seneng weh masak.”


Sebentar saja Nur yang tak bisa diam berpindah dari sekitar area memasak ke antara teman-temannya yang tengah sibuk bermain gitar dan menyanyi. Karena mereka saling menimpali, menginterupsi, dan tertawa-tawa, Dea tidak berhasil menangkap lagu apa yang sedang mereka nyanyikan.

“Lagu apa, sih, ini?” tanya Dea akhirnya.
“Melukis Langit,” sahut Nur.

Dea tengadah menatap langit yang biru dan nyaris kosong pagi itu. Selanjutnya, perhatian Dea teralih pada asap masakan yang membumbung perlahan-lahan seperti doa yang dipanjatkan.

Di dalam hati Dea menitipkan pesan kepada asap, “Hei, kamu, terbanglah ke langit. Lukiskanlah awan-awan yang menceritakan kasih dan harapan …”

Sundea

Komentar