Akademi Berba(ha)gi(a) di Malam Jumat yang Tak Keramat

-MBA ITB, Kamis, 1 Maret 2012-
Salamatahari di Akademi Berbagi
clip_image001[15]
logo Akademi Berbagi
Tepat di awal bulan Maret, pada suatu hari keseimbangan, Sundea dan Salamatahari mendapat kesempatan berbagi cerita seputar menulis kreatif di Akademi Berbagi (Akber). Ceritanya, Akber adalah gerakan sosial nirlaba yang bertujuan berbagi pengetahuan, wawasan, dan pengalaman untuk meningkatkan kompetensi teman-teman di berbagai bidang. Siapapun boleh mendaftar, mengusulkan topik, dan menjadi peserta secara gratis. Bentuknya adalah kelas-kelas pendek satu seri seperti FTV. Lokasinya nomaden, bergantung ketersediaan tempat. Kegiatan ini dipublikasikan dengan sosial media terutama twitter dan sudah menerima The Most Inspiring Social Movement Award – Klik Hati Award dan The New Alternative Editor’s Choice versi majalah Rolling Stone.

Rencananya, sambil berbagi mengenai penulisan kreatif, hari itu Dea akan membacakan karakter teman-teman yang datang berdasarkan diagram zodiak. Tapi batal berhubung hadirinnya banyak sekali – sekitar lima puluh orang. Malam itu akhirnya kami mengobrol saja. 

 


Karena ini adalah Akademi Berbagi, acara bagi membagi berlangsung dari segala arah. Ketika salah seorang teman menanyakan bagaimana cara menulis skripsi agar tetap menyenangkan dan efektif, seorang ibu dosen menjelaskan cara menggunakan Google Plus untuk memudahkan. Ketika seorang teman lain menanyakan yang sebaliknya – cara melepaskan diri dari kebiasaan menulis ketetapan hukum yang serius dan sistematis – kami memecahkannya bersama-sama.

“Kalau emang nggak bisa, tulis aja curhat yang kayak tulisan-tulisan hukum gitu,” saran Dea.
“Hah? Aneh, dong. Masa tulisan personal kayak gitu?” protes Sari sang gadis hukum.
“Belum tentu. Kali aja justru sisi personal kamu yang sistematis itu. Kan kamu nggak harus sama sama orang laen … hehehe …,” kata Dea lagi.

Kelas hari itu penuh tawa. Dea sempat ditantang membuat tulisan kreatif mengenai suasana hari itu. Hasilnya adalah seperti ini:

layanganfixed

Melalui obrolan, tanya-jawab, dan pengalaman yang bertukar-tukar di dalam kelas itu, Dea tersadar bahwa sesungguhnya menulis kreatif justru berangkat dari kata kreatif itu sendiri. Ia sepertinya bukan dimutlakkan oleh sederet tips menulis, tapi lewat kebiasaan berpikir di luar kotak. Bentuk tulisan mengikuti mind set kita terhadap apa yang kita lihat sehari-hari. Jadi, untuk dapat menulis kreatif, jadilah kreatif terlebih dahulu. Mulai saat itu, Dea akan mencoba menerapkan rumus tersebut dengan kesadaran penuh ;)

Akber malam itu ditutup dengan acara foto bersama:

photo_0011
foto dokumentasi Ikazain

Teman-teman, semoga Akber dapat terus menjadi wadah saling berbagi, ya. Ayo, siapa lagi yang mau terlibat atau mengusulkan materi? Boleh, lho, langsung mampir ke  http://akademiberbagi.org/ atau follow twitternya @akademiberbagi.

Pssst … minggu depan kita mengobrol dengan Mbak yang wira-wiri di balik keberlangsungan Akber Bandung, yuk. Siapa dia? Nantikanlahhhh …

Sundea

Komentar

Siska Purnama mengatakan…
Nice sharing, Sundea!:) It's just unexpected amount of members made that session uncomfy for some, while some still need creativity proof to show how creative you are in creative writing. Nevertheless, better preparation would be nice along with the writing horoscope. Too bad I didn't have the chance to hear my zodiac! hehehe...Nice zine of your!
Sundea mengatakan…
Thank you, Siska =)

It was a delightful moment. I learned a lot from everyone in the class. I really did.