52 Wednesdays: Cara Lioni Beatrix Menjinakkan Rasa Rindu

Lioni Berawal dari jatuh cinta pada seorang pria – sebut saja “cowok itu” – Lioni Beatrix memulai project 52 Wednesdays yang lalu sukses dipamerkan di Bandung (Common Room: 14-21 Januari 2012) dan Jakarta (Teaspoon 8-15 Februari 2012). Apa yang dilakukan cewek yang bercita-cita sekolah filsafat lagi itu selama 52 Rabu? Bagaimana kelanjutan kisahnya dengan si cowok itu? 

Simak curhatan Lioni pada Salamatahari ;)




Lioni, cerita, dong, latar belakang 52 Wednesdays ini …
Jadi awalnya saya itu suka ama cowo, lalu saya nyatain dan dia tolak. Lalu dia harus kembali ke negara asalnya dan saya rindu. Saya bingung harus bilang rindu dengan cara apa. Mau ngirim sms atau telepon rasanya koq kayaknya terlalu demanding. Lagi bingung dan ditambah rasa rindu yang makin besar, saya mikir pakai cara apa yaaa biar saya ga gila dan saya sadar bahwa harusnya ada cara untuk mengatasi rindu ini tanpa harus memakan banyak waktu. Lalu di meja kerja saya ada boneka Rex kecil (tokoh Toy Story) lagi nyengir dan dia selalu berhasil buat saya ketawa. Humm... kenapa ga kirim foto dia aja ya. Lalu saya kirim aja foto si Rex. 

Wahahaha … terus kenapa hari Rabu?
Baru sadar kalo saya nyatain ke cowo itu hari Rabu dan tanpa sengaja saya kirim foto Rex juga hari Rabu. Lalu kemudian saya mikir lagi, mungkin ini cara yang baik untuk mengatasi rindu. Membatasi rasa rindu itu tiap Rabu. Tiap Rabu saya foto Si Rex dalam berbagai cerita dan di macam-macam lokasi dan saya kirimkan ke cowo itu tanpa penjelasan. Hanya email berisi foto dengan judul Rex – 01 sampai Rex – 52. Hanya di hari Rabu saya boleh menye-menye kangen ama cowo ini, hari lain mesti serius untuk hal lain. Tadinya sih pengiriman foto ini akan berhenti ketika rindu saya sudah tidak ada lagi. Tiap Rabu saya kirimkan, tapi koq ga selesai selesai ya rindunya. Ya udah deh saya batasi 52 Rabu aja.


Cowok itu kayak apa, sih, orangnya? Ketemu di mana sama kamu?
Bingung juga ya harus nulis cowo ini kayak apa. Dia tinggi banget, rambutnya kriting dan hampir botak di bagian ubun-ubun. Dia orangnya pinter banget. Tau segala macam hal. Saya selalu tertarik ama cowo pintar. Jatuh cinta ama dia aja karena dia ngajarin saya cara ganti ban mobil dengan bahasa yang sederhana dan logis. Hahaha aneh. Ketemu di mana? Dikenalin temen sih. Detailnya ga usah lah ya.. panjang. Hihihi

Gimana kondisi emosional kamu selama 52 Minggu itu?
Waaah panjang kalau ngejelasin itu. Bisa bikin buku. Haha. Yang pasti ada naik turunnya. Ada Rabu dimana saya kangennya bukan main, ada yang rindunya biasa aja. Bisa diliat dari foto-fotonya sih. Ada masa dimana saya merasa “dooohh.. saya koq kayak teroris ya. Saya jahat banget!” atau ada masa saya merasa “ah sabodo teuing... saya kangen!” Tapi ada beberapa Rabu saya merasa pasrah dan ingin berhenti. Yang paling besar adalah karena cowo ini tidak pernah membalas email saya satu kalipun akhirnya muncul pertanyaan penting “dia sebenarnya menerima email saya atau tidak ya?”

Ternyata keterima, nggak emailnya …?
Pada akhirnya saya mengirimkan email yang panjang penjelasan tentang ‘52wednesdays’ ini dan dia cukup menghargainya. Dia lumayan kaget karena ini malah jadi project yang melibatkan banyak orang dan banyak yang mengapresiasinya. Dan akhirnya saya tau kalau dia menerima semua email saya. Lega juga sih tau itu. Dikirain email saya masuk SPAM. Hihihi.

Lion, kan ada minggu yang kamu nggak motret Rex tapi cuma ngasih emoticon muka sedih. Itu kenapa?
Oh ya itu Rabu – 38 ya. Hari Rabu itu saya sedih bukan main karena kaki kanan Rex patah. Saya tidak tau apa sebabnya mungkin karena tertimpa kamera atau buku-buku di dalam tas saya. Rex selalu ada di dalam tas saya dan ketika saya mau ambil, saya kaget menemukan kakinya patah. Saya bingung dan sedih bukan main. Akhirnya saya kirim email yang isinya emoticon sedih ‘:( ‘ .. Di sini saya mikir apa ini tanda saya untuk berhenti mengirimkan foto ya? Apa ini tanda kalau saya sudah tidak rindu? Bingung bukan main. Tapi akhirnya saya malah membalut kaki Rex pake perban :D


Aih, so sweet. Ngomong-ngomong, buat kamu Rex ini tokoh yang kayak gimana, sih?
Saya suka sekali ama tokoh Rex di Toy Story. Suka banget banget banget. Tiap kali liyat dia saya ketawa terus. Dia buat saya seneng sih. Rex itu mirip saya kali ya. Polos dan tolol (ups..)

Hahahaha. Terus asal mulanya project ini dipamerin gimana, Lion?
Sebenarnya rencana foto-foto ini akan dipamerin sudah muncul di Rabu-Rabu awal pengiriman. Lalu saya ajak Irma Chantily sebagai kurator saya untuk bikin project ini. Dia yang tahu banyak tentang cerita ini dari awal hingga pameran. Dia tau banget naik turunnya emosi saya ketika proses pengiriman dan lain-lain. Tujuan pameran ini sih sederhana hanya ingin berbagi dan saya tau saya tidak sendirian koq :). Lalu saya ngobrol dengan Gustaf (founder Common Room). Saya pengen pameran di Common Room dan asiknya Gustaf mengerti sekali pameran ini harus disajikan seperti apa. Jadi saya puas sekali dengan semua proses sampai 52wednesdays berhasil dipamerkan.

Selain di Jakarta dan Bandung, rencananya pameran ini mau dibawa ke mana lagi?
Pengennya sih terus keliling. Rencananya pengen pameran di Bali dan Jogja. Tapi ya kita lihat saja ya :)

Menurut kamu seniman itu apa?
Jujur saya ga tau. Udah kabur banget maknanya. Siapapun sekarang bisa jadi seniman sih selama dia bisa mengapresiasi sesuatu yang terjadi di sekitarnya atau pada dirinya, menjadikan itu inspirasi dan menghasilkan karya apapun bentuknya. Tapi yang paling penting buat saya adalah ketika karya itu bisa menginspirasi banyak orang dan memberikan sisi lain atau sudut pandang berbeda atas suatu hal sehingga orang lain bisa merasakan dan ikut terlibat dalam karya tersebut (ngomong naon atuh saya teh..hihihihi).

Karena salamatahari edisi ini temanya “kita”, waktu berhadapan sama pemirsa dan project ini dipamerin, kamu ngerasa kayak bicara “kita” atau “aku” ?
Dua-duanya sih. Cerita saya lewat foto-foto ini pasti ada yang mewakili teman-teman di luar sana koq. Iya ga? Ayo ngaku! Hihihi

Hahaha … terus ada yang udah ngaku ngerasa diwakili, Lion?
Banyak banget. Itu yang bikin saya senang sekali dengan project 52wednesdays ini. Tujuan dari project ini kan berbagi lalu bulan Desember lalu saya buat StandUp Tragedy. Orang-orang bisa curhat seenaknya di sini lewat puisi, cerita, lagu atau mau nangis doank juga ga apa apa. Barebas. StandUp Tragedy sudah dilakukan 3 kali: ketika Rabu ke-52, pameran saya di Bandung, dan yang di Jakarta. Lalu saya juga buat blog 52wednesday.blogspot.com , di sini teman-teman bisa kirim email berisi curhat apapun. Dan ternyata banyak yang berkontribusi. Saya senang karena ya saya tidak sendirian. Tapi blog itu sedang vakum sebentar. Mungkin akan aktif lagi minggu depan. Tapi silakan dikunjungi ya :)

kataorangorang
Okeh. Pasti dikunjungin. Terakhir. Udah move on belom, Lion? Hehehe …
Sedikit. Ya pelan-pelanlah. Tapi mudah-mudahan ga akan ampe 52 Rabu lagi ya :)

Perasaan itu personal. Namun ia selalu punya potensi untuk menjadi cermin yang memantulkan pengalaman-pengalaman personal lainnya. Setelah diramu sedemikian rupa, “aku” dapat menjelma menjadi sebentuk “kita” yang kolektif.

Kamu ada di dalam diri orang lain – mungkin aku. Aku ada di dalam diri orang lain – mungkin kamu. Sepertinya kita senantiasa dihubungkan oleh seutas tali yang tipis tapi tajam seperti benang layang-layang …

Semoga karya-karya yang diuntai Lioni selama 52 minggu ini dipamerkan lagi sehingga kita yang masih belum sempat hadir dapat ikut mengapresiasinya ;)


Sundea

Komentar

Neni mengatakan…
Dea, kata2 ini kena banget!
"Perasaan itu personal. Namun ia selalu punya potensi untuk menjadi cermin yang memantulkan pengalaman-pengalaman personal lainnya. Setelah diramu sedemikian rupa, “aku” dapat menjelma menjadi sebentuk “kita” yang kolektif."

:)
neni mengatakan…
thaDea, kata2 ini kena banget!
"Perasaan itu personal. Namun ia selalu punya potensi untuk menjadi cermin yang memantulkan pengalaman-pengalaman personal lainnya. Setelah diramu sedemikian rupa, “aku” dapat menjelma menjadi sebentuk “kita” yang kolektif."

:)