Suatu hari teman saya bercerita mengenai anjing yang melihat pelangi. Karena pada umumnya anjing hanya dapat melihat warna hitam dan putih, tak ada yang mempercayai anjing anomali ini.
“Lihat, ada beberapa warna. Yang itu cerah, coba perhatikan!” kata si anjing anomali.
“Kamu gila, ya? Itu hanya hitam dan putih!” tanggap anjing lainnya.
Saya percaya dua unsur yang membentuk realitas – eksistensi dan esensi – relatif dan personal sifatnya. Meski disepakati sekelompok manusia, pada dasarnya setiap realitas dialami sendiri-sendiri. Di antara sekian banyak manusia, pasti ada saja yang memiliki pengalaman realitas yang berbeda. Mereka bukan “tidak hidup dalam realita” tapi “hidup dalam realita yang berbeda”.
Mari kita kembali kepada kedua anjing tadi. Sekali lagi si anjing anomali mencoba meyakinkan temannya.
“Ada tujuh warna berbeda di pelangi. Lihat, lapis pertama warnanya …”
“Semuanya hitam dan putih. Kita melihat pelangi yang sama kan?” potong temannya.
Apakah mereka melihat pelangi yang sama? Bergantung pada persepsimu perihal “melihat”.
Warna apa yang kau lihat dalam posting-posting edisi ini?
Apapun itu, semoga membawa sesuatu yang baik untukmu =)
Salamatahari, semogaselaluhangat dan cerah,
Sundea
Ibnu Nadzir, makasih cerita anjingnya, ya …
=)
Komentar