Kearifan Parkir Basement

Di tempat yang lebih dasar daripada lantai dasar sebuah mall, membentang parkir basement. Ia seperti tembolok yang menyimpan mobilmu untuk sementara. Saat kamu dibuai sejuk AC yang bertiup di dalam mall, mobilmu berada di ruang minim ventilasi yang boro-boro ber-AC.


Pada suatu hari Dea datang ke mall hanya untuk bermain ke tempat parkir. Setelah berkeliling dan memotret hal-hal yang Dea anggap menarik, secara spontan Dea menghampiri salah seorang petugas parkir.



“Mas, sambil markir-markirin boleh ngobrol, nggak?”
“Boleh aja.”
“Namanya siapa?”
“Arif.”


Mas Arif Purdian berusia 24 tahun, bungsu dari dua bersaudara. Sudah dua tahun ia menjadi petugas parkir di Bandung Indah Plaza. Alasannya sederhana saja, “Gara-gara tempatnya deket rumah”.

Sebelumnya, lulusan SMU yang punya ketertarikan pada bidang otomotif ini sempat bekerja sebagai penagih laporan kontra bon.

“Enakan mana, Mas, kerja di parkiran sama jadi penangih laporan?”
“Sama aja, sih. Saya mah orangnya nggak muluk-muluk. Asalkan aman, kondusif, saya seneng.”


Meski ayah, ibu, dan kakak laki-lakinya berwiraswasta, Mas Arif tidak tertarik untuk turut berwiraswasta.

“Males, ah, musti dikejar-kejar target. Enakan kayak gini,” jawabnya sambil tetap memperhatikan mobil-mobil yang melintasi sektor parkirnya.
“Tapi kalau kerjanya di bidang otomotif mau?” tanya Dea lagi.
“Ya … kalau ada kesempatan,” sahutnya.

Ketika sebuah mobil tampak mengincar celah di sektor parkir Mas Arif, dengan segera Mas Arif membantunya. Dea memperhatikan sambil memotret-motretnya. Setelah si mobil terparkir dengan aman, Dea kembali menanya-nanyai Mas Arif.


“Markirin gini perlu keahlian khusus nggak, Mas?”
“Ah, nggak juga.”
“Tapi ada training-nya?”
“Palingan di hari-hari yang landai.”
“Hah?”
“Iya, di hari-hari yang agak sepian, gitu, misalnya hari Senin kan nggak banyak orang.”
“Ooo …”
“Ini survey, ya?”
“Bukan. Saya mau nulis buat web saya. Saya kasih stickernya, deh …”

Setelah menerima sticker yang Dea berikan, Mas Arif mengamat-amati sticker tersebut. Tiba-tiba ia bertanya,

“Untungnya apa, sih, Mbak bikin ginian?”
“Nggak ada, sih.”
“Hah? Nggak ada ada?”
“Jadi gini, Mas …”


Setelah bercerita sedikit tentang Salamatahari kepada Mas Arif lalu mengobrol dan tertawa-tawa dan mengobrol dan tertawa-tawa lagi, Dea pamit. Hawa panas yang tidak sehat itu membuat orang mudah dehidrasi dan kurang oksigen. Apa kabar para petugas parkir yang bekerja delapan jam sehari itu, ya? Apakah mereka sehat-sehat saja? 


Musik yang diputar di dalam mall tidak sampai ke parkir basement. Karenanya, suara petugas parkir yang dipantulkan beton bergema-gema lugas,

“Terus … terus … terus … balas!”

Sesungguhnya apa yang harus diteruskan dan dibalas?

Sundea

Komentar