Okke Sepatumerah baru saja kembali dari Papua. Penulis buku Lajang dan Menikah yang juga pernah mengadptasi film Cinta Pertama dan Kamulah Satu-satunya dalam novel tersebut berangkat jauh-jauh ke ujung Indonesia untuk mengedukasi anak-anak bangsa di sana.
Seperti apa ceritanya? Ini dia oleh-oleh yang langsung diceritakannya melalui Salamatahari …
Mbak Okke, kemarin abis balik dari Papua, ya?
Iya, tepatnya dari Abepura, 1 jam dari Jayapura.
Wah … jauh juga, dong. Dalam rangka apa?
Dalam rangka jadi perancang program sekaligus fasilitator untuk edukasi multikultur-nya yayasan Visi Anak Bangsa, kerja sama dengan PT Freeport, programnya bikin pelatihan menulis dan membuat komik, pesertanya 50 anak kelas 5-6 SD, dari 10 SD. Jadi anak-anak itu bikin cerita mereka, terutama tentang bagaimana pemikiran mereka tentang Papua.
Seru, ya? Anak-anak di sana cukup akrab, nggak, sama komik?
Anak-anak itu cukup akrab kok dengan komik, bacaan mereka adalah komik-komik Jepang, ketauan ketika disuruh menggambar tokoh komik. Mereka juga suka baca komik dan mereka bawa komik di tas mereka :)
Hehehe … sama-sama aja, ya, sama anak-anak di sini …
Buat saya, anak-anak itu sama aja, semua polos dan tulus dan senang bermain.Dan berhubung kemarin pelatihannya diadakan di Abepura yang dengan catatan adalah kota besar, sama sekali nggak ada bedanya dengan anak-anak di Jakarta dan Bandung. Mereka update dengan segala sesuatu yang sedang 'in' (bahkan mereka sempet loh bilang 'Lo, gue, end!') :D
Kalo orangtua-orangtua di sana, sama nggak sama orangtua-orangtua di sini?
Saya nggak mau bilang soal orangtua ya, soalnya waktu kemarin saya sama sekali nggak interaksi dengan orangtua, tapi saya pengin ngomongin orang dewasa secara general. Jadi ada kecenderungan orangtua itu, terutama dalam menggambar, menanamkan nilai 'bagus-jelek' berdasarkan standar mereka; padahal sebenarnya, ketika anak-anak menggambar, mereka tidak bertujuan untuk membuat sesuatu yang 'indah ala seni', tapi menggambar adalah medium ungkap mereka, alias cara mereka berkomunikasi; jadi nggak bisa dinilai dengan cara orang dewasa. Dan anak-anak itu punya kecerdasan intelektual dan motoris, intelektual adalah cara mereka berpikir, sedangkan motoris adalah cara mereka beraktivitas, yang sering dilakukan orang dewasa, hanya menilai kecerdasan motoris saja; yang gambarnya rapi, bagus secara rupa, itu yang sempurna dan mengabaikan kecerdasan intelektualnya. Jadi agak menyedihkan ketika mendengar orang dewasa yang bilang 'gambarnya jelek' hanya gara-gara secara visual nggak indah/rapi.
Ketika dipandang begitu sama orang dewasa, efek ke anak-anaknya gimana?
Pada akhirnya itu bikin anak-anak jadi takut untuk menggambar. Ada kecenderungan seorang anak tiarap di atas gambarnya saat fasilitator pengin lihat gambarnya sambil bilang "Tra boleh lihat, gambar saya jelek!' bahkan ada anak-anak yang malas gambar. Pakai medium apalagi anak-anak berkomunikasi, kalau dengan menggambar aja mereka takut?
Ah, iya, sedih banget, ya. Terus gimana memotivasi anak-anak itu?
Salah satu fasilitator, Yulian Ardhi, bilang: “sebagus apapun gambar yang meniru, tidak akan lebih bagus dari gambar sendiri, kalau meniru, kalian selalu jadi tiruan.”
Komik karya teman kecil dari Papua |
Wow, ngena banget. Apa lagi yang seru pas pelajaran ngegambar?
Pas sesi gambar diri, Yulian nanya ke Agil dari SD Inpres Kotaraja, “susah, ya gambar diri sendiri?” Agil jawab: “iya susah, soalnya saya cantik”. Ada lagi Tian, dia bilang gini, “ah, sa pu ide, untuk gambar diri sendiri, foto saja dulu! Tra susah tokh?” terus ngeluarin hp dan motret diri.
Hahahaha … khas anak-anak. Spontannya keluar. Kemaren Mbak Okke sempet cerita tentang anak yang namanya Shafa …
Shafa itu salah satu peserta lokalatih ini, umurnya kurang lebih 10 tahun, dari SD Al Ikhsan. Dia bukan orang Papua asli, tapi dalam tulisannya dia bilang : Walau rambutku tidak keriting, tapi aku merasa Tanah Papua adalah kampung halamanku. Aku beruntung tinggal dan dibesarkan di sini. Tulisan Shafa ini sangat menyentuh, dan seharusnya bikin orang dewasa malu dan nggak mentingin diri sendiri, karena dia bilang : Aku dengar tanah Papua adalah tanah yang kaya raya. Tanahnya menyimpan hasil tambang yang luar biasa. Ada emas seperti di Tembagapura,ada Nikel di Raja Empat. Saya yakin masih banyak lagi hasil tambang lainnya yang belum sempat diketahui, mudah mudahan generasiku bisa menemukan sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Tetapi tetap menjaga kelestarian alamnya
(kalau mau ngutip tulisannya Shafa, boleh aja, dari sini )
Buat Mbak Okke, pasti memorable banget, ya, anak-anak di sana?
Gimana bisa lupa kalau mereka terus menerus SMS dan bilang kangen? Ini asli mengaduk-ngaduk emosi. Waktu perpisahan juga ada adegan begini:
Tidak boleh menangis | Bella : iya kakak, sa tra menangis *sambil berusaha nyengir, tapi airmata berlinangan*.
Mereka juga sempet ngelemparin dan ngasih bunga liar dan ngejar-ngejar mobil kita pas hari terakhir lokalatih ini. Jadi pas kami mau pulang, ada 5 anak dari SD yang sama nungguin mobil kami lewat, eh begitu dekat, mereka menaburkan bunga-bungaan liar ke mobil kami. Itu seperti cara mereka untuk mengucapkan selamat tinggal. Itu sumpah sedih bok. :)
Huuuhuuu … jadi ikut sedih. Kebayang banget gimana keadaannya. Terus setelah balik ke Bandung, apa efek yang paling kerasa kebawa terus?
Setelah kembali kesini, satu hal yang saya rasain (kembali) adalah, cara menjalani hidup itu banyak alternatifnya, sayang banget masyarakat mereduksinya cuma jadi : sekolah-kawin-beranak. Pemikiran ini pernah saya punya dulu, tapi tergerus oleh rutinitas dan lingkungan di tempat saya tinggal :)
Apa salah satu quote yang Mbak Okke denger selama berkegiatan di Papua ini dan cukup terngiang buat Mbak Okke?
Perjalanan itu, sesingkat apapun, bisa merubah banyak hal dalam kehidupan kita (Nofika, fasilitator).
Oleh-oleh yang dibawa jauh-jauh oleh Mbak Okke kini sampai kepadamu. Ia terbuka untuk diolah menjadi apa saja dan tidak akan basi jika kau simpan di tempat yang tepat dalam hati dan kepalamu.
Selamatkan cerita ini, selamat mencernanya, dan selamat datang kembali di Bandung, Mbak Okke Sepatumerah …
Sundea
Kunjungi Okke Sepatumerah di http://blog.sepatumerah.net/
kecuali foto paling atas, semua foto adalah dokumentasi pribadi Okke Sepatu Merah.
Komentar