Dalamnya Hati Dapat Diukur, Dalamnya Laut Siapa yang Tahu

Anak Beruang tidak sekolah, tetapi ketika masa liburan tiba, ia ikut berlibur juga. Ayah dan Ibu Beruang bersahabat dengan Raja dan Ratu lautan. Jadi pada masa liburan, Anak Beruang boleh menginap di dalam laut. 


“Jangan menyusahkan di sana, ya,” pesan Ibu Beruang.
Anak Beruang mengangguk-angguk.
“Nanti kamu dipinjami insang. Jangan dilepas-lepas. Di laut kamu tidak bisa bernafas dengan paru-paru,” tambah Ibu Beruang.
Anak Beruang mengangguk-angguk.
“Oh, iya. Satu lagi. Jangan main-main ke tempat yang kamu tidak tahu, kecuali ada yang mengantar. Tersesat di laut lebih susah daripada tersesat di hutan,” lagi-lagi Ibu Beruang menambahkan.
Anak Beruang mengangguk-angguk lagi. Kali itu sepanjang jalan dari hutan sampai ke laut.



Singkat cerita, tibalah Anak Beruang di dalam laut. Raja dan Ratu Laut mempunyai empat anak perempuan yang sebaya dengan Anak Beruang. 


“Wow, kalian pasti Puteri Duyung!” sapa Anak Beruang ketika bertemu puteri-puteri kerajaan lautan.
“Kami bukan Puteri Duyung, kami Puteri Duyun,” sahut salah satu di antara mereka.
“Iya. Kami selalu pergi berduyun-duyun. Kata Ayah, kalau pergi sendiri-sendiri, kami pasti akan terlibat kesulitan,” kata Puteri Duyun yang lain.
“Lagipula kami sangat kompak. Kami selalu sependapat dan setujuan,” tambah Puteri Duyun yang lainnya lagi.
“Nah. Karena kamu teman kami, Anak Beruang, sepanjang berlibur di sini kamu boleh ikut berduyun-duyun bersama kami,” timpal Putri Duyun yang paling muda.

Anak Beruang senang sekali. Selama ini, sebagai anak satu-satunya, Anak Beruang hampir selalu bermain sendiri. Sesekali ikut berduyun-duyun membuatnya merasa punya saudara-saudara. 


Di tengah perjalanan, Anak Beruang melihat seekor ikan besar di dekat batu karang. Warnanya hitam dan putih. Ikan itu diam saja. Meski ingin tahu, kali itu Anak Beruang tidak berlari-lari menghampiri si ikan. Ia ingat bahwa ia tak boleh pergi sendiri. Ia sedang berduyun-duyun bersama para Puteri Duyun.

“Ikan apa itu?” tanya Anak Beruang.
“Itu ikan Pause,” kata salah satu Puteri Duyun.
“Ikan PA-US, kali,” Anak Beruang meralat pengucapan Puteri Duyun.
“Bukan, dia betul. Ikan Pause,” Puteri Duyun yang lain membenarkan saudaranya.
“Iya. Coba kamu lihat. Ikan itu membeku, tapi tidak mati. Dia sedang pause. Nanti, ketika tiba-tiba berenang mundur, ia akan menjadi ikan Rewind. Dan ketika maju kembali, ia akan menjadi ikan Fast Forward,” papar Puteri Duyun yang ke tiga.
“Jadi sebetulnya dia ikan apa?” tanya Anak Beruang masih tidak mengerti.
“Ya ikan Pause, dong, kan tadi sudah diberi tahu,” Puteri Duyun yang termuda terdengar gemas.
Anak Beruang mulai pusing.

Anak Beruang dan Puteri Duyun berduyun-duyun lagi. Ketika melihat sebuah area yang paling ijo royo-royo penuh rumput laut, Puteri Duyun yang sulung memberi penjelasan.

“Di laut, kami bercocok tanam juga.”
“Iya. Lihat. Itu, ada bajak laut,” kata adiknya sambil menunjuk kereta yang ditarik oleh sepasang ikan yang gendut-gendut.
“Selama ini … aku kira bajak laut itu perompak,” tanggap Anak Beruang.
“Oh, di laut ini juga ada perompak. Tapi mereka tak pernah disebut bajak laut,” jelas Puteri Duyun yang nomor tiga.
“Jadi? Disebut perompak saja?” tanya Anak Beruang.
“Mereka disebut cewek matre.”
“HAH?”
“Iya. Mereka semua dievakuasi besar-besaran dari daratan bertahun-tahun yang lalu gara-gara lagu yang liriknya begini: ‘Cewek, matre, cewek matre … ke laut aje …’,” tambah Puteri Duyun yang nomor dua.
Anak Beruang pusing.

Laut banyak memberi kejutan pada Anak Beruang. Anak Beruang baru tahu bahwa semua ikan laut yang suka bernyanyi ternyata berbentuk huruf L. L-Fish Presley suka bernyanyi rock n roll, sementara L-Fish Sukaesih suka bernyanyi dangdut. Di akhir petualangan mereka hari itu, Anak Beruang dan para Puteri Duyun menonton konser L-Fish. Konser berlangsung tertib. Puteri Duyun memberi contoh kepada rakyatnya untuk selalu berduyun-duyun dalam antrian dan barisan yang baik.


Malam itu, keempat Puteri Duyun dan Anak Beruang pulang dengan lelah tetapi senang. Begitu mereka tiba di istana, Raja dan Ratu Laut menyambut hangat.

“Bagaimana Anak Beruang? Kau senang hari ini?” tanya Raja Laut.
“Senang, Oom,” sahut Anak Beruang.
“Tadi Ibu Beruang menelpon. Dia khawatir kamu lari-lari sendiri. Kata Ibumu kamu sering menghilang,” kata Ratu Laut.
“Kali ini tidak, Ibunda, dia berduyun-duyun bersama kami,” tukas Puteri Duyun bungsu.
Ratu Laut tersenyum pada puterinya, lalu kepada Anak Beruang.

Anak Beruang memang sering sekali hilang. Sebetulnya, juga kali itu. Di mana ia sebetulnya jika laut ternyata bukan tempat yang bertahun-tahun diajarkan daratan kepadanya?

Tiba-tiba Anak Beruang tersadar. Sesungguhnya di daratan ia bersekolah.

Sundea

Komentar