Seekor kupu-kupu perak melintas di depan hidung Anak Beruang. Tepi sayapnya berwarna pelangi dan wangi bunga. Anak Beruang, yang suka mengejar apa saja yang menarik hatinya, segera berlari mengikuti si kupu-kupu. Meski kupu-kupu itu terbang cepat sekali, Anak Beruang tidak menyerah. Dan meski Anak Beruang terlalu gendut untuk menyisip ke sana-sini seperti si kupu-kupu, ia tak kehabisan akal mencari jalan lain.
Kadang Anak Beruang kehilangan si kupu-kupu. Tetapi karena hari masih siang, cahaya matahari selalu berhasil menembus segala sela dan jatuh ke sayap perak kupu-kupu itu. Ketika cahaya memantul dari sayap kupu-kupu, Anak Beruang segera tahu di mana si kupu-kupu berada.
Lalu ia akan mengejarnya lagi.
Lalu kupu-kupu akan terbang lagi.
Dan mereka menyukai permainan itu.
Hingga tak sengaja Anak Beruang lewat di depan sebuah halaman mungil. Di sana tumbuh bunga-bunga perak dengan tepi kelopak berwarna pelangi. Langkah Anak Beruang terhenti.
Rumput-rumput tinggi menyembunyikan bunga-bunga tersebut, tetapi Anak Beruang dengan mudah menemukannya. Dan karena Anak Beruang selalu menghampiri apapun yang menarik perhatiannya, siang itu ia memanjat pagar, masuk ke halaman, dan berdiri lebih dekat dengan si bunga-bunga perak. Ketika Anak Beruang sedang berjongkok, sebuah suara menggelegar membelah ketentraman.
“Hei! Sedang apa kamu di sini?!”
Anak Beruang spontan tengadah. Di hadapannya telah berdiri seekor Singa Besar dengan rambut seemas cahaya matahari.
“Aku Singa Besar. Ini halamanku. Kenapa kamu masuk tanpa meminta izin?” tanya Singa Besar itu sambil berkacak pinggang.
“Aku … itu, maaf. Aku Anak Beruang. Aku hanya ingin melihat bunga-bungamu dari dekat. Mereka bagus sekali.”
“Kamu tidak bermaksud mencurinya kan?” tanya Singa Besar itu sambil memicingkan mata penuh selidik.
“Tidak, kok,” Anak Beruang sedikit tersinggung.
“Bagus. Kalau begitu kamu bisa membelinya.”
“Heh?!”
Ternyata Singa Besar adalah petani bunga perak.
“Bunga ini banyak manfaatnya. Selain indah, ia menyembuhkan macam-macam penyakit. Aromanya juga menentramkan perasaanmu,” promosi Singa Besar.
Anak Beruang tahu-tahu tersadar kalau sebelumnya ia sedang mengejar kupu-kupu.
“Aroma bunga-bunga ini sama seperti aroma kupu-kupu yang aku suka,” kata Anak Beruang.
“Kupu-kupu selalu terbang dan pergi, sementara bunga-bunga tinggal dan bertumbuh,” sahut Singa Besar.
Anak Beruang terdiam.
Anak Beruang sangat suka berlari-lari. Biasanya segala sesuatu yang tidak berlari tak akan lama-lama menarik perhatiannya. Tetapi bunga ini anomali. Dari bunga itu Anak Beruang menemukan kegembiraan dalam ketenangan yang diam. Ia seperti punya sihir yang membuat Anak Beruang tidak bosan sekaligus tidak lelah.
“Berapa harga bunga ini, Singa Besar?” tanya Anak Beruang.
“Aku tidak menjual bunga-bunga ini. Aku menjual bibitnya.”
“Berapa harga bibitnya?”
“Harganya adalah kesabaran dan ketekunanmu.”
“Apa untungnya kesabaran dan ketekunanku buat kamu?”
“Bukan untuk aku, tapi untuk bunga-bunga itu sendiri. Aku menyayangi bunga-bunga perak ini.”
Anak Beruang terdiam lagi.
“Jadi bagaimana? Kamu mau beli?” tanya Singa Besar memastikan.
Anak Beruang menatap sekelilingnya. Cahaya matahari jatuh di mana-mana, tapi tak ada cahaya yang terpantul-pantul dari sayap. Si kupu-kupu betul-betul sudah menghilang. Anak Beruang pun sudah tak ingin mencarinya. Entah mengapa ketenangan yang diam itu membuat Anak Beruang tak ingin berpaling dan berlari-lari lagi. Setidaknya saat itu.
“Aku akan membeli bibit bungamu,” Anak Beruang memutuskan.
“Baiklah. Jangan lupa. Kesabaran dan ketekunan memelihara bukan sesuatu yang murah.”
Anak Beruang mengangguk.
Anak Beruang pulang ke rumah sambil melompat-lompat. Diamat-amatinya bibit-bibit kecil berwarna-warni di telapak tangannya. Saat itu mereka belum menjadi bunga perak dengan kelopak bertepi pelangi. Tetapi Anak Beruang sudah merasa senang. Ia tahu nantinya bunga-bunga itu akan menjadi bunga-bunga perak, dengan kelopak bertepi pelangi, dan wangi sekali.
Kupu-kupu selalu terbang dan pergi, sementara bunga-bunga tinggal dan bertumbuh.
Ada satu masa dalam hidup Anak Beruang ketika ia hanya ingin duduk-duduk mengamati kepastian.
cerita dan artwork Sundea
Untuk segala yang berlari-lari dan bertumbuh dalam diri anak-anak. Selamat menjelang Hari Anak Nasional 23 Juli =)
Komentar
Suka sekali kalimat ini dan penasaran sama maknanya.. Di pedalaman Sulawesi jarang ada kupu-kupu apalagi yang perak, yang banyak capung bersayap biru yang sering terbang di atas sungai..
Sayapnya biru? Dia pasti pinjem permukaan langit supaya bisa terbang setinggi langit ... =D
selamat hari anak (beruang)! hehehe.. *telat*
But thank's anyway, ya, better late than never =D
hahaha Dea cerita ini sehangat matahari. Senang bisa kenal sama Kupu-Kupu Perak dan Bunga Perak
(^_^)