Menurut teori Tinker Bell dalam kisah “Peter Pan”, peri lahir melalui tawa pertama setiap bayi. Mereka lalu tinggal bersama manusia, namun bersembunyi di mana-mana. Mereka terbang di antara debu, membenamkan diri di balik sayap kupu-kupu, menyamar menjadi kunang-kunang, dan diam-diam bersemayam di tempat-tempat yang tak kau duga.
Tetapi saya percaya, ada tawa pertama bayi yang dapat terbit kapan saja dalam setiap diri kita. Pada tawa yang tulus tak berpamrih itulah peri-peri diam-diam lahir, bertumbuh, dan berbaur dengan kenyataan. Sebagian dari mereka hadir di Salamatahari edisi 74 ini. Ada Peri Bahasa, Peri Ngatan, (Per)icapture, Peristiwa, dan Periklanan. Mereka tersebar pada kisah Anak Beruang, pameran icapture, novel Turiya, dan wawancara dengan Nia Dahlan. Kita lalu diingatkan lagi bahwa hidup kita dilingkupi peri.
Ada kalanya peri-peri ini tidak bisa terbang karena sayapnya patah atau basah. Tapi jangan khawatir. Tidak terbang tak membuat mereka berhenti menjadi peri.
Semoga peri memberi kita kebahagiaan yang tak terperi,
hari ini, esok, dan seterusnya.
Salamatahari, semogaselaluhangat dan cerah,
Sundea
Chicko, makasih teka-teki peri-perinya di twitter waktu itu, ya. Sungguh menginspirasi ;)
Komentar
Salam matahari berseri buat sundea dkk di Salamatahari :D