Tuan Nona Kesepian (TNK) adalah teman yang lincah dan menggemaskan. Saya pertama kali bertemu dengannya di taman kota, ketika dia sedang menyampaikan kisahnya tentang sepasang …
“Mereka bukan pasangan,” ralat TNK ketika mengintip dua kalimat awal tulisan saya.
“Bukan?”
“Iya. Pasangan harusnya berinteraksi, bukan justru membiarkanku terpasang sebagai isolator.”
“Konduktor, kali …”
“Isolator, Dea. Aku konduktor untuk kalian yang ingin mendengar gosip Tuan dan Nona ini, tapi tetap bersifat isolator untuk Tuan dan Nonanya sendiri …”
TNK terdengar sedang jengkel. Tetapi gaya bertutur dan warna suaranya yang crunchy membuat ceritanya menarik untuk disimak.
Jadi begini. Tersebutlah seorang Tuan dan seorang Nona. Meski sama-sama sendiri, keduanya mempunyai persepsi yang tak bisa saling bertaut. Tuan sama sekali tak peduli, sementara Nona sibuk memproyeksikan khayalannya kepada Tuan. Tuan berlari mengejar gadis lain, sementara Nona terus berlari mengejar Tuan. Keduanya terjebak dalam lingkaran setan. Beberapa orang berusaha memutus lingkaran itu, tetapi justru terbawa arus, ikut terputar, dan terpusing-pusing.
Beberapa orang seperti saya berdiri di luar lingkaran dan bertanya-tanya, “Ada permainan apa ini? Semacam kucing dan tikuskah?” Lalu TNK datang sebagai “konduktor” antara orang-orang seperti saya dan lingkaran setan. Ia menceritakan situasi itu dalam sebuah garis lurus. Menjadi Tuan, menjadi Nona, menjadi orang-orang yang terseret dalam perputaran, menjadi situasi, dan menjadi dirinya sendiri.
“Sebetulnya keadaan ini sederhana tapi tidak sederhana,” kata TNK.
“I see …”
Tutur TNK bisa jadi terasa sederhana karena hanya diiringi oleh gitar akustik. Tetapi gitar itu melompat-lompat dengan kord yang sebetulnya tidak terlalu sederhana juga. Melodi yang sepertinya itu-itu lagi pun sebetulnya tak sesederhana kedengarannya. Butuh ketrampilan khusus untuk bermain dalam cengkok-cengkoknya yang seperti lagu blues itu.
“Yes, right, blue, sad, and sorry because the boy and girl are pathetic!” kata TNK geregetan.
Saya tertawa.
TNK menjadi Tuan sekaligus Nona. Tetapi Tuan maupun Nona hanya mendengarkan dirinya sendiri yang terwakilkan di sana. Mereka tidak mendengarkan “situasi”, apa lagi nasehat dari orang-orang lain yang juga disampaikan TNK. TNK benar. Ia bukan konduktor, tapi justru isolator bagi Tuan dan Nona. Melalui TNK, Tuan dan Nona justru dapat lebih jelas mendengar suara mereka sendiri.
“Tapi kamu membuat segalanya jelas untuk kami yang ada di luar lingkaran,” ujar saya sambil menepuk-nepuk TNK.
“Setidaknya ada yang menjadi jelas …”
Saya tertawa lagi.
Lingkaran yang telah menjadi garis lurus tentunya jadi mempunya ujung. TNK membuat simpulan. Bukan dengan akhir cerita yang gamblang, tapi dengan variabel; sederet melodi gitar yang lincah dan bebas ditafsirkan sebagai apa saja.
Tuan dan Nona masih berputar-putar. Beberapa orang yang terhisap dalam arus lingkaran setan mulai terpental satu persatu. Pada pangkal melodi, TNK juga memutuskan berhenti mewakili siapa-siapa. Ia menghela nafas.
“Capek, ya?” tanya saya.
“Lumayan. Tapi aku suka bercerita,” sahut TNK.
“Aku juga suka mendengar cerita, apa lagi cerita kamu.”
TNK tersenyum.
“Pulang, yuk …”
“Yuk …”
Kami menempuh jalan pulang yang lurus sambil menikmati angin sore. Lelah membuat kami enggan berbicara apa-apa.
Perjalanan pulang kami sepi, tapi kami tidak kesepian …
Sundea
Langsung klik, Teman-teman, ini dia videoklipnya:
video dirampok dari sini
Komentar
Tulisannya yg ini agak berbeda dr tlsanmu yg biasa.
Ga terlalu mudeng euy >,<
But like kata2
Pasangan sehrsnya berinteraksi bukan membiarkannya terpasang sbg isolator..
hehehe...