“Mau pergi naik ape?”
“BMW.”
“Gaya bener lu. BMW dari mane?”
“Entu, Bang, Bajaj Merah Warnanya …”
TAK JEDES!
Karena sudah berulang kali diceritakan, mungkin lelucon ini sudah kehilangan kelucuannya. Tetapi Si Bajaj Mer(i)ah Warnanya yang meriah pula warna ceritanya itu, masih abadi seperti Highlander. Di tengah isu-isu akan dimusnahkan, permasalahan teknis karena mesinnya yang tak lagi diproduksi, dan persaingan ketat dengan transportasi lain, bajaj klasik bertahan hidup secara menakjubkan.
“Hanya Tuhan dan bajaj yang tahu kapan bajaj akan berbelok,” ungkap sebuah quote mengenai kendaraan roda tiga yang tak dilengkapi lampu sein tersebut.
Sepertinya Tuhan dan bajaj memang mempunyai keakraban istimewa. Sejak bajaj masuk ke Indonesia di tahun 1970an, Tuhan senantiasa melingkupinya dengan kasih dan perlindungan. Sejenis riset kecil-kecilan yang tak sampai seminggu di bilangan Tebet, Jakarta, membuat saya menemukan bahwa Tuhan mengasihi bajaj, demikian pula sebaliknya.
Meski tanpa ikatan agama.
Wajah Si Kecil Bajaj
Percayakah kamu bahwa bajaj mempunyai ekspresi seperti kita? Coba perhatikan mereka secara imajinatif:
1. Rambut tipis
2. Dahi yang lebar dan mengkilap
3. Sepasang mata yang cerlang dan lugu
4. Hidung yang pesek-pesek mancung
5. Mulut berkumis
6. Lidah yang selalu menjulur keluar, menjilat jalanan.
7. Kaki-kaki tamabahan di lehernya.
Bajaj adalah makhluk unik yang hanya terdiri dari kepala dan kaki-kaki tambahan. Ia berjalan dengan lidah dan sepasang kaki yang menopang lehernya. Matanya tidak cerdas, namun bisa jadi karenanyalah jauh dari culas. Meski berkumis, bajaj belum tentu laki-laki, belum tentu juga perempuan (Ingat. Pedangdut Iis Dahlia dan Perupa Frida Kahlo juga berkumis). Lagi pula, jika ia hanya terdiri dari kepala, bagaimana menentukan jenis kelaminnya?
Sebagai identitas, di pintu depan bajaj tertulis daerah operasi bajaj (misalnya: Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dll).
Mengapa penjelasan bergambar ini penting? Karena pada pembahasan selanjutnya, bajaj akan digambarkan lebih daripada sekedar transportasi umum tak bernyawa. Benda-benda akan menuntun kita mengenal perasaan-perasaan halus jika kita memberinya kepercayaan untuk bernyawa.
Ini bukan teori gila. Pernah bertanya mengapa anak-anak memiliki banyak hal yang tidak lagi dimiliki orang-orang dewasa?
Riwayat Bajaj
Nenek moyang bajaj berasal dari India. Tuk tuk namanya. Seperti bajaj, tuk tuk pun merupakan alat transportasi umum yang digerakkan oleh mesin dua tak. Bentuk fisiknya tak jauh berbeda dengan bajaj, hanya saja tuktuk sedikit lebih panjang dan tidak dilengkapi pintu sepenuh bajaj.
gambar tuk tuk dirampok dari sini |
Bajaj datang ke Indonesia pada tahun 1972. Kehadirannya disambut dengan gembira. Kendaraan yang terdapat pula di Banjarmasin, Pekanbaru, dan Palembang tersebut disahkan dalam Peraturan Daerah dan bebas melenggang di jalan raya sebagai alat transportasi legal.
Tetapi masa bulan madu itu tak berlangsung lama. Sejak tahun 1980an, pasokan bajaj dari India dihentikan dan mesinnya mulai tak diproduksi. Badai hidup bajaj berawal dari sana. Pemerintah berusaha menyingkirkan bajaj dan menggantikannya dengan kendaraan-kendaraan lain yang lebih kinclong. Sempat hadir Toyoko (sejenis bajaj dengan mesin Jepang), Angling Dharma (sejenis bajaj dengan ruang lebih luas), dan Kancil (mobil kecil yang sebetulnya tidak sama dengan bajaj). Belakangan beredar pula bajaj BBG (Bahan Bakar Gas) dengan mesin empat tak. Tetapi apa yang terjadi? Bajaj klasik tetap berjaya. Yang sudah-sudah, justru calon penggantinyalah yang kerap takluk dan terpaksa mohon diri dari kancah transportasi umum ibu kota.
Hingga kini belum dapat dipastikan apakah kelak bajaj klasik akan menang bersaing melawan bajaj BBG. Tetapi menurut Ibu Hajah Kartini, juragan bajaj di bilangan Jakarta Selatan, bajaj klasik masih lebih diminati.
“Bajaj yang ini mesinnya bandel. Kalau yang empat tak, begitu kerendem aer mesinnya mati,” ujar Ibu Kartini sambil menatap sayang bajaj-bajaj lama yang tengah beristirahat dengan tentram di garasinya. Selain itu, menurut pemilik 33 bajaj ini, harga bajaj BBG tergolong sangat mahal. “Dulu 35 juta, sekarang udah naik jadi 55 juta. Setorannya juga jadinya lebih mahal. Kalau bajaj biasa cuma Rp 50.000,00 bajaj BBG bisa Rp 100-110.000,00,” ungkapnya terus terang.
Ibu Kartini dan bajaj-bajajnya |
Maka segala daya dan upaya dilakukan untuk menyambung hidup si bajaj klasik. “Kalau rusak, ya diperbaiki lagi, diperbaiki lagi,” kata Ibu Kartini. Mesinnya yang sudah tak diproduksi pun tak pernah gagal diakali dengan onderdil apa saja. “Di Rawamangun malah ada montir pinter banget, bikin bodi juga bisa,” ungkap Ibu Kartini dengan mata bersinar penuh semangat. Karena bisnis bajaj tersebut diwariskan dari almarhum ayahnya, beliau menjalankan bisnis itu dengan sungguh-sungguh. Tak hanya itu, Ibu Kartini dan sang suami telah membesarkan ketiga anak mereka dengan 33 bajaj yang dikumpukan semenjak tahun 1977, ketika almarhum ayah Ibu Kartini mulai merintis bisnis tersebut.
Tuhan menyayangi bajaj. Bajaj menyayangi keluarga Ibu Kartini. Keluarga Ibu Kartini pun menyayangi bajaj. Dan sepanjang perjalanan berbisnis bajaj, Tuhan, keluarga Ibu Kartini, dan bajaj-bajaj mereka, saling berpelukan erat sekali.
Doa-doa Bajaj
Bajaj mensyukuri anugerah hidup yang diterimanya dengan bernyanyi-nyanyi. Mesin dua taknya yang telah berhasil bertahan menempuh masa-masa sulit selalu berseru nyaring dengan suara serak-serak basah. Nyanyian bajaj membahana di jalan-jalan tanpa rasa takut, menyingkirkan suara apa pun yang beredar di sana. Jika kamu menjadi penumpang bajaj, telingamu pun pasti menjadi sasaran ceritanya.
Bila dulu kamu merasa terganggu, kini cobalah untuk tersenyum sedikit menanggapi bajaj. Mungkin kamu masih belum dapat memahami bahasa bajaj, tapi setidaknya sekarang kamu tahu kalau bajaj hanya berbagi kebahagiaan dan bercerita tentang Tuhan tanpa tendensi berkhotbah.
Supir bajaj yang bekerja cukup intens akan medapat jatah “bajaj batangan” yang dapat mereka pegang sendiri. Tulisan-tulisan di kening bajaj batangan sesungguhnya adalah doa setiap pengemudinya. Kata-katanya tak melulu religius, tetapi harapan, nama orang-orang terkasih, dan ungkapan hati yang paling murni dititipkan di sana.
“’Rujuk Kembali’ biasanya waktu yang nyupir bajaj berantem sama istrinya. Harapannya waktu suaminya udah bawa bajaj, mereka bisa rujuk kembali,” cerita Ibu Kartini.
Harapan lain terungkap pula pada bajaj bertuliskan “Cirex”. “Cirex itu singkatan dari Cirebon Ekspres,” ungkap Mang Kodir, si pembawa bajaj. Mengapa Cirebon Ekspres? “Karena Cirebon Ekspres itu yang paling cepet, Mbak. Nggak ada yang lebih cepet lagi. Maunya bajaj saya ya cepetnya kayak Cirebon Ekspres itu,” kata penarik bajaj asal Indramayu tersebut.
Salah satu bajaj yang paling meriah adalah bajaj Mas Ali. Tulisan di keningnya pun terlihat provokatif. Jadi saya langsung bertanya kepada yang bersangkutan.
“Kenapa tulisannya Fuck U, Mas ?”
“Ya …eeeeuhh ….”
“Emang Fuck U artinya apa?”
“Pokoknya jeleklah, Mbak, intinya sih … ya sakit hati gitu.”
“Waaah … lagi sakit hati, toh? Sakit hati kenapa?”
“Soalnya saya jadinya supir bajaj, bukan konglomerat. Tapi supaya saya kerjanya semangat, ya saya tulis aja itu di situ,” kata Mas Ali
Saya tergelak.
***
Bajaj adalah kendaraan unik yang mempunyai keakraban istimewa dengan Tuhan. Mereka berkomunikasi dengan bahasa yang personal. Mereka punya kepingan-kepingan rahasia yang hanya diketahui Tuhan dan bajaj.
Bajaj tak pernah masuk ke rumah ibadah, hanya kadang-kadang mereka mengantar manusia hingga ke gerbang rumah ibadah. Tetapi Tuhan beserta bajaj senantiasa. Ia melingkupi bajaj dalam kasih dan perlindungan. Mendengarkan doa-doa mereka dengan setia.
Sampai kapan bajaj klasik akan bertahan? Hanya Tuhan dan bajaj yang tahu.
Sundea
Hatur tengkyu buat Ruang Rupa dan Peserta Workshop Kritik Seni 2011
Makasih banyak untuk Mas Mirwan Andan atas link perbajajan-nya dan Mas Ardi Yunanto buat ngobrol-ngobrolnya yang mencerahkan.
Last but not least, makasih sejuta buat Ibu Hajah Kartini dan bajaj-bajajnya. You’re all rock !
Komentar
Prinsipnya mirip punya cubicle di kantor gitu, Dik ...
*) main ke jogja mbak:)
@Arman: Aja-aja ada ...
Bajaj yg baru warna biru mnrtku lbh nyaman, suara & getarannya lbh halus ya.. :D
Ini riset yg lucu, Dea! :))
Makasih, ya, Dian .... =D