-Sky 90.50 FM, Minggu 27 Februari 2011-
Tribut untuk Sky 90.50 FM dari Salamatahari Live on Air
“Blackbird singing in the dead of night
Take these broken wings and learn to fly
All your life
You were only waiting for this moment to arise …”*
Take these broken wings and learn to fly
All your life
You were only waiting for this moment to arise …”*
Di sebuah ruang kecil tempat burung-burung Sky 90.50 FM selalu berangkat mengudara, saya melihat AC menangis. Sepanjang waktu ia menyaksikan burung itu berkicau berganti-ganti. Ia mengetahui rahasia-rahasia mereka. Mengenal mereka sebaik ibu mengenal anak-anaknya. Ketika pada suatu malam burung-burung itu berkumpul di sana dengan sentimentalitas yang berbeda, ia tentu mengerti juga. Hari itu untuk terakhir kalinya AC dapat mendengar mereka bercericau. Ia lalu menangis. Oranye dinding yang melapuk diam-diam menangkap air matanya, menceritakan sedih dan bahagia yang tak lagi dipisah batas.
“Black bird singing in the dead of night
Take these sunken eyes and learn to see
all your life
you were only waiting for this moment to be free…”*
Take these sunken eyes and learn to see
all your life
you were only waiting for this moment to be free…”*
“Tadinya aku dari Oz. Pertama siaran, langsung disuruh gantiin ibu-ibu,” cerita Maradilla Syachridar si burung bungsu. Meski memang ingin “menjadi lebih dewasa” bersama Sky 90.50 FM, pendewasaan tanpa stepping stone membuatnya terkejut juga. Tetapi Dilla melaluinya dengan baik. Sepertinya ia belajar bahwa burung yang punya sayap tak harus melompati batu.
Berbagai cerita beterbangan di ruang kecil tersebut. Mulai dari kebiasaan-kebiasaan tercela burung-burung sepanjang siaran, curhat via telpon dari Yunita salah satu anggota keluarga burung yang telah tinggal di Belanda, pasangan Tina-Adith yang tercomblangi melalui program Valentine Sky “Perfect Match”, hadir kembalinya tokoh “Putri M” yang sempat eksis di “Geng Gong Show”, keanekaragaman pendengar setia mereka, sampai kisah-kisah haru yang membuat Sky 90.50 FM berarti lebih dari sekedar kantor dan radio. “Sky itu second home. Waktu dateng dari Ambon, gua nggak punya siapa-siapa di sini,” cerita Theoresia Rumthe dengan mata berkaca-kaca.
Setelah berdiri selama sebelas tahun, sempat berpindah dari wilayah Diponegoro ke Surapati dua tahun silam, dan berganti tagline dari “female dreamland station” menjadi “radio wanita dan keluarga”, Sky mengakhiri masa baktinya di kota Bandung. Rencananya, stasiun radio ini akan berpindah ke Makassar. “Emangnya nggak bisa, ya, ada di Bandung dan ada di Makassar juga?” tanya seorang pendengar. Kalau ada yang mau beli? Uang saya kurang tiga ratus ribu soalnya … hehehehe …,” kicau Vinka Rae jenaka.
Teman-teman, zine-zine-an online Salamatahari pun punya kenangan sendiri dengan stasiun radio yang punya hati seluas langit ini. Pada edisi-edisi paling awalnya, Salamatahari sempat memiliki acara dua mingguan bertajuk “Salamatahari Live on Air”. Di sanalah Salamatahari belajar untuk terbit secara setia. Tahu bahwa ia adalah penanda hari bagi burung-burung. Bagian dari langit luas. Dan punya keyakinan untuk bersinar hingga hari ini, hingga memasuki edisi ke-61. Sky 90.50 FM, terima kasih seterang-terangnya karena telah membantu Salamatahari menemukan arti menjadi matahari …
“Blackbird fly, Blackbird fly
Into the light of the dark black night ...”*
Into the light of the dark black night ...”*
Burung-burung, langit yang sesungguhnya ada di atas sana, maka terbanglah jauh dan tinggi. Sarang kecil Sky 90.50 FM adalah simulasi langit yang mempersiapkanmu mengarungi angkasa yang tanpa batas …
Istimewa dan penuh sayang,
Sundea
*dipinjam dari lirik Blackbird - The Beatles
Komentar
Kosngosan
UKMSUMUT
Visual Office di Jakarta
Mobil Honda Pekanbaru
Nggaga