Daly Anbar dan Dilla Anbar, invert dari Upin dan Ipin, adalah sepasang pemuda kembar yang cukup menarik perhatian. Keadaannya dapat kau lihat pada gambar di sebelah ini.
Sama-sama aktif mendukung gerakan musik indie dengan caranya sendiri dan menjawab pertanyaan-pertanyaan Salamatahari dengan cara mereka sendiri juga. Silakan, lho, disimak …
Wokeh. Coba Daly deskripsiin Dilla, dan Dilla deskripsiin Daly …
Daly: versi so sweet: Dilla itu ganteng, badannya imut kaya panda negro, rambutnya cantik ga pernah di- shampoo, selulit perutnya adalah sign konspirasi dunia padepokan unyu, dan paling edan, dia adalah mahluk paling alay di tahun 2009. Versi so faith: Dilla itu mahluk paling oenjoe kalau dihadapkan dengan wanita. Jikalau galau pasti meluk-meluk boneka monyet bewarna pink hadiah spesial dari kecengannya. Lemah lunglay lah jikalau dia dihadapkan oleh galaw.
Dilla: Daly itu kalo saya deskripsiin pastinya kriuk-kriuk banyak terigu kering. Ya layaknya ayam krispi yang lejat itu. Terus Daly itu anak emo waktu SMA, dia beli topi yang lurus payungnya dan penuh dengan gambar-gambar monster, bajunya juga harus merk DROPDEAD. Terus sering ketauan lagi meluk-meluk guling waktu nonton FTV di sctv. Ga tau tuh celananya lagi ketat ga tau masih longgar, soalnya kan ftv sekarang cewenya suka pake baju-baju pantai.
Eng … yah, baiklah. Sungguh absurd. Kalian berdua bikin zine bernama Cucukrowo Mekgejin itu kan, ya? Cerita, dong …
Daly: Cucukrowo Mekgejin ini awalnya terlahir karena kegalauan saya dan Dilla karena keluar dari band saya yang dulu Gorilla Trampoline. Nah dari kegalauan itu saya punya ide untuk membuat komik strip humor dengan candaan kurang ajar dan tidak beretika. Nah setelah itu Dilla dan saya bikin komik strip dan beberapa hari kemudian saya dan Dilla berkonsultasi dengan tante girang bernama Barlie Ve dan lelaki susah melotot bernama Jaisa. Di pembicaraan konsultasi tersebut ternyata banyak hal lain yang sebenarnya masih bisa dikembangkan selain komik.. nah dari sanalah Cucukrowo terlahir sebagai salah satu penyupport event dengan konten review, interview, dll yang sarkas dan ugal-ugalan.
Dilla: Iya betul kata Daly, berawal dari kegalawan kami di band dulu. Waktu dulu (magazine-nya) namanya Globlog Magazine. Selain komik strip, saya juga pengennya di Globlog itu ada wawancara dengan jawaban memilih satu di antara dua pilihan. Jadi kaya gini lah “paha atau dada?” nanti dijawab “dada aja, Mas biar padet” dan itu adalah percakapan petugas tukang ayam goreng favorit kami di Jalan Surapati.
Wow. Masih absurd juga. Anyway, kenapa Goblog Magazine namanya akhirnya jadi Cucukrowo-Mek?
Daly: Cucukrowo Mekgejin memiliki filosopi yaitu “Cucuk” yang berarti duri dalam bahasa Sunda dan ditambah “Rowo” agar terdengar seperti nama burung yang dinyanyikan Didi Kempot. Nama “Cucukrowo” memberi kesan punk yang jantan. Dan nama Mekgejin sebenarnya ide Dilla dan Barlie Ve yang mengambil kata “Mek” sebagai ehm.. you know lah, dan ditambah “gejin” agar terdengar seperti magazine yang sering dipakai majalah gaul anak SMA gitu.. haha
Dilla: Waktu bikin nama Cucukrowo sebenernya itu waktu ym an bersama Barlie Ve, kebetulan waktu itu kita lagi tergila-gila sama lagunya PHB yang judulnya anjing, di awal lagu itu ada kata-kata “woi anu buukna cucukan ka hareup euy!! Nu buuk emo balik jug nginum susu!” Nah kalau “mekgejin” itu dapet sewaktu Daly masih pake nama Magazine dibelakangnya. Saya pikir anak SMA banget! Alay! Alay! Dan tiba-tiba, dengan pikiran Val Venis bercampur Indra Brugman, saya dapat kata-kata MAGZ menjadi MEK. Waktu itu saya, Daly, dan Barlieve ketawa-ketawa tuh di tempat makan yang mahal, cuek aja lah walau di liatin banyak manusia, suruh siapa serius terus jadi bisanya cuma ngeliat orang ketawa.
Wahahaha … terus mekgejin ini tampak banyak nyupport acara musik indie di Bandung dengan cara kalian sendiri kan, ya? Asoy banget. Kalian sendiri tampak sangat eksis, lho, di acara musik-musik indie di Bandung …
Dally: Wedan segan disebut eksis. Yang bikin saya tidak kehabisan energi untuk support event musik indie bandung hanya temulawak murahan kok hahahaha.. bukan deng, selain saya memiliki cadangan lemak untuk energi tiap hari saya seneng aja menyupport musik bandung meskipun tidak seberapa menyupportnya.. dan dari situlah saya dapat banyak pelajaran, maka dari itu saya punya motto hidup : “KULIAH BUAT GAYA, MAIN BUAT BELAJAR!!”
Dilla: Ralat Mbak Dea, saya eksisnya di friendster dan MIRC. Hahaha. Gak eksis-eksis amat Mbakeee, yang pasti lemak itu cadangan energi, Mbak Dea.. perut kami itu bagaikan punuk onta, kalau lapar bisa dimakan dengan nasi panas dan sambel ceurik. Kalo saya sendiri sih berpikir kalau para pembuat event di Bandung ini terbilang masih pusing-pusing atau istilahnya takut dengan perijinan dan bla bla bla nya politik polisi. Jadi, supaya tetap semangat, para makhluk E.O Bandung harus di-support terus, biar kesenian di Bandung ini gak mati dan dilalab menjadi title “kota kreatif” doang. Itu jawaban yang sok serius!
Asik. Gimana tuh cara nyupportnya?
Dally: Hoaaah BANYAK SEKALI!! Saya sering beli tiket di setiap event ber-HTM dan membeli tiket di sebuah event itu adalah salah satu support terhadap sebuah event juga kan? Hahaha. Yang terakhir-terakhir sih saya bantu Clap Music bikin gambar gaul untuk poster eventnya dan sukurlah meskipun acara Clap Music gratis tapi saya tetap bisa menyumbang sesuatu untuk support event tersebut, selain itu saya pasti menyupport total event Supercuts komunitas dimana saya lahir menjadi seberingas ini..
kalau ini hadiah Dilla untuk Salamatahari. Lucu, ya? =) |
Dilla: Betul tah kata Dally, beli tiket menjadi sebuah support acara. Walau sampai zine pergaulan kami yang bernama Cucukrowo mekgejin menjadi media partnerpun kami tetap cinta membeli tiket ber-htm, atau minimal membeli merchandise dari acara tersebut kalau gak beli tiket. Saya juga support total event Supercuts, karena bagaimanapun lubang pantat Supercuts telah melahirkan kami dan membentuk kami menjadi pecinta v-neck sampai seperti sekarang!!
Nah. Supercuts. Ini apa, sih, Pak? Coba diceritakan …
Dally: Supercuts Radio ini adalah Radio Online yang dijalankan oleh anak-anak Supercuts yang bertujuan untuk “belajar” di bidang penyiaran. Jadi disini kita cuma iseng-iseng sambil belajar menjadi announcer di radio.
Dilla: Aduh udah di jawab sama Daly, tambahin aja deh. Karena si Supercuts ini dibentuk untuk menggerakan youth independent movement, maka kami belajar dalam bidang apa aja yang gak ada di SD-SMP-SMA. Nah si radio ini adalah salah satu media belajar buat anak-anak Supercuts supaya bisa merasakan gimana jadi penyiar itu, walau sebenernya sih gak seribet radio yang beneran karena kita cuma siaran secara online.
Terus kalau ada yang mau bergabung dan berpartisipasi gimana?
Dilla: Kalo mau berpartisipasi jadi anouncer atau mau kasih ide-ide marilah kita berjumpa dahulu, berbincang tidak serius bersama kami. Karena selama ini Supercuts radio belum memiliki markas tetap jadi kadang di rumah Sueb, kadang di kosan Jaisa atau Sasuy, kadang di Beat n bite, kadang di Taman Lansia wah bebas welah kita mah. Kalau mau melihat keadaan radio sedang mengudara atau tidak bisa follow twitter ke @scuts_radio.
Denger-denger Supercuts ini mau ulangtaun ya? Kapan, nih?
Daly: Acaranya Tgl.20 Februari 2011 di Beat n Bite, tema acaranya kali ini Tea Party. Mengambil tema Tea Party karena di setiap acara Supercuts selalu menyimpan kampanye terselubung dan kali ini kita mengkampanyekan tea yang ada di indonesia ini kualitasnya keren. Dan daripada beer party atau cofee party.. tea lebih menyehatkan dan aman bukan? J
Bukan. Hahahaha …
Dilla: Ya dan selain itu ada sistem rolling MC, jadi si talent-talent Supercuts ini secara bergantian nge-MC buat menyambut band selanjutnya yang bakal perform secara akustik. Dengan sistem ini, acaranya bisa menjadi media belajar talent Supercuts dalam dunia per-MC an, supaya makin cikiwiw dan berkeringat.
Kalow ada yang mau bergabung di acara ini gimanaw? Ah, garaw-garaw Cikiwiw niw jadiw giniw ngomongnyaw …
Dilla: Yang mau join acara ulangtaun Supercuts Radio bisa smsan sama saya si raja buaya mencari gadis 085720065931 atau ke Dally Sibudakpunkrock 08562081400. Atau ke websitenya www.supercuts.org . Diantos baraya.. cikiwiw..
Terakhir. Agak-agak serius, nih, pertanyaannya. Apa pendapat kalian tentang event-event musik indie di Bandung dan apa harapan kalian sama kota ini?
Dally: Event musik indie sekarang sedang merangkak untuk bangkit kali ya.. karena banyak tempat-tempat alternatif yang bermunculan untuk membantu penyegaran kembali para musisi di Bandung. Kalo harapan saya untuk kota Bandung sih pengennya seluruh penjuru jalan bersih, penjualan rokok, minuman beralkohol, atau barang-barang 17+ lainnya ga dijual mudah ke anak-anak dibawah umur, dan harapan terakhir Taman Lansia gak bau pesing kali ya.. karena Taman Lansia itu tempat saya belajar tanpa dosen, guru, atau apapun.
Dilla: Aduh, lagi-lagi jawaban dikuasai oleh Daly. Sama deh, event musik indie di Bandung sedang mulai merangkak, tapi tetap kayanya para pelaku event-event indie ini masih sangat ragu pada pemerintah kota Bandung yang cuma jadi mic rusak. Kita cuma tau pemerintahan kota Bandung cuma berani nge-claim tapi gak memfasilitasi kreativitasnya itu, sehingga kadang anak-anak muda umur-umur SMP/SMA perginya ke geng motor atau jadi punk rock jalanan yang cuma bisa ngamen. Padahal kalau mereka dikasih wadah sama Pemda, mereka gak cuma mikir “saya cuma bisa bergaya” doang, tapi mereka juga bisa lebih berpikir “Saya bisa berkarya, bukan cuma gaya”. Ya tapi apalah arti ketergantungan anak muda kota Bandung dengan pemerintah kalau kita bisa bikin sendiri tanpa menghiraukan broken mic mereka.
Kalimat terakhir good point, Dil …
Dilla: Harapan saya pada kota bandung, semoga pohon-pohon gak ditebang lagi, perjalanan saya dari Cinunuk ke kota Bandung itu sudah cukup panas dengan ditebangnya pohon-pohon di Cipadung. Jangan jadikan kota Bandung menjadi kota hijau angkot atau Mio soul strip hijau saja, tapi jadikan kota Bandung kota hijau alami! Dan juga semoga Bandung ini benar-benar menjadi kota kreatif oleh anak-anak mudanya tanpa mengemis dan menagih janji pemerintah daerah. Mohon maaf saya terlampau serius.
Nggak apa-apa, kali. Lagian … itu serius, toh? Hehe … baiklah. Segitu dulu. Semoga kalian berdua tetap jaya! Amiiin …
Dilla: Amin.. nuhun mbak Dea.. salam cikiwiw!
Dally: Amiiin.. tapi saya ga mau berjaya berdua ah.. saya pengen berjaya sama anak-anak yang lainnya!! NGESBRENG!! Hahahahah
Wahahaha … sip!
Di tengah canda-tawa dan cetusan-cetusan gila-gilaan Daly dan Dilla, terkandung cita-cita, harapan, dan semangat untuk terus bergerak menjadikan Bandung kota yang lebih baik. Saya merasakannya. Kedua pemuda ini memang bagaikan Upin dan Ipin yang membawa banyak hal besar dengan kebermain-mainan mereka.
Nah, Teman-teman, ingin datang ke arena bermain mereka? Boleh, lho, berkunjung ke CUCUKROWO MEKGEJIN, follow juga @cucukrowo_mek, @Bagongtempur, dan @Korongmentah di twitter.
Sundea
Komentar