Nadia adalah satu komposisi di antara seribu juta komposisi nada yang saling bersinggungan. Jika kamu tak cukup teliti merunut pola yang menjalin Nadia, kamu akan tersesat di keentahan. Jatuh cinta adalah pelacak jejak terbaik yang pernah ada. Dan teman saya Inclusio yang jatuh cinta pada Nadia mampu merunut Nadia tanpa tersesat.
Pada suatu sore yang cerah, Inclusio datang ke rumah saya membawa peta komposisi nada. Dengan riang ia menunjuk sebuah bagian yang sudah ditorehi outline, “Ini Nadia. Hey Nadia!”
Nadia adalah gadis yang renyah dan manis seperti biskuit susu. Pesonanya membuat teman saya jadi meletup-letup sekaligus santai menenangkan; poppin’ and jazzin’. Aura kasmaran memancar dari dirinya seperti limpahan cerah matahari sore itu.
Telusuran Hey Nadia dimulai dengan kord-kord mayor dan penegasan vokal dengan backing vocal pada kata-kata yang sangat jatuh cintais adanya seperti “I really love you.” Namun ketika memasuki refrain, ada sedikit pergeseran melodi dan running chord. Melodi yang tadinya mundar-mandir di seputar nada-nada yang mudah dijangkau tiba-tiba merentang ke atas dan menuntut effort bernyanyi yang lebih kuat. Kord yang pada dasarnya berurut di seputar C – F -G- Em – Am – Dm – G membangun nuansa dramatis yang konvensional. Saya pasang telinga, mencoba menangkap kata-kata yang dicurhatkan Inclusio lewat reff Hey Nadia
“Hey Nadia, would you keep my heart if you might
‘cause you are the one who fill my heart
But it’s ok, if you don’t want …”
“It’s ok if you don’t want?” tanya saya.
“Iya,” sahut Inclusio yakin.
“Hmmm … iya, sih, cinta ditolak memang resiko, tapi … se-release apa kamu?”
“Aku rasa outline yang kubuat cukup menjelaskan, deh…”
Maka saya kembali mengamati peta komposisi nada yang dibawa Inclusio. Outline yang dibuat Inclusio, Hey Nadia, terlihat selentur karet dan tak terikat menjadi simpul mati. Ia adalah sebuah lagu yang mewujudkan sebuah cinta tanpa syarat kepada Nad(i)a. Ia tahu Nad(i)a tak bisa dikurung. Tetapi, karena hanya “you are the one who fill my heart” , outline-lah yang mengalah. Ia yang akan dengan fleksibel mengikuti alir Nad(i)a yang pop jazz dan terbuka untuk berbagai improvisasi ini. Menjaganya agar tak hilang di keentahan. Membuatnya selalu terpelihara dalam sebuah bentuk. Menjadikannya istimewa dan bersinar di antara seribu juta komposisi nada yang bersinggungan dengannya. Saya jadi terharu. Inclusio dan Hey Nadia-nya ini ternyata romantis sekali.
“Sudah, ah, curhatnya,” ujar Inclusio sambil melipat petanya. Ia terlihat agak malu karena terlalu berbunga-bunga, “aku pulang dulu, ya, Dea. Kapan-kapan kita ngobrol lagi …”
Saya mengamati punggung Inclusio. Juga peta besar yang diapit di ketiaknya. Ada bagian diri Nad(i)a yang terjepit dan menyembul keluar dari peta. Outline menjuntai keluar seperti tali pengaman.
Makna berkelana mencari definisi, kemudian outline menangkapnya.
Sundea
Inclusio adalah band indie beraliran pop-jazz yang terdiri dari Rangy (vocal), Bayu (piano, synthesizer), Dado (gitar), Agung (drum), Ajay (bas), serta kerap tampil bersama additional players seperti pemain saksophone atau terompet.. Bermain dari kampus ke kampus dan kafe ke kafe. Untuk tahu lebih banyak mengenai Inclusio, klik www.myspace.com/inclusio
Komentar