Santay-santay Di Hari Keseimbangan

-Mocca Café, Kamis 14 Oktober 2010-
Santay-santay Tengah Pekan

gambarsantay

“Yudh, kenapa, sih gambar posternya musti orang bawa selancar di hutan-hutan gitu?”
“Biar pas liat orang mikir, ‘Wah, asik, nih, acaranya!’.”
“Ey? Apa hubungannya? Itu aja alesannya?”
“Iya. itu aja.”



Pada Mocca Café di bilangan Jalan Jaksa Jakarta, berlangsung gig bertajuk “Santay-santay Tengah Pekan”. Meski di sela hari kerja, acara tetap semeriah layar tancap malam minggu. Tiga band (Fantastic June, Deu Galih and Folks, dan Cause) serta seorang musisi blues eksperimental (Adrian Adioetomo) memukau penonton selama sekitar empat jam.

Terpukau menonton Cause

Penampil pertama adalah Fantastic June. Band dengan musik galau-galau romantis ala Kings Convenience ini menciptakan suasana sendu mendayu. Selanjutnya tampil Deu Galih and Folks yang datang bagai rombongan sirkus dengan kemeriahannya yang khas. Cause menyusul dengan lagu-lagunya yang ear catching dan anak muda masa kini. Dan Adrian Adioetomo bersama blues eksperimentalnya menjadi puncak seluruh acara.

Adrian yang tiga tahun lalu merilis “Delta Indonesia”, album yang terpilih sebagai salah satu album terbaik versi majalah Rolling Stone tersebut, tampil beserta seorang DJ. Tak sekedar mempersembahkan chord-chord blues memikat dan ketangkasan jari memainkan melodi, Adrian juga bermain-main dengan ketukan kaki, gesekan pada senar gitar yang dipadukan dengan gesekan piringan hitam sang DJ, serta kemampuan membawa diri yang membuat penonton merasa ikut tersedot ke panggung. Lagu-lagu dengan lirik puitis-puitis kontroversial pun dilemparkan, “Malaikat mencari tangga darurat …”

Adrian Adioetomo

Mocca Café sendiri adalah café yang terbuka untuk acara-acara musik. “Syaratnya, jenis musiknya jangan yang kenceng-kenceng. Paling akustik. Sebates rock n roll masih bolehlah. Kalau mau bikin acara hubungin aja ke saya, Iqbal Pattish, 08788606623. Kita sediain sound system, gitar juga ada. Apa yang dibutuhkan dan harga tempat bisa dibicarakan secara kekeluargaan. Acara ini misalnya, sistemnya pakai tiket dan bagi hasil 60-40,” papar Mas Iqbal, manager Mocca Café. Ketika Dea sedang mecatat penjelasannya, Mas Iqbal menambahkan lagi, “Eh … soal minumannya ditulis, dong, penting. Kita ini spesialis kopi. Yang jual kopi di Jalan Jaksa ini cuma kita, lho …”

Ketika acara resmi rampung, Dea menghampiri Dede, ketua penyelenggara dari Wastedrockers, sebuah gerakan yang mendukung musisi-musisi non-mainstream dan aktif meng-update blognya di wastedrockers.wordpress.com. “De, apa yang bikin lo milih hari Kamis untuk ngadain acara ini?” tanya Dea yang sebetulnya mengharapkan sebuah jawaban konseptual. Dan Dede pun menjawab, “Abis dapet gratisnya hari ini.” TAK JEDES!

Malam itu kerayaan “Santay-santay Tengah Pekan” hadir tanpa pretensi. Pemusik-pemusik yang bermusik apa adanya, waktu penyelenggaraan acara yang juga apa adanya, poster yang di-design dengan sebuah alasan lugu seadanya, dan sebuah kafe muda yang usianya belum genap setahun dan menyambut segala acara dengan tangan terbuka.

Jalan Jaksa tidak bertindak sebagai jaksa yang menuntut. Tengah pekan pun membiarkan hadirin larut melupakan weekdays yang masih menanti.

Teman-teman, hari itu hari Kamis yang adil. Hari keseimbangan yang ada di antara Senin-Selasa-Rabu, Jumat-Sabtu-Minggu ...

Sundea

Komentar

Anonim mengatakan…
hahahaha! makasih lo 'de, tulisanya sangat menghibur :)doakapn semoga bisa bikin acara2 seru lainya lagi... :p
Sundea mengatakan…
Amiiin ... pasti didoain dan dissuport, Yudh ...

kalo besok-besok komen, liat pilihan "pilih sebuah identitas", geura ... bisa dipilih di situ mau pake yg mana ... hehehe ...