Pada bahu lelaki berusia 84 tahun ini bersandar Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kini ia yang telah mempunyai 9 orang anak, 21 cucu, dan cicit itu menikmati hari tuanya bersama keluarga di Bandung. Meski pendengarannya mulai terganggu dan sudah lupa ini dan itu, kelekatannya dengan Bahasa Indonesia membuatnya masih cukup teliti mencermati teks. “Kalau mau wawancara ditulis aja, Kak, kalau ngobrol kayaknya udah susah,” kata Ananda Badudu, salah satu cucunya.
Maka melalui Nanda, Sundea menitipkan pertanyaan wawancara dan sebuah buku Salamatahari untuk Pak Jusuf Sjarif Badudu yang akrab dipanggil Popa oleh cucu-cucunya. Di tengah sebuah acara keluarga, Tante Eka, puteri sulung Popa membantu sang ayah menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Dea.
Terstruktur. Baku. Padat. Jelas. Sungguh J.S Badudu adanya.
Pop, kenapa Popa memilih Bidang Ilmu Bahasa dan Sastra Indonesia ?
Sebenarnya pada walnya saya ingin kuliah di bidang Ilmu Pasti, matematika. Saya senang ilmu pasti dan nilai saya selalu bagus. Tetapi ketika saya mendaftar, permintaan saya ditolak. Katanya Bidang Ilmu Pasti sudah penuh. Sebulan kemudian, saya menghadap lagi. Mereka menawarkan kepada saya Bidang Ilmu Bahasa Indonesia karena saya sudah mengajar Bahasa Indonesia di sekolah dan kebetulan bagian itu masih agak kosong. Meskipun terpaksa, yang disodorkan kepada saya itu saya terima juga.
Wah … kalau terpaksa, kok bisa terus berdedikasi?
Karena saya selalu ingin menjadi yang terbaik dan memberi yang terbaik dalam menjalankan segala sesuatu. Dari kelas 1 SD sampai lulus kuliah, saya selalu menjadi nomor satu. Saya juga pintar mengajar. Saya ingin dapat mengajarkan Bahasa Indonesia dengan menyenangkan.
J.S Badudu telah mengajar sejak berusia 15, 5 tahun. Mengajar adalah passion-nya. Selama wawancara berlangsung, berulang kali ia mengatakan “Saya ini pintar mengajar” dan terbukti. Hampir setiap orang yang pernah diajar olehnya mendapat kesan mendalam.
Selain kepada Tuhan, kepada siapa Popa merasa paling berterima kasih dalam hidup?
Kepada Ibu, Mama Pano, karena dia adalah ibu yang telah melahirkan dan surga ada di telapak kaki ibu.
Ayah J.S Badudu meninggal ketika J.S Badudu berusia 16 tahun. Mama Pano kemudian membesarkan sendiri kelima anaknya.
Baiklah. Pindah topik. Katanya beberapa wahana di Dunia Fantasi Popa yang memberi nama, ya ? Bagaimana awalnya, Pop?
Ya. Waktu itu saya diminta oleh Ciputra untuk memberi nama wahana di Dunia Fantasi.
Apa saja nama wahana yang masih Popa ingat dan apa artinya?
Baku Toki artinya saling bertabrakan (bom-bom car-red). Ubangga-bangga artinya yang bengkak (ini wahana yang mana, ya?-red). Selebihnya saya lupa.
Tampak J.S Badudu sudah betul-betul lupa mengenai penamaan wahana di Dunia Fantasi. Padahal ada banyak wahana di Dunia Fantasi yang mendapat anugerah nama dari beliau.
Apa pendapat Popa mengenai Bahasa Indonesia yang berkembang sekarang ini?
*bingung*
Bahasa Prokem ?
Oh, bahasa prokem, sih, oke-oke saja, tapi kalau menulis harus menggunakan bahasa yang baku.
O ow … warning, nih …
Terima kasih karena udah ngejaga Bahasa Indoneisa selama ini … (tertulis di daftar pertanyaan Dea)
Haha … ini seharusnya “menjaga”.
*DANG*
J.S Badudu membulak-balik halaman Salamatahari #2 yang diberikan Dea kepadanya. Entah apa yang ada di pikirannya ketika membaca kalimat-kalimat yang jauh dari “baku” bahkan lebih dekat dengan “baku toki” di sana.
Akhir kata, semoga J.S Badudu tetap sehat dan dirahmati kasih sayang. Teriring doa dari kami dan … sekali lagi terima kasih karena telah “menjaga” Bahasa Indonesia selama ini … ;)
Sundea
Foto: Nadia Badudu
Terima kasih untuk Tante Eka, Ananda dan Nadia Badudu, dan my sister Vai.
Komentar
haaa beruntung sekali bisa mewawancarai orang hebat satu ini. Salut de!
Btw ia penasaran juga ttg komentar beliau buat Salamatahari :D
Thx, Bell .. =)
-Sundea-
HEEEEBBBAAATTTT!!!
I love J.S. Badudu :">
*terharu* *terharu*
Makasih ya Dea, sudah mau berbagi pertemuan dengan beliau :)
makasih
Sedikit membantu buat tugas biografi saya... :)
Oh ya, kalau boleh tahu keluarga pak J.S bedudu itu gimana ya? *aduh kok susah yah ngomongnya*
maksudnya emang dari awalnya sudah dari keluarga mapan atau gimana?
Mohon infonya ..