Di edisi ke-39 ini www.salamatahari.com hadir lebih klimis. Keklimisan ini merupakan hasta karya dari Bayu Bergas, tukang cukur dengan berbagai cabang profesi lainnya; mulai dari bintang film, publicist, hingga samsak bagi teman-teman yang ingin melampiaskan hasrat mencela.
Inilah hasil obrolan Sundea dengan sang tukang cukur. Simak …
Sejak kapan, nih, alih profesi jadi tukang cukur ? Ato dari dulu sebenernya diem-diem lu emang udah tukang cukur, ya? Betul! Sejak lahir sebenrnya saya ditakdirkan untuk jadi tukang cukur. Tukang cukur itu kan membikin rapi, menata, menyembuhkan, hahaha... Saya mau jadi tukang cukur negara. Bila rakyat menghendaki.
Wuidih … nasionalis abiiiis. Jadi apa pendapat lu tentang profesi “tukang cukur” itu sendiri ? Tukang cukur adlh orang yang paling kurangajar karena sukanya megangin kepala orang. Kenal kagak, maen pegang-pegang. Udah gitu dapet duit pula. Pokoknya tukang cukur itu jagoan. SBY aja kalah ama tukang cukur. Ruhut Sitompul juga kalah. Yang menang lawan tukang cukur cuma pohon. Karena biasanya tukang cukur berlindung di bawah pohon. Jadi kalau kita denger ada penebangan pohon membabi-buta, itu sebenarnya adalah perbuatan dari orang-orang yang merasa berkuasa dan tidak ingin dikalahkan ama tukang cukur. Makanya tempat berlindung tukang cukur ditebangi, sampai-sampai banyak tempat sekarang tandus gak ada pohon.Sebenernya sih kita bisa mencegah hilangnya pohon-pohon, bila rakyat menghendaki.
Hiyahahaha … jadi tukang cukur berhubungan sama pembalakan liar, ya. Sekarang tentang nama lo. Nama lo kan Bayu Bergas. Harusnya lu jadi tukang gas ato penjual balon, lho … Profesi saya sebagai tukang gas diserobot. Lalu muncul tabung gas 3kg yang mirip petasan itu; meledak dimana-mana. Kalo penjual balon gak kepikiran karena anak-anak yang mau beli biasanya malah ketakutan ama kumis dan brewok saya. Tapi mudah-mudahan beberapa waktu lagi saya akan maju sebagai balon presiden. Bila rakyat menghendaki.
Kalo jadi balon presiden, ati-ati meledak juga semacem tabung gas. Nah, ngomong-ngomong soal presiden, kata lu “model rambut baru” Salamatahari kan namanya model SBY. Kenapa, tuh? Trend “rambut” Salamatahari yang sekarang didominasi warna biru. Itu artinya semacam perasaan haru-biru. Inspirasinya dari keseringan liat SBY curhat di tivi. Jadi kan mellow-mellow dan haru-biru gitu. Tapi warna kuning-oranye mataharinya jadi lebih menonjol di antara biru. Itu simbol bahwa ada harapan yang besar di masa datang, meski saat ini SBY haru-biru mulu. Bisa jadi di antara pelanggan Salamatahari adalah matahari itu sendiri nantinya. Bisa jadi juga saya. Itu bila rakyat menghendaki lho, Mbak.
Ngarep… hahaha …anyway ternyata berkonsep banget “model rambutnya”. Btw, susah nggak, sih, “nyukur rambut” Salamatahari? Susah! Salamatahari” rambutnya” tebel, panjang, dan banyak kecoa-nya!
Hahaha … nyebelin. Kalo gitu sekarang cerita, dong, suka duka “nyukur rambut” berkecoa ini …Mencukur Salamatahari itu ibarat kita naek mobil di tanjakan, tapi mobilnya susah naik. Jadi kayak berhenti di tengah-tengah. Ngerem aja gitu. Ngegas mesinnya susah, mau mundur, ntar nyemplung ke jurang. Itu karena Salamatahari terus mengalir tiap Kamis, sedangkan untuk mencukur tentu butuh waktu. Sedangkan para pelanggan Salamatahari pasti rutin berkunjung. Makanya waktu Salamatahari menjelma jadi dotkom, kita sempat break beberapa lama. Pengunjung kecewa. Tapi kita gak bisa mundur dong. Akhirnya kita tetep maju demi perbaikan Salamatahari. Dan sekarang pun sama! Hahahaha... Tapi lagi-lagi, kita terus maju. Mudah-mudahan gak ada lagi itu yang namanya bikin pelanggan kecewa karena kita cukur mulu. Tentunya itu yang rakyat kehendaki kan, mbak?!
Hidup rakyat! Nah, katanya lu bikin zine-zine-an offline-nya juga, ya?
Iya. Konsepnya simpel sih. Kita bikin semacam project kolaborasi. Dea sebagai penulis sedangkan saya lebih ke visual. Saya kan selalu baca tulisan-tulisan Dea dan versi offline-nya ini bisa dikatakan sebagai
respon visual saya atas tulisan-tulisan Dea tanpa melenyapkan seluruh kekhasan dari Salamatahari. Singkatnya, Dea dan Bergas itu nantinya ibarat duet Krisdayanti sama Ridho Rhoma.
respon visual saya atas tulisan-tulisan Dea tanpa melenyapkan seluruh kekhasan dari Salamatahari. Singkatnya, Dea dan Bergas itu nantinya ibarat duet Krisdayanti sama Ridho Rhoma.
Krisdayanti sama Ridho Rhoma banget, Bay? Supaya sesuai selera rakyat ya? Eh, lu ada rencana “mencukur rambut-rambut” lain, nggak? Boleh, lho, sekalian promosi …Hmm.. kalo ada yang mau tahu kabar teman-teman komunitas film pendek di Indonesia, bisa lho berkunjung ke www.komunitasfilm.org. Kalo yang lain... hehehehe.. malu ah.. Saya pemalu, Mbak. Kecuali bila rakyat menghendaki. #clegukkk #nutupmuka #mules #kabuuur
Heh, jangan kabur dulu, wawancaranya belom kelar. Terakhir, nih, apa yang lu harepin dari Salamatahari dan cukuran barunya?
Moga-moga Mbak Dea tetap di jalur yang bengkok ini. Amin.
Itu bila rakyat menghendaki, Bay … hahaha … baiklah. Sekian dulu. Special thank’s, ya. Semoga kita bisa bekerja sama dengan bahagia sehat sentausa bagai Upin dan Ipin. Ihiw …
Sepanjang apa dan seperti apa kelak “rambut” www.salamatahari.com akan bertumbuh? Baik Sundea maupun Bayu Bergas tak pernah tahu pasti karena “rambut” tumbuh seperti cerita yang terbit bersama waktu yang mengalir.
Seperti apapun, semoga kami tetap menjadi kesayangan di hati rakyat …
Sundea
Komentar