Meniup Lilin Ulang Tahun


Matahari menyalakan tuhan merah dan tuhan putih. Sejenak kemudian, Indonesia raya berhembus menggeletarkan mereka. “Ayo tiup yang kuat, bisa nggak, kamu bikin mereka terbang?” tantang saya. Seperti mengerti, Indonesia raya bertiup lebih sungguh-sungguh. Dibuatnya para tuhan beringsut dari balai-balai dan berjungkir balik di halaman rumah.
“Hari ini ulangtahunku,” kata Indonesia raya. “Oh, iya. Selamat, ya,” ucap saya. “Sekarang aku sedang tiup lilin, Dea … fuhhh … fuhhh … fuhhhh …,” ujar Indonesia raya seraya meniup tuhan lebih demonstratif. “In, kamu tahu lilin palsu yang kalau ditiup nggak akan mati? Tuhan yang lagi kamu tiup kayak lilin itu,” tukas saya. Indonesia raya tidak menjawab. Dia terlalu sibuk meniup tuhan merah dan tuhan putih. Ke depan, ke belakang. Diceraikan, ditabrakkan. Diterbangkan, didaratkan. Dan Tuhan mengikuti permainannya.
Saya melirik angkasa. Tampak matahari meredup kalah pada awan hitam yang bersiap-siap muntah air mata, “In, kayaknya mau ujan deh,” kata saya. “Kalau begitu aku harus meniup tuhan lebih kuat … FUHHH … FUHHH … FUHHHHH …” “Percuma, In, tuhan nggak akan padam,” kata saya lagi. Indonesia raya tidak peduli. Ditiupnya tuhan semakin menjadi. Depanbelakang, ceraitabrak, terbangdarat, hup .. hap …sampai …
tes …tes… testestestes … BRASSS …
Ketika angkasa tantrum, Indonesia raya berhenti bertiup. Tuhan merah dan tuhan putih terkapar berdekapan di atas paving block; tampak kedinginan diserang hujan, tapi tetap tak terpadamkan. “In, aku bilang juga apa. Ujan deras aja nggak bisa bikin tuhan padam, apa lagi kamu,” kata saya. “Tapi hari ini aku ulang tahun, Dea, aku cuma mau tiup lilin, bukan memadamkannya,” tukas Indonesia raya.
Di sela suara hujan yang berusaha menelan suara apapun, sayup terdengar tuhan merah dan tuhan putih menyanyi lirih, “kerepek kerepek, kerepek kerepek …” yang jika diterjemahkan menjadi, “Indonesya raya, merdeka merdeka …”
Angin bertiup merdeka memintas apa saja, meski kadang arahnya tak pasti.
Sundea
Selamat ulangtahun yang ke-65, ya Indonesia Raya …

Komentar

Tina mengatakan…
Halo deaa..
aku selalu suka baca blog kamu :D selalu suka gaya cerita kamu yg bebas..

u imagine that, u vision it and u made something from that..
sangat menarik
berbagi imajinasi dengan kamu dea.:D

haha memang ada bbrrp hal yg tak kumengerti
spt
apa maksud bendera meniup Tuhan?lalu mengapa Tuhan menceraiberaikan bendera itu??
Sundea mengatakan…
Halo Tina, makasih, ya ...

aku juga udah baca tentang synesthesia, ternyata nggak ada hubungannya sama Thesi pelawak... hehehe ...

Soal aku mungkin syhesthesia, mungkin2 juga iya tapi mungkin2 juga enggak...

Maksud Indonesia Raya niup Tuhan dan nyeraiberai warna merah-putih, sih, bebas mau dipersepsiin ke mana. Namanya juga lagi main. Siapapun yg main2 kan suka spontan uhuy ...

Saya juga nggak ngerti, kok, Tin. Coba tanya sama Indonesia raya dan tuhannya ...;)