Pak Memod

Di atas rumput hijau yang membelah Jalan Dago Bandung, seorang bapak duduk searah arus kendaraan. Ia tidak bergulir bersama lalu lintas, tetapi saya yang melintas lalu tertarik bergulir ke arahnya.

“Pak … lagi ngapain, Pak ? Boleh difoto, nggak ?” tanya saya. Bapak itu menatap saya penuh selidik, “Buat apa ?” ia balik bertanya. “Buat ditulis,” sahut saya apa adanya. Entah dengan pertimbangan apa, Si Bapak akhirnya melunak dan mengangguk, “Silahkan saja …”
Sebentar kemudian saya pun sudah ikut duduk di trotoar Jalan Dago, mengobrol dengan Bapak yang ternyata bernama Pak Memod itu. “Sebetulnya nama pemberian ayah saya Ahyadul Kama. Yad artinya yang menolong, Ahya yang menghidupkan, Dul yang mempunyai, Kama kesempurnaan. Tapi supaya tidak ada artinya, oleh kakek dari ibu saya diganti jadi Memod,” paparnya.
Selama setengah jam Pak Memod menceracau tentang segala hal ; mulai dari tentara-tentara pintar yang akan dimusnahkan, pengalaman hampir dirampok dan dipukuli, saudaranya yang banyak sekali, kekagumannya pada Ibrahim, Zulkarnaen, dan Napoleon, sampai perjalanannya bersepeda setiap hari dari daerah Ciwastra. “Tujuannya apa, Pak ?” tanya saya. “Kalau orang mau dimusnahkan, apakah saya diam ?” ia malah balik bertanya.

Tidak ada yang jelas dari ceracau Pak Memod, namun sesuatu yang mengilat dari mata dan suaranya membuat saya entah bagaimana betah mendengarkan. “Keputusan itu ada di hati. Orang selamat bukan karena perkataannya, tapi karena apa yang keluar dari hatinya,” ujar Pak Memod. Ia lalu berhenti berbicara. Jeda dalam hela nafasnya.








“Pak, kalau bendera putih di topi Bapak itu ada artinya, nggak ?” tanya saya. “Ini lambang Robbi. Saya tidak pernah sendiri dalam keadaan apapun juga,” sahut Pak Memod. Saya tersenyum.

Sepeda Pak Memod bersandar di undakan. Pedal kayuh yang biasanya menggantung di sisi sepeda kali itu menjaga kestabilan, menginjak trotoar hitam-putih. Tidak ada standard besi yang menjaga si sepeda, atau mungkin si sepeda menentukan standard dengan caranya sendiri.

Bendera putih yang dipancang pada sepeda berkibar-kibar menyapa lalu lintas. Dalam pengertian lain, bendera putih adalah lambang menyerah kalah …

Sundea

Komentar

andie's room mengatakan…
luar biasa ya pak memod.. berjuang di dalam sebuah kkekalahan..